CHAPTER ENAM

639 29 0
                                    

Apa yang kamu rasakan ketika kamu melihat video persetubuhan suami kamu dengan orang lain? Sakit? Perih? Sesak? Benar, seperti itulah yang Nola rasakan saat ini.

Memo card yang diberikan Jian padanya bukanlah berisikan sesuatu hal yang sudah dibayangkan oleh Nola. Isi dari file tersebut justru di luar perkiraannya. 

"Ah, andai aja aku enggak membayangkan yang lucu-lucu pasti aku udah bersiap dengan rasa sakit ini."

File tersebut berisikan video persetubuhan Niko dengan Jian. Saat Nola melihatnya, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Pikirannya kosong. Mulutnya yang biasanya berbicara dengan lancar kini malah seperti radio kehabisan batrai.

Nola berbaring di tempat tidur dengan tubuh telentang, menatap langit-langit kamar. Ia mengingat-ingat kembali perkataannya yang mengatakan kalau Niko tidak bisa menyentuh Jian.

"Haha. Apaan? Itu buktinya dia bisa."

Mengingat kembali dirinya pernah berkata dengan main-main kalau Niko dan Jian sedang bermain kuda-kudaan ternyata benar adanya, mampu membuatnya tertawa hambar.

"Jadi alasannya menikah denganku apa? Kenapa enggak menikah dengan Jian aja?"

Dunia ini memang aneh ya. Benar, dunia memang aneh. Segala hal yang terjadi di dunia memang selalu di luar perkiraan.

Nola memejamkan matanya, ia menangis dalam diam. Hatinya sangat sakit. Ditepuk-tepuknya dadanya dengan kuat untuk menghalau rasa sakit yang berasal dari dadanya. Air matanya turun dengan lancar.

"Kenapa?"

Beberapa menit terlalui. Napas Nola terdengar berhembus dengan teratur. Yang mengira dirinya tidur, salah. Ia tidak tidur tapi justru bangun.

Sedetik kemudian terdengar tawa. Tawa dari dia yang sudah lama tidur. Tawa dari dia yang kembali bangun.

"Bajingan memang! Hah!"

Dia menatap pantulan dirinya di cermin. Mendengus begitu melihat adanya jejak air mata di pipinya. Dengan kasar ia menghapus jejak tersebut.

Dia terdiam dengan bibir bawah yang ia kulum dan lidah yang ia timpah di atas kuluman bibir bawahnya. Tatapannya terpaku pada video yang sudah terjeda di komputer milik Nola. Video persetubuhan dari para bajingan.

"Kenapa ada manusia berengsek?" tanyanya pada dirinya sendiri, kemudian tersenyum miring begitu tahu jawaban dari pertanyaan itu. "Ya untuk dihabisi."

Ia meregangkan tubuhnya dengan nyaman. Melakukan pemanasan singkat. Lalu dengan cepat berganti pakaian. Kalau sebelumnya Nola memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan kini tubuhnya terbalut oleh celana panjang juga baju lengan panjang, keduanya berwana hitam. Tidak lupa ia memakai topi.

Mengambil pisau lipat di bawah tempat tidur, kemudian berlalu keluar kamar sembari mengayunkan pisau tersebut sesuka hatinya.

"Udah lama enggak main."

Dengan sekali lempar, pisau tersebut mendarat tepat di tengah-tengah guci keramik yang berada di dekat TV.

Prankk.

Keramik yang awalnya berbentuk guci tersebut berubah menjadi pecahan tanpa arti. Pelaku pelemparan pisau tersebut bertepuk tangan dengan heboh.

"Masih keren, seperti biasa No!"

Setelah mengambil pisau itu kembali, ia segera keluar rumah dan pergi menuju ke suatu tempat dengan mengendarai sepeda. Di perjalanan banyak yang melihatnya, bukan karena dirinya melanggar peraturan lalu lintas. Akan tetapi karena pisaunya yang menancap di kepala topinya.

Gila.

Iya, Nola memang gila. Dan manusia berengsek bernama Jian itu memancing kegilaannya dengan sengaja. Kalau memang mau memiliki Niko Anjing itu harusnya mengatakannya secara langsung. Ck!

Tapi tidak apa juga. Dengan kesempatan ini, dia akan menunjukkan kepada manusia berengsek itu kalau apa yang menjadi miliknya artinya hanya miliknya.

Senyum manis Nola tampil begitu dia berhenti di depan rumah mewah. Bukan tentang mewahnya, tapi tentang pemiliknya. Eh? Anak pemiliknya. Haha hampir saja Nola lupa.

Jian.

Kamu berakhir di sini. Selamat tinggal.

Eh?

Hahahha belum loh! Nola, Nola! Belum juga memulai sudah mengatakan selamat tinggal saja. Maafkan Nola ya? Dia hanya terlalu bersemangat.

Turun dari atas sepeda, Nola menampilkan wajah polosnya kepada penjaga keamanan rumah tersebut.

"Kamu siapa?!"

Jelas sekali penjaga keamanan rumah Jian membentak Nola. Hal ini disebabkan karena penjaga tersebut melihat pisau yang tertancap di topi Nola dengan berani.

"Saya Nola, Om! Saya temannya Jian!" jawabnya dengan senyuman yang sangat manis.

Tapi meskipun senyum Nola memancarkan aura-aura anak lugu, tetap saja penjaga keamanan tidak percaya. Dia sudah dilatih untuk menghadapi situasi seperti ini.

"Tidak! Katakan! Kamu siapa?!"

Senyum manis Nola perlahan luntur. Raut wajahnya menjadi datar. Dia membenci penjaga tersebut. Sangat-sangat benci.

"Saya Nola, Om. Saya pembunuhnya, Jian."

Saat itu juga penjaga keamanan mengeluarkan pistolnya dan menembak ke arah Nola. Tapi ya ... sayangnya Nola menghindar. Nola terkekeh pelan ketika dengan beruntun tembakan mengarah kepadanya. Sampai pistol penjaga tersebut kehilangan fungsi karena kehabisan peluru.

"Sialan! Siapa sebenarnya dia?! Kenapa dia bisa menghindari semua tembakanku?!"

Mata penjaga keamanan melotot mendengar teriakan nyaring Nola yang mengutarakan isi pikirannya.

Nola tertawa kencang. Ditariknya pisau yang sedari tadi menusuk topinya. Diarahkannya kearah penjaga keamanan.

"Kan saya udah bilang, Om. Saya Nola, pembunuhnya Jian dan pembunuhnya Om."

Sedetik kemudian teriakan kesakitan terdengar dari mulut penjaga keamanan. Nola menyayat dalam leher penjaga keamanan tersebut dengan sekali sayatan. Darah mengalir.

Tapi Nola belum puas. Lagi disayatnya, dan semakin dalam dan mengagalah sayatan leher penjaga keamanan. Nola tersenyum kecil.

"Jangan lupa ya, Om. Sebelum mati kirim dulu rekamannya ke polisi. Sayang banget nanti usaha Om jadi sia-sia."

Setelah itu Nola membuka gerbang rumah Jian dan melangkah masuk. Seandainya Nola tidak dalam keadaan gila, dia pasti akan terkagum-kagum dengan luasnya dan indahnya rumah Jian.

Tanpa mengetuk pintu, Nola masuk. Kosong dan sepi.

"Pantasan jadi lonte. Kesepian ternyata. Lonte yang malang ... cuih!"

Nola meludah. Lidahnya gatal menyebut hal menjijikkan.

Melanjutkan langkahnya, Nola sampai di depan kamar Jian. Kenapa dia tahu? Sebenarnya, Nola pernah sekali ke rumah Jian dan memasuki kamar Jian. Ah, sepertinya penjaga keamanan tadi orang baru. Pantas saja tidak mengenal Nola.

Brakk!

Pintu ditendang. Jian yang sedang fokus pada laptopnya tersentak. Matanya membola begitu melihat Nola dengan penampilan yang mengerikan. Darah di seluruh tubuhnya.

"No–Nola!"

Nola tersenyum manis. "Hai Jian! Apa kabar?"

•••••
TBC

Talk to Me, Honey!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang