NO-12 hadirnya dia

3.7K 215 1
                                    

🌼 HAPPY READING 🌼

Thena menggeliat dari tidurnya, pegal-pegal entah datang darimana menggerayangi tubuhnya. Thena mengumpulkan kesadarannya untuk bangun, Thena menoleh ke sampingnya, kosong, dimana manusia bajingan itu?.

Saat Thena sedang asik melamun, pintu kamar terbuka. Diksa masuk dengan membawa nampan berisi makanan. Thena menoleh, ia muak rasanya melihat wajah diksa, ia beralih mengalihkan pandangan ke arah lain.

Diksa menghampiri kasur dimana Thena terduduk, ia meletakkan nampan di atas nakas, lalu ia beralih melihat Thena yang memandang lurus kedepan dengan kosong.

"Makan, anak gue butuh asupan"

Thena menoleh, hei, apa ini?, Mata bulat Thena memerah dan berair, tapi tak sampai mengalir air matanya, diksa menyeringit.

"Hiks...anak Thena juga!" Diksa makin heran dibuatnya, what the hell!.

Diksa berdecih"bukannya Lo nggak Nerima anak itu?".

Thena menggeleng, tangisannya sudah tumpah saat ini "maaf Thena tadi cuma gabisa Nerima aja" ucapnya parau. "The-thena mau kak diksa keluar dari kamar, a-aku mau waktu berdua sama baby", diksa semakin heran dibuatnya, kenapa dengan gadis didepannya ini?, Apakah sudah gila dibuatnya?.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun diksa keluar dari kamar miliknya.

Thena yang melihat itu tersenyum, senang, ya senang, entah mengapa ia senang diksa menuruti perintahnya aneh pikirnya.

Tatapan Thena beralih ke perut ratanya, tangannya perlahan mengelus perut kecil itu dengan lembut, "disini ada baby?" Tanyanya tak tau pada siapa. "Ma-maafin bunda udah jahat hampir bu-bunuh baby" dengan susah payah Thena menahan tangisnya, ia tak ingin lemah saat ini. Ingat walau Thena menerima bayi itu, jangan harap ia menginginkan diksa mengaku sebagai ayahnya pada anaknya saat sudah ada didunia ini, ia berencana akan kabur dan hidup berdua dengan anak dikandungnya. "Baby, kita pergi ya, sejauhh mungkin, hidup berdua bahagia bersama".

Thena menoleh, jendela balkon, stt, ia lupa jika gedung apartemen ini sangatlah tinggi.
Tapi setelah dipikir-pikir dibawah balkon ini pasti ada balkon lagi bukan?, Apa ia coba turun dan meminta tolong pada orang di apartemen bawahnya?,emm rencana yang buruk, tapi apa salahnya mencoba?.

Thena berjalan ke arah balkon yang ada disana, ia melihat ada tangga berukuran sedang yang memang disediakan untuk hal mendesak seperti kebakaran mungkin?.

Thena yang sudah menyiapkan diri untuk turun, tiba-tiba.

Srek..

"Gadis bodoh"

Pelipis Thena terbentur benda keras seperti tembok didepannya, sejak kapan terdapat tembok disini?, Ia mendongak , melihat wajah tanpa ekspresi yang menatapnya tajam, ia kikuk, mampus.

"Semudah itu Lo pikir keluar dari hidup gue?", Diksa mulai memojokan Thena ke arah pembatas balkon, "Lo udah jelek, gendut, Lo pikir ada yang mau sama Lo?, Sukur gue mau nampung Lo ya tolol" diksa tanpa perasaan menonyor kening Thena.

Thena melengkungkan bibirnya dan menangis sesegukan, apa ini? Sensitif itu seorang bumil?, Diksa kira ia akan melawan ucapannya.

"Kok Lo nangis sih anjing" diksa semakin bingung dibuatnya saat Thena semakin kencang tangisnya.

"Ma-maaf, Thena emang jelek, makanya Thena mau kabur biar kak diksa gausah nampung sigendut ini hiks...Thena emang gendut, jelek, hitam, pendek, tepos, datar, muraha-" ucapan Thena terhenti saat wajahnya di bekap dalan dekapan ketiak diksa. "Wangi" gumamnya yang masih terdengar oleh diksa.

Athena [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang