. . .Thena menyiapkan sarapan dimeja dengan rapih. Tadi ia bangun terlebih dulu sebelum diksa dan memasak makanan untuk mereka sarapan.
Sedang asik menata piring-piring berisi hidangan di atas meja, tiba-tiba sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Terpaan nafas menyapa kulit lehernya dengan halus dan aroma mint menyeruak di Indra penciumannya.
"Sudah bangun?"
"A-ah, ya makanlah. Bukankah kita sekolah hari ini?"
"Hah, malas sekali. Mengapa kita tidak keluar saja?"
"Sebentar lagi dirimu lulus, sayang jika keluar begitu saja" ketus Thena tanpa ia sadari.
Diksa melirik sekilas lalu ikut duduk di samping Thena.
. . .
"Ck, ck, permainan yang sangat belepotan. Mengapa keluarga itu sangat bodoh"
"Haha, kau benar dude. Aku saja tidak habis pikir dengan jalan pikir mereka" ucap pria asing dengan mulut yang mengapit rokok.
"I think mungkin dia mengira bisa mengalahkan dendam kita?" Ucap pria lainnya yang tengah meneguk sebotol wine miliknya.
"Tapi jangan lupakan, orang tua itu yang tidak diketahui berpihak pada siapa dew" pria yang mengapit rokok tadi membuka pembicaraan dengan serius.
"Jangan kaget, memang sejak dulu tua Bangka itu sulit ditebak" desis pria yang tak lain dan tak bukan adalah Dewangga.
"Lalu apa rencanamu selanjutnya?"
"Kau sudah tau bukan?, Putraku, putra semata wayang. Dia akan menjadi tikus kecil dalam rencanaku"
"Sebegitu besar obsesimu pada adikku heh?. Bagaimana dengan Ereya istri kecilmu itu?"
"Apa lagi?, Aku menikahinya karena tua Bangka sialan itu. Lagi pula wanita itu mandul, tak berguna!."
"Hati-hati, terkadang ludah sendiri lebih menggiurkan dibanding segelas Vodka dude" seusai mengatakan hal itu, pria yang diketahui kakak dari mantan istri dewangga itu beranjak berdiri dan meninggalkan ruangan Dewangga.
"Ereya?" Tanya Dewangga pada dirinya sendiri.
. . .
Thena melewati hari disekolah tanpa minat, sudah ia duga akan ada Bullyan, makian, dan ejekan yang diberi semua orang untuknya. Namun, mengapa diksa tak diberi itu semua?, Ya karena siapa yang berani padanya, apa lagi para gadis-gadis yang memang sangat tergila-gila dengan seorang Diksa Segara Dewangga itu, walau sudah mengetahui sifat busuk diksa yang menghamili Thena. Bahkan Diksa sudah menikah pun tak Memutuskan semangat para gadis disana untuk mendapat perhatian Diksa.
...
Thena duduk ditaman dengan memandang danau didepannya dengan kosong.
Tangannya bergerak mengusap lembut perutnya yang sedikit membuncit itu, naluri keibuannya sangat pekat. Ia bisa merasakan ketenangan pada janinnya sekarang. Entah mengapa dulu yang secara tak berperasaan dia tak menganggap kehadiran buah hati kecil miliknya. Namun berbeda dengan sekarang yang justru tak ingin kehilangan malaikat kecil didalam rahimnya.
Benar kata orang, ibu mana yang tega kepada anaknya sendiri?, Entahlah walau sebagian orang mungkin sudah gila telah mengugurkan janin mereka. Bahkan banyak juga seorang ibu menyiksa sang buah hati yang sudah ia besarkan, dunia begitu kejam untuk anak-anak.
"Aku harap, aku bisa melahirkanmu terlebih dahulu sebelum sesuatu terjadi nantinya. Dirimu berhak merasakan dunia."
Thena menjeda ucapannya. Ia tersenyum kecil memandang perutnya yang lucu baginya. "Aku tak tau apa yang akan terjadi kedepannya. Namun aku hanya ingin dirimu keluar lalu merasakan dunia. Dunia terlalu kejam, ku harap dirimu kuat jangan sepertiku ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena [ON-GOING]
General Fiction[ON-GOING] *** "Hubungan berdasarkan dendam, akankah dapat lama bertahan?, entahlah tatap saja kedepan mengikuti alur yang dibuatnya" . . . Berawal ditinggalkannya seorang ayah, dan disusul ditinggalkan seorang ibu. Gadis bernama Athena Aditama, gad...