EL 1 - Shock

20.4K 532 16
                                    

Fey POV

"Ta ... sayang. Udah siap nak? Tamunya sudah datang nih," panggil Mama di depan pintu kamarku.

"Iya, Ma. Bentar lagi," sahutku sambil memakai anting yang senada dengan dress selutut warna soft blue yang melekat indah di tubuhku. Malam ini ada perjamuan makan malam di rumahku. Mama bilang sahabat papa akan datang. Ada hal penting yang ingin dibicarakan. Entah apapun itu, sampai aku harus berdandan segala. Perasaanku sedikit tidak enak sejak kabar acara makan malam ini kudengar.

"Mama tunggu di bawah ya sayang."

"Udah siap kok, Ma." Segera kuhampiri Mama yang selalu tampak cantik dengan senyum indah andalan Mama.

"Cantiknya anak Mama." Pipiku dikecup sayang oleh Mama.

"Iya dong. Mama aja cantik, Fey juga cantik dong ... hehee ...."

"Mulai deh alaynya. Udah yuk turun sayang!" Aku dan Mama segera turun.Karena kamarku ada di lantai dua.

Tamu Papa ternyata sudah ada di ruang tamu bersama Papa. Aku dan Mama segera memberi salam.

"Ini Elettra ya? Makin cantik ya. Dulu aja masih kecil jail banget kalau udah main bareng Nathan," ucap Tante yang adalah istri sahabat Papa. Aku hanya nyengir aneh karena aku sama sekali tidak mengingat beliau dan Nathan? Siapa dia? Teman kecilku?

"Berhubung Dian dan anakku sudah turun, mari kita mulai," ucap Papa sambil menuntun kami semua ke ruang makan.

"Oh ya, Indah, Nathan anak kamu mana? Pasti sekarang dia tampan sekali." Mama membuka percakapan di sela-sela acara makan. Membuatku semakin bertanya-tanya seperti apa rupa Nathan.

"Oh iya. Tadi dia izin menerima telfon. Tapi kok lama sekali ya," jawab Tante Indah - yang namanya baru saja kuketahui.

"Maaf saya membuat kalian menunggu." Tiba-tiba suara dari arah belakangku membuatku refleks menoleh ke sumber suara. Dan ternyata...

"Sam?"

"Fey?"

"Lo ngapain di sini? Emm ... maksud gue ... lo kok bisa ada di sini?"

"Gue? Gue ngehadirin acara makan malam disini. Bareng Papa Mama gue."

"Tunggu-tunggu ...." Om Darmawan menengahi, "Kalian sudah saling melupakan?"

"Maksud Papa? Melupakan apa? Aku kenal dengan Fey. Dia teman sekelasku, Pa," jawab Sam bingung.

"Iya Om, kami sekelas," sambungku yang juga kebingungan.

"Jadi ... kalian tidak ingat kalian ini berteman akrab waktu kecil?" tanya Papa.

"Kami?" tanya kami berbarengan dengan saling menatap.

"Iya sayang. Kalian berdua. Coba di ingat-ingat lagi," Mama melanjutkan.

Kami hening sejenak. Cukup lama. Masing-masing dari kami mencoba mengingat sekilas memori masa kecil. Kuperhatikan wajahnya baik-baik. Melafalkan namanya berulang kali dan kemudiann ...

"Etta!"

"Nathan!"

"Ternyata elo ...." ucap kami berbarengan. Lalu tertawa bersama-sama. Orang tua kami pun ikut tertawa.

"Kalian ini ya ... bisa-bisanya saling melupakan," ucap Tante Indah menghentikan tawa kami yang terlalu heboh. Lucu saja dengan kelupaan kami itu.

"Kita kan udah lama pisah, Ma. Aku baru pindah ke SMA Abadi juga waktu kelas XII, ya jadi gimana mau ngingat. Hahaa ...." ucap Sam lalu segera duduk karena sedari tadi dia hanya berdiri.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang