it's not her, but me

4.6K 390 14
                                    

Usai dari toilet, Raelyn langsung ke kelas karena istirahat telah usai. Menata kembali seragamnya yang tampak kusut ia keluar dari kamar mandi. Theo sudah lebih dulu pergi meninggalkannya sendiri.

Flashback:

Cup

Kecupan tiba-tiba dari Theo membuatnya membatu di tempat tak tahu harus berbuat apa. Hanya kecupan singkat namun berefek pada jantungnya. Jujur ini adalah ciuman pertamanya baik di dunia dulu maupun sekarang.

Plak!

Raelyn menatap sinis Theo.

"Lo!"

"Manis." Gumam Theo

"Brengsek!"

"Kenapa dari awal gak gue pacarin aja lo? Kalau tau rasa lo sangat nikmat."

"Gila!"

"Gue gila karena lo, Lyn."

Wajah Raelyn tampak memerah menahan amarah. Cowok brengsek itu sangatlah berbahaya. Lihat saja tatapannya sekarang seperti pedofil.

"Gue pastiin lo bakal jadi milik gue Raelyn!" Ucap Theo lalu beranjak pergi.

"Emang ya cowo kalo gak homo ya brengsek!"

Flashback off.

"Lo kemana aja sih Lyn? Gue cari di kantin gak ada." Catrine yang melihat sahabatnya baru tiba di kelas pun langsung memberikannya pertanyaan

"Toilet." Jawabnya singkat.

"Ooo."

Pelajaran telah usai beberapa menit yang lalu. Banyak murid berdesakkan untuk pulang seperti dirinya yang kini berada di antara puluhan murid itu. Gadis itu ingin cepat-cepat pulang dan tidur. Tipe gadis pemalas!

Di rumah, terlihat ibunya tengah bersantai di ruang tengah dengan kakaknya. Masih ingat dengan Ruth? Ada di chapter 3 kalau kalian lupa.

"Eh Raelyn, sini." Panggil ibunya, Raelyn pun berjalan menghampiri ibunya.

"Ada apa mah?"

"Kamu kenapa pulang agak telat?"

"Tadi ada problem sedikit mah."

"Tapi kamu gak papa kan?"

"Enggak mah, aku kah strong."

"Ya sudah kamu istirahat gih, nanti malam kita makan malam diluar jangan lupa dandan yang cantik ya sayang."

"Hm."

Raelyn masuk ke kamarnya meninggalkan ibu dan kakaknya.

Beralih ke dua wanita dewasa itu,

"Apa ini tidak terlalu cepat mah? Raelyn masih delapan belas tahun."
Ucap Ruth bertanya kepada ibunya.

"Tidak ruth, ini waktu yang tepat kita juga sudah sepakat oleh mendiang ibunya dia, lagi pula ini baru tunangan bukan menikah. Kau tenang saja sayang."

"Aku hanya khawatir Raelyn tidak setuju dengan keputusan ini."

"Kau tenang saja, semua akan baik-baik saja dan pasti dia akan setuju mengingat dulu dia sangat menyukai anak itu." Jelas ibu.

"Bukankah mereka satu sekolah?"

"Ya, mereka satu sekolah."

Dan percakapan pun berakhir dengan mereka kembali fokus ke tayangan televisi.

Malam hari telah tiba, tapi gadis bernama Raelyn itu tampak ogah ogahan menatap gaun yang di berikan ibunya untuknya pakai.

Hei ini hanya makan malam biasa kenapa harus memakai gaun seperti ini? Mana gaun itu nampak terbuka lihat saja belahan dadanya terlihat.

Usai memoleskan make up agar wajahnya tidak terlihat pucat. Perfect!

Makan malam kali ini di restoran yang tampak mahal, dirinya dan orang tua dengan kakaknya Ruth tentunya memasuki restoran tersebut.

Restorannya telah di sewa oleh ayahnya sehingga tidak ada pengunjung lain selain mereka.

"Kau sangat cantik malam ini sayang."
Puji ayahnya.

"Jadi apakah hari sebelumnya aku tidak cantik?"

"Kau selalu cantik dan mempesona honey, jadi singkirkan wajah jutekmu itu kau tampak jelek."

"Mama! Ayah nih!"

"Sudah sudah, kalian ini."

"Kapan mereka sampai?" Tanya Ruth yang sedari tadi diam.

"Bentar lagi mereka datang, nah itu dia!"

Deg.

.

Q: aku pengin tau kesan kalian baca cerita ini. Memang baru tahap awal sih tapi pengin tau aja hehe

Happy reading!

Raelyn story'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang