kutukan cinta pertama

5.5K 488 12
                                    

Hari yang cerah menyambut gadis bernama Raelyn. Sudah dua hari sejak dirinya di sini, kota Jakarta tampaknya masih sama dengan dunia asalnya hanya saja udara di sini lebih segar daripada Jakarta aslinya. Macet masih menjadi ciri khas kota metropolitan ini.

Dalam mobil setelah di jemput oleh orang tuanya dan sang kakak. Kakak ya? Apa karena dirinya berada di sini alur novel melenceng? Seingatnya raelyn anak tunggal, namun ini apa? Ia memiliki seorang kakak perempuan yang sudah memasuki bangku kuliah.

"Bagaimana rasanya tinggal di sana?" Tanya ayah memecah keheningan.

"Not bad, aku menikmati suasana di sana." Jawabnya.

"Sudah cukup waktu liburanmu Raelyn. Sekarang waktunya kamu kembali dengan kami."

"Hm."

"Apakah tidak ada seseorang yang kau sukai di sana, adik?"

Itu kakaknya Ruth, gadis yang beranjak dewasa itu. Rupanya tak kalah cantik dengan adiknya.

"Tidak ada."

"Apakah kau masih menyukai sahabat kecilmu itu?"

Sahabat kecil? Ia punya sahabat kecil? Cowok? Tidak ada ia mempunyai sahabat kecil apalagi cowok, karena dalam ingatan yang di kasih oleh Raelyn asli tak ada di sebutkan ia mempunya sahabat cowok. Lebih parahnya ia menyukai sahabatnya sendiri!

"Tidak, aku tidak menyukai siapapun saat ini."

"Kakak sendiri, kapan punya pacar? Bukakah sudah waktunya kakak menikah? Jangan sampai kau menjadi perawan tua kak."

"Sialan adik ku ini! Aku tidak jomblo ya! Lihat saja akan aku tunjukkan cowokku, tapi jangan kau gebet!"

"Tidak akan! Paling cowokmu itu pria tua dengan jenggot yang menggelikan."

Baru saja Ruth akan membalas perkataan adik laknatnya,sang ibunda cepat melerai sebelum terjadi pertumpahan darah. Bercanda.

"Sudah-sudah kalian ini suka sekali meledek. Lyn, jangan menggoda kakakmu itu. Kau juga Ruth!"

Akhirnya mereka diam walau masih saling menghunuskan mata sinisnya.

Sampailah mereka di kediaman Harvey. Raelyn menatap kagum bangunan megah di depannya, sungguh latar buatan penulis memang luar biasa, mereka para penulis mampu menciptakan imajinasi yang menakjubkan.

"Ayo masuk."

Masuk kedalam rumah, ia tambah di buat takjub dengan arsitektur bangunannya. Ornamen-ornamen bangunan khas Italia terasa di sini. Seperti berada di Italia.

"Istirahatlah, kau pasti capek selama perjalanan jauh."

Raelyn mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya berdasarkan ingatan Raelyn asli.

Saat membuka pintu, ia di suguhkan dengan kamar yang tampak rapi, simpel tapi elegan. Ia suka dengan desain kamarnya.

Meneliti setiap sudut ruang kamarnya, dan tatapannya terjatuh pada foto anak perempuan dengan anak laki-laki yang saling merangkul dengan senyuman lebar. Ia tebak itu pasti Raelyn asli saat kecil. Lalu siapa anak laki-laki itu? Apa itu sahabat kecilnya?

Memilih tidak memikirkannya, ia bergegas ke kamar mandi, untuk kopernya ia sudah menyuruh pembantu untuk menata bajunya di lemari.

Asik berendam ia memejamkan matanya,

"Tubuh gue di sana gimana? Terus Jiwa asli Raelyn kemana? Apa ke tubuh gue? Tapi nggak mungkin, orang waktu itu gue udah nggak berbentuk saat ketabrak."

"Woi Raelyn! Seenggaknya kasih gue ingatan jangan setengah-setengah napa!" Teriaknya tidak jelas di kamar mandi.

Untung saja ruangannya kedap suara, jadi mereka tidak akan mendengar ucapannya barusan.

Setelah melakukan ritual mandinya, ia bergegas memakai bajunya lalu turun untuk makan malam bersama. Setelahnya ia kembali ke kamarnya. Besok ia akan mulai sekolahnya lagi. Ia jadi tidak sabar ingin bertemu dengan protagonis, seperti apa wajahnya? Lebih baik ia tidur agar besok tidak terlambat.

Pagi menyabut dengan sinar mentari, namun tampaknya gadis cantik itu tidak terusik, justru semakin merapatkan dirinya di balik selimut.

"Raelyn, sudah siang apakah kau tidak ingin pergi ke sekolah?"

"Eunghh lima menit lagi mah."

"Tidak ada lima menit lagi, cepat bersiap-siap! Atau motor baru kamu mamah jual!"

Gadis itu langsung bangkit dari tidurnya, melotot ke arah ibunya,

"Jangan! Iya aku bangun!"

Enak saja motor yang baru ia beli mau di jual lagi. Tidak akan ku serahkan!

Usai drama pagi ini, ia berangkat ke sekolah sendiri. Awalnya sang kakak menawarinya untuk merangkai bersama, namun ia menolak.

Sampai di sekolah, Raelyn memarkirkan motornya, kemudian turun. Menatap gedung sekolah yang terlihat mahal untuk uang SPP bulanan. Mengingat ini adalah sekolah elit di Jakarta. Saat di parkiran, sudah banyak orang berlalu lalang, banyak yang menatapnya dengan terang-terangan memuji dirinya bahkan ada yang menghujatnya, ah sepertinya orang-y yang menghujat dirinya itu fans-nya.

Tanpa meperdulikan mereka, ia berjalan namun baru beberapa langkah dirinya di kejutkan oleh tarikan yang tiba-tiba. Hampir saja ia kehilangan ke seimbangan jika tidak ada tangan yang memegan pinggangnya memeluknya erat tak membiarkan ia pergi.

Mendongak menatap siapa pelaku yang menariknya tiba-tiba. Tampan!

Saat kesadarannya kembali, dengan cepat ia melepaskan pelukan itu, menatap sinis orang di depannya.

"Siapa lo, berani banget peluk-peluk gue!"

"Lo, gak inget gue? Gue Theo sahabat kecil lo!" Ujar laki-laki itu.

Deg.

Theo male lead adalah sahabat kecilnya sekaligus cinta pertama Raelyn? Malaikat mautnya! Sungguh tidak masuk akal!

Jadi Raelyn di bunuh oleh sahabatnya sendiri? 

.

Q: percaya gak kalau cowo cewek sahabatan, salah satunya pasti memendam suka?

Jangan begadang ya! Jaga kesehatan kalian!

Raelyn story'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang