Bahkan jam sudah menunjukan pukul dua belas malam. Namun jaemin masih terjaga sambil duduk gelisah di sofa ruang tamu. Tangannya menggenggam ponsel sambil sesekali memeriksa notifikasi dari seorang yg ia tunggu saat ini.
Jeno, pemuda itu belum juga kembali ke apartemen. Berkali-kali jaemin coba menghubunginya namun tak tersambung. Seandainya Jeno mengatakan terlebih dahulu kemana ia pergi, jaemin tak akan sekhawatir ini.
Untungnya itu tak berlangsung lama. Terdengar suara pintu terbuka dan mengambil alih atensi jaemin.
Mata pemuda itu membulat. Melihat seseorang yg di tunggunya pulang dengan banyak luka di tubuhnya.
"Astaga Jeno" teriak jaemin. Ia berlari ke arah Jeno untuk melihat lebih dekat kondisinya.
"Kamu kok belum tidur?" Jeno malah menanyakan hal yg menurut jaemin tak penting sama sekali.
"Kamu kenapa bisa babak belur gini?" Jaemin terlihat begitu khawatir. Bola matanya bergerak gelisah. Tangannya juga terulur menyentuh pipi biru pemuda di hadapannya itu.
"Gapapa, tidur yuk"
Jeno raih tangan jaemin bermaksud mengajaknya kekamar.
"Jawab aku dulu" jaemin menahan langkah kaki Jeno. Ia masih menanti penjelasan tentang semua yg terjadi.
"Gapapa sayang, cowo gini itu udah biasa, kamu ga usah khawatir, sekarang aku mau mandi bentar dulu terus kita tidur yah"
"Biasa apanya? Seragam kamu sampe robek gitu, terus itu lengan kamu juga berdarah, wajah kamu lebam semua, kamu pasti abis tawuran kan?" tebak jaemin yg ternyata mendapat anggukan dari lawan bicaranya.
Jeno tak ingin memperpanjang urusan. Dengan berkata jujur berharap si manis akan lekas diam. Jeno merasa semua tubuhnya sangat sakit kali ini, ia butuh istirahat secepatnya.
"Udah tau kan sekarang? Mau nanya apalagi?" Jeno usak rambut si manis yg matanya terlihat berkaca-kaca.
"Kenapa sih harus kaya gitu? Apa kamu ga bisa jadi anak baik-baik aja ga usah berantem?" Suara jaemin melirih seperti menahan tangis. Entahlah, ia begitu sakit melihat keadaan Jeno seperti sekarang.
"Hey kok sedih sih, cantiknya nanti luntur loh. Ini ga apa-apa sumpah, ga sakit sama sekali"
"Tapi aku khawatir" kalimat itu terdengar begitu tulus keluar dari mulut jaemin.
Jeno merasa tersentuh karena ada yg mengkhawatirkan keadaanya. Jika saja itu sang mama, pasti akan lebih dulu mengomelinya.
"Sstt, jangan sedih"
Jaemin beringsut memeluk tubuh Jeno. Coba menetralkan rasa khawatirnya yg terlalu berlebihan.
"Udah-udah, kita kekamar aja. Aku lengket banget ini mau mandi" ucap Jeno memaksa pelukan itu terlepas. Mencubit sedikit pipi jaemin sambil tersenyum agar terlihat baik-baik saja di hadapan kesayangannya itu.
Perlahan jaemin kembali tenang. Sembari menunggu Jeno selesai mandi, jaemin menyiapkan pakaian ganti dan juga kotak obat untuk mengobati luka pemuda Jung tersebut.
-🐶🐰-
10.00
Jeno memutuskan membolos sekolah, sekujur tubuhnya terasa begitu sakit dan kaku. Lagipula matanya masih sangat lengket. Ia baru memejamkan mata sekitar pukul 4 pagi.
Namun sayangnya sedari tadi ponselnya terus berdering. Memaksa Jeno untuk membuka mata sekalipun dengan kesadaran yg belum terkumpul sempurna.
YOU ARE READING
My Perverted Boy || NoMin
Fanfiction☞NOMIN AREA☜ ⚠️BL, BXB, YAOI⚠️ On going M-preg Charadeath Non baku Baca aja dulu, siapa tau suka. 📌Cerita ini 100% imajinasi author. Readers di harap bijak untuk tidak membawa cerita ini ke real life para idol. 'Start : 01 January 23' 'End : (?)'