"assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam" ujar Morse cuek. Winda hanya tersenyum menanggapi respon sang putra. Winda beralih kepada gadis yang berada di depan Morse duduk, menyeringit siapa gadis itu?.
Merasa di tatap oleh Winda Thena dengan segera memperkenalkan dirinya kepada Winda "s-saya Thena Tante" Winda tersenyum menanggapi Thena.
"Jadi kamu Thena?" Thena mengangguk canggung sebagai jawaban, bagaimana Winda bisa mengetahui dirinya?. "Yasudah kamu istirahat ya?, Momo kamu antar nak Thena ke kamar tamu yang udah di bersihin bibi"
"Hm"
Thena merasa canggung sekali saat ini, entah masalah apa yang dirundung oleh ibu dan anak didepannya ini, dan dimana ayah Morse?.
. . . . . . . . . . . . . . . .
Senin ini sedang melaksanakan upacara bendera di bawah teriknya matahari yang panas, siswa siswi yang tak memakai atribut lengkap pun di minta membuat barisan sendiri.
Diksa, ia bukan tak memakai atribut, dia memakai dasi tapi seragam di keluarkan juga kancing atas yang dibuka dua, dan dasi longgar. Tapi kini ia tak menuju lapangan, ia berjalan dengan santai di lorong sekolah yang sepi.
Thena berjalan tergesa-gesa karena ia telat, pagi-pagi sekali ia sudah sangat mual, ibu Morse sudah memintanya untuk tak masuk ke sekolah untuk hari ini, tapi kemarin ia sudah membolos ia tak mau absen sekolah.
Ketika berjalan di koridor ia melihat lelaki yang sangat Thena kenal, lelaki itu berjalan seraya mengunyah permen karet dan tangan yang memutar-mutar kunci motornya. Thena dengan ragu menghampiri lelaki itu.
"eng...kak diksa" diksa menoleh ke belakang, dalam jarak dua meter Thena berdiri mematung. Wajah diksa lebam-lebam juga bekas luka yang cukup banyak membuat Thena meringis melihatnya. "Kenapa-"
"Seneng kan Lo bebas dari gue?, Iyalah ngapain gak seneng" sebelum Thena menyelesaikan ucapannya dengan melantur diksa menyela pembicaraan Thena, Thena sedikit kesal tentunya. Diksa akan kembali melanjutkan langkahnya yang tak tau akan kemana itu, tapi tangannya di cekal oleh Thena.
"Kak ayo upacara?"
"Apasih Lo!" Dengan kasar diksa menyentak tangan Thena "Lo!, Lo puas-puasin bebas dari gue ya Bich!, Urus anak dikandungan Lo dengan baik, sampe Lo celakain dia awas lo. camkan itu!" Desis diksa. Thena berpikir jika diksa ini sangatlah melantur pembicaraannya.
Diksa akan kembali berjalan namun dengan sigap Thena menarik dasi diksa hingga membuat sang empu tertarik dan menubruk tubuh Thena yang berakhir Thena sendirilah yang terhimpit antara tembok dan tubuh tegap diksa. Jarak mereka sangat dekat, mata legam diksa menatap mata teduh milik Thena, canggung? Itulah yang Thena rasakan, mengapa ia lancang sekali menarik dasi diksa yang membuat dirinya sendiri yang kesialan.
Diksa seakan terhipnotis oleh mata teduh milik Thena yang memandangnya takut, perlahan diksa mendekatkan wajahnya semakin dekat, satu kecupan diberikan oleh diksa disudut bibir pink Thena "indah" begitu pelan diksa berucap tepat di telinga thena, tubuh Thena seakan meremang mendengar kata-kata yang terlontar dengan lantang dari mulut diksa.
Diksa beralih memeluk pinggang Thena tak terlalu erat karena ia mengingat ada nyawa yang tumbuh di dalam rahim thena, bahu Thena ia tempelkan ke dinding membuat pergerakan Thena sangatlah tipis. "Engh.." rak nyaman, tentu ini di area sekolah, parahnya ini di koridor. "K-kak jangan".
Seakan tuli, dengan tak sabaran diksa melahap dengan rakus bibir ranum milik Thena. Thena kesulitan bergerak juga bernafas, kakinya menggantung karena pinggangnya yang terangkat lehernya terlalu mendongak karena diksa yang memberi ciuman menuntut. Thena hanya bisa pasrah nelawanpun tak ada bedanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena [ON-GOING]
General Fiction[ON-GOING] *** "Hubungan berdasarkan dendam, akankah dapat lama bertahan?, entahlah tatap saja kedepan mengikuti alur yang dibuatnya" . . . Berawal ditinggalkannya seorang ayah, dan disusul ditinggalkan seorang ibu. Gadis bernama Athena Aditama, gad...