15. Cilok

87 16 3
                                    

Siang ini terasa sangat membosankan, tidak ada pekerjaan yang bisa Shaula kerjakan karena Tante Nani memang sedang libur. Pulang kampung selama satu minggu itulah yang Kama katakan pada Gamma lewat telepon. Jadi Shaula benar-benar kesepian, bukan tak ada teman kalau bukan Kama. Hanya saja sepanjang garis lurus komplek nya jarang anak remaja seusianya. Berakhirlah gadis itu rebahan di teras rumah sambil menyalakan kipas cosmos wadesta yang dia bawa dari dalam.

Gamma masih sekolah, bunda Anna juga masih bekerja di butik. Ingin sih Shaula datang menyusul ke butik, tapi rasa malas menyerangnya apalagi rebahan diteras rumah ternyata semenyenangkan itu. Dinginnya lantai membuat Shaula memejamkan matanya seperti anak kecil yang kelelahan karena habis main.

"Ngapain?" Tanya Gamma yang tiba-tiba membuka pagar rumah.

Shaula tak peduli, gadis itu melanjutkan aktivitas rebahan sambil memejamkan mata.

Gamma kembali menuju motornya untuk dia tuntun masuk ke dalam garasi karena kelakuan adiknya yang pura-pura tidur supaya tak membuka pagar itu. Untung saja adiknya kalau bukan sudah Gamma pastikan akan dia hantam pakai knalpot.

Setelah memarkirkan kendaraannya dengan baik Gamma berjalan menaiki teras, namun memilih ikutan duduk daripada masuk.

"Laper coy, ada makanan apa dek?" Gamma.

"Sama, mama ga masak kan tadi pagi beli ayok" jawab Shaula bangkit.

"Ayo buruan, mumpung kakak baik nih mo traktir" Gamma.


***


"Kama pulang kampung, anjrit ga bilang-bilang untung tadi ketemu si imut" Gibran mengadu pada Bara ketika dirinya sudah memasuki basecamp mereka.

"Si imut kek gimana si elah, keknya seru tuh kalo Kama cerita" Bara.

"Cantik anjirr woii gemesin beneran" Bagas.

Tadi Bagas ikut menemani Gibran untuk menghampiri Kama karena penasaran bagaimana wujud si imut. Melebihi perkiraannya ternyata si imut yang di maksud sangatlah cantik, Bagas gemas sendiri bahkan sampai mencubit Gibran saking gemesnya.

"Namanya siapa sih anjir si imut-imut doang" Gilang.

"Itu dia bang gue lupa, makanya gue panggil si imut" Gibran.

"Anjir bisa-bisanya gue ga nanya namanya" Bagas.

"Imutan juga penghuni sebelumnya, ya gak gel?" Raja menyenggol Rigel.

Rigel hanya diam mengusap lengannya memilih duduk di dekat Gilang dan Zeus yang sedang main jenga.

Sedangkan anak lain sudah menghembuskan nafas kesal yang jelas itu ditunjukkan karena ucapan Raja.

"No, bagi minum dong aus" Rigel menyuruh Kiano yang ada di dekat kulkas.

Kiano tanpa menolak langsung menuruti ucapan Rigel dan melempar minuman dingin tersebut.

Rigel merogoh kantong celananya, meraih ponselnya dan membuka layar kunci.

"Bang, ajarin nyanyi dong" Rigel.

"Hah?" Seluruh penghuni basecamp menatap Rigel aneh kecuali Kiano dan Raja.

"Ditunjuk disuruh ngisi acara besok pas Classmeet tuh bang" Kiano menjelaskan.

"Oalah, tumben lo mau" Gibran.

"Gabut" Rigel.

"Tumben gabut" Yohan.

"Biarin sih, mau ngajarin gak?"Rigel.

"Minta ajarin Kama sih enaknya, tapi anaknya gaada" Gilang.

"Yang lain ga dianggep" sindir Bara.

Shaula's StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang