"ibu"
Wanita yang sedang asik bersenandung itu menghentikan nyanyiannya, wanita itu menoleh dan tersenyum kearah Thena. Tangan wanita itu melambai mengisyaratkan Thena untuk mendekat kearahnya, Thena mendekat dan duduk disamping wanita yang dipanggilnya ibu tadi masih dengan wanita itu yang memangku lelaki yang sangat Thena kenal.
"Thena jadi istri yang baik ya. ibu tidak menyalahkan kamu sayang ataupun yang lain, Ini hanya kesalahpahaman hum?," sembari membelai rambut tergerai Thena wanita yang Thena kenal sebagai ibu yang melahirkannya itu, tangan Thena diraih ibu Thena lalu meletakan tangan seputih susu itu diatas dada lelaki yang sedari tadi menutup mata dipangkuan ibunya.
Kini tangan Thena sudah bertumpu pada dada lelaki itu dengan tangan ibunya yang bertumpu diatas tangannya, namun ada satu tangan yang tak kalah cantiknya ikut bertumpu diatas tangan ibu Thena. Thena mendongak menatap wanita mungkin seumuran ibunya itu tersenyum kepadanya, sangat cantik dan menawan.
"Jangan sakiti anak bunda yah, dia udah sakit dari lama sayang, jangan lagi dengan kamu menyakitinya apalagi sampai meninggalkannya. Kamu sekarang dunianya semestanya, dia udah sakit, dari kecil dia sakit Thena. Ini salah bunda nak membiarkan dia hidup penuh dendam bersama ayahnya."
"Thena thena-" ibu Thena menggeleng mengisyaratkan Thena untuk diam sejenak.
Ibu diksa, Ariana. Ibu diksa membelai rambut gerai Thena lembut. "Bunda ngga marah sama siapapun, bahkan ayah diksa. Orang jatuh cinta tidak bisa disalahkan sayang, cuma mereka salah cara mengatasinya. jangan buat kisah bunda terulang lagi ya? Semuanya sudah baik-baik saja, kalian berjuang sedikit lagi, sedikittt lagi. Bahagia ya" ibu diksa mengecup kening Thena perlahan.
"Kembali nak, disini bukan tempat kamu" ucap ibu thena memeluk tubuh Thena yang mencerna semua ini.
Namun kepalanya mendadak sangat penting dan semuanya memburam.
. . .
"Mimpi indah ya sayang, sampe gak mau bangun" Anna berbicara dengan sesekali mengusap air mata Thena yang mengalir, bibir pucatnya tersenyum sangat manis.
Ya Thena dinyatakan koma, dan ini sudah hari ke lima ia berbaring tak sadarkan diri.
Anna senantiasa merawat adiknya dengan lembut. Jika kalian bertanya tentang kandungan Thena, ia hampir keguguran, hampir, jika dia terlambat lima menit saja dalam penanganan. Walau begitu kandungan Thena tetap dinyatakan lemah dengan tubuh yang ibu yang berbaring koma, namun mungkin tuhan Masi ingin membuat malaikat yang belum melihat dunia itu memiliki kesempatan untuk merasakan dunia, jadi Anna sangat bersyukur mengetahui kandungan Thena Masi bisa bertahan.
Mata cantik yang baru saja mengeluarkan airmata itu perlahan terbuka, tangannya menggenggam erat tangan yang sedari tadi menggenggamnya, matanya perih ketika langsung berkontak dengan cahaya lampu.
"The-thena?" Anna dengan cepat memencet tombol yang berada disamping brankar untuk memanggil dokter.
Seorang dokter masuk dan langsung memeriksa keadaan Thena yang sedari tadi menatap kosong keatas.
"Gi-gimana dok?" Dokter itu menoleh menatap Anna yang terlihat sangat khawatir.
"Kondisi pasien membaik drastis dari sebelumnya, juga kandungan yang tidak terlalu lemah seperti sebelumnya. Mungkin pasien mengalami sedikit guncangan atas apa yang menimpanya. Jadi pastikan dia tidak tertekan" ujar dokter itu sembari tersenyum ramah.
"Terimakasih dok" Anna lega namun ada sedikit rasa bersalah dihatinya atas apa yang Thena alami. Dokter itu mengangguk dan keluar dari ruangan meninggalkan Anna yang mendekat dan menggenggam tangan Thena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena [ON-GOING]
General Fiction[ON-GOING] *** "Hubungan berdasarkan dendam, akankah dapat lama bertahan?, entahlah tatap saja kedepan mengikuti alur yang dibuatnya" . . . Berawal ditinggalkannya seorang ayah, dan disusul ditinggalkan seorang ibu. Gadis bernama Athena Aditama, gad...