Di tengah perjalanan Jeno menerima telfon dari taeyong. Tentu saja sang mama telah mendengar kabar perihal hukuman yg Jeno dapat dari sekolah. Ia begitu murka. Jeno di suruh pulang ke rumah dan tak lagi di izinkan untuk tinggal di apartemen apapun alasannya.
Dari sebrang telfon Jeno sudah bisa menebak jika mamanya kali ini tak akan begitu mudah memberinya maaf. Mungkin riwayat Jeno akan selesai ketika ia menginjakkan kakinya di rumah nanti.
"Ya udah kamu pulang aja, kasian mama kamu" Ucap jaemin, ia masih setia duduk di jok belakang. Mereka berdua sedang berada di tepi jalan.
"Nggak, aku ga mungkin ninggalin kamu sendirian di apartemen, apalagi kita baru pacaran, ya masa ga di rayain?" Jeno.
"Ngapain pake di rayain? Pekara tinggal, biar aku balik ke tempat renjun"
"Enak aja, kamu mah gatau gimana pengorbanan aku buat dapetin kamu, uang jajanku abis tuh buat di tuker sama info tentang kamu dari renjun"
"Astaga, kenapa sampai segitunya sih? Kamu tuh, ish!" Jaemin spontan memukul bahu pemuda yg lebih muda darinya itu.
"Ya demi kamu apasih yg nggak" sempat-sempatnya Jeno menoleh ke belakang lalu memberikan wink genit pada jaemin.
"Ya udah sekarang mending kamu pulang aja, biar mama kamu juga ga makin marah"
"Mau pulang apa nggak mama mah bakal tetep marah, kamu gatau mama kaya gimana kalau udah marah, singa aja di makan"
"Masa sih? Tapi mama kamu keliatan nya ga seserem itu"
"Belum kenal aja kamu tuh, dia itu titisan dewa api, kalau marah mulutnya keluar api"
"Itu mah naga, Jeno!"
"Haha"
"Canda Mulu, di bilang pulang aja"
"Kenapa sih? Aku masih mau sama kamu"
"Kalau kamu ga mau pulang, mending kita ga jadi pacaran aja!"
Jeno mendelik, ia langsung menoleh ke belakang dan mendapati wajah jaemin yg terlihat begitu serius.
"Ya udah aku pulang, tapi sama kamu" ucap Jeno tak mau ambil resiko.
"Lah kok jadi sama aku?"
"Kalau ga sama kamu ya udah aku gamau pulang"
Jaemin hanya bisa menghela nafas pasrah. Dia pun mengiyakan saja permintaan Jeno, sekalipun sekarang ia merasa sedang dalam bahaya. Namun dari sini Jaemin sudah cukup mendapat bukti dari perkataan jaehyun, jika jeno akan menuruti apapun yg jaemin katakan.
"Jen, berhenti!"
Baru saja Jeno melajukan motornya, si manis minta berhenti secara tiba-tiba.
"Kenapa sayang? Ada yg jatuh?"
"Nggak, kita mampir dulu beli kue buat mama kamu"
"Ngapain?"
"Udah nurut aja"
Jaemin turun lebih dulu dan melepas helem nya. Ia menarik pergelangan tangan Jeno lalu di ajak masuk ke sebuah toko kue di pinggir jalan.
Sekitar pukul 5 sore, dua pemuda itu sampai di tempat tujuan. Sebuah rumah mewah dengan halaman luas dan pagar berwarna emas yg menjulang tinggi.
Jaemin terperangah. Ia tau jika Jeno orang kaya namun tak menyangka jika Jeno sekaya itu hingga rumahnya saja mirip istana dalam dongong.
"Jeno, ini rumah kamu?" Jaemin coba memastikan.
"Bukan, ini rumah mama sama papa, tapi kalau kamu pengen rumah kaya gini, nanti aku minta papa beliin rumah buat masa depan kita"
Jaemin hanya memutar bola matanya malas. Sudah cukup terbiasa dengan semua jawaban nyeleneh yg Jeno berikan.
YOU ARE READING
My Perverted Boy || NoMin
Fanfiction☞NOMIN AREA☜ ⚠️BL, BXB, YAOI⚠️ On going M-preg Charadeath Non baku Baca aja dulu, siapa tau suka. 📌Cerita ini 100% imajinasi author. Readers di harap bijak untuk tidak membawa cerita ini ke real life para idol. 'Start : 01 January 23' 'End : (?)'