EL 15 - Day By Day

6.7K 242 7
                                    

Waktu terus berjalan membuka tahun yang baru. Hari menginjak penghujung bulan januari. Tak terasa semuanya telah kulalui bersamanya. Suamiku, Sam. Kalau diukur dengan logika, rasanya aku tidak percaya harus menjalani marriage life di usiaku yang masih muda bersamanya.

Dia bekerja keras untuk keluarga kami. Meskipun bekerja di perusahaan Papanya, Sam tak pernah bertindak sewenang-wenang. Dia selalu memberikan teladan yang baik. Dia ramah dan mudah bergaul, sama seperti saat SMA. Tak urung banyak perempuan yang menatapnya dengan tatapan yang ... yahh ... kau mengerti maksudku 'kan?

Sementara aku? Aku sibuk dengan kuliahku. Jadwal yang semakin hari semakin padat membuatku harus pandai mengatur waktu kuliah dan waktu mengurus rumah. Sam juga akan mengantarku ke kampus jika ia punya waktu luang.

Semua berjalan dengan baik. Setiap minggu kami akan ke Gereja bersama. Setelahnya kami akan berjalan-jalan, menghabiskan waktu bersama, menonton, makan, berbelanja keperluan rumah, atau pergi berkunjung ke rumah orang tua kami.

Meskipun pernikahan kami sudah berjalan sejauh ini, kami belum pernah melakukan hubungan suami-istri yang seharusnya. Kami rasa ini belum waktunya. Lagian aku mahasiswi kedokteran, aku tahu bahwa hamil diusia muda itu sangat rawan bahaya. Dan aku tidak ingin itu terjadi. Aku percaya semua ada waktunya.

Aku juga sedikit banyak jadi mengetahui apa yang Samudra sukai dan apa yang tidak dia suka. Aku hafal bagaimana dia marah, tersenyum, tertawa, cemberut ... ahh ... segalanya. Aku akan lebih berani menatapnya saat tidur, hehe ....

Aku menjalaninya dengan bahagia. Bersyukur kepada Tuhan karena memberiku cinta ini. Namun, harus kuakui, ada sesuatu yang kurasakan kurang. Aku belum melihat cintanya untukku, seperti aku yang memberikan cintaku sepenuhnya untuk dia. Aku merasa, dia menjalankan semuanya, hanya sebatas karena kewajibannya sebagai suamiku, tidak lebih.

***

Sam POV

Feydilla. Ya, dia yang sejauh ini telah menemaniku melewati hari-hari. Tanpa terasa semuanya mengalir begitu saja. Dia telah menjadi tanggung jawabku. Seseorang yang harus selalu kujaga dan ... kucintai.

Tapi entahlah. Aku merasa belum memberikan sepenuhnya cintaku padanya. Karena jauh di lubuk hatiku, aku masih mencintai seseorang. Seseorang yang telah menjadi cinta pertamaku. Seseorang yang pertama kali merajut cinta bersamaku. Dan seseorang yang pertama kali mematahkan hatiku. Seseorang itu ialah ... Nissa.

Flashback

"Lo manggil gue ke sini buat apa, Sam?" Suara cantik itu mengejutkanku yang sedang melamun saat itu.

"Ada sesuatu yang mau gue omongin," ucapku sedikit gugup. Dia akhirnya duduk di sampingku.

"Ngomongin apa?" Aku benar-benar gugup untuk menjawabnya. Namun akhirnya aku memberanikan diri untuk menggenggam tangannya dan menatapnya.

"Niss, gue suka sama lo." Dia menatapku kaget, namun setelahnya bibirnya melengkung ke atas, membentuk senyuman yang sangat aku suka.

Dia mengerutkan dahinya kemudian. Membuat aku tersadar bahwa kalimat ini sangat ganjil.

"Eh, sorry Niss. Gue gugup." Dia menahan tawanya. Membuatnya terlihat sangat cantik.

"Kamu mau jadi pacar aku?" Kulihat dia mengangguk dengan pipinya yang merona. Tanpa menunggu aku pun membawanya dalam dekapanku.

***

Hari terus berlalu. Aku menjalani hubunganku dengannya dengan penuh kebahagiaan. Banyak orang menatap iri hubungan kami. Kata mereka hubungan kami terlalu perfect, aku kapten basket, dan dia ketua cheers.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang