EL 13 - Go to Solo

7.2K 265 12
                                    

Author POV

Setelah melakukan perjalanan melalui jalur udara dan tiba di Boyolali, keluarga Darma dan Harlan melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Magetan, kediaman keluarga besar keluarga Darma, dengan dijemput oleh tiga mobil.

Sebelum sampai di Magetan, mereka memutuskan untuk makan lebih dulu. Mereka memilih Resto Ndoro Dongker. Resto ini memiliki menu makanan yang sederhana, tapi soal rasa, jangan ditanya. Kamu akan terbuai dengan suasana tenang pegunungan, sambil nge-teh.

Hard to describe bagaimana suasana di sini. Old style, smooth, soft, akan bikin kamu merasa heaven on earth is really exist. Hamparan kebun teh, kaki gunung Lawu yang sayu dan misterius, sejuk, teh dan makanan yang enak.

Mereka memesan kare ayam kampung yang katanya menu utama resto ini. Kare ini mirip soto kental atau kuah yang biasa dimakan dengan bubur, tapi ini dengan nasi. Mereka juga memesan kentang Ndoro Dongker. Menu yang hanya ada di resto ini. Rasanya enak, gurih, cheezy, sedikit mild karena lada.

Sementara untuk teh-nya, para orang tua memesan Teh Lawu. Teh yang dicampur kayu manis dan sedikit sereh. Sedangkan yang muda memilih teh kesukaan masing-masing. Ada yang memesan teh melati dan green tea. Hanya Fey yang memesan wheat grass juice.

"Kalian capek?" tanya Harlan.

"Ya cukup capek, Pa. Apalagi si Aileen, dia rewel banget. Kecapean digendong terus kayaknya," jawab Dava sambil tersenyum melihat anaknya yang terlelap di gendongan Clara.

"Kalau Gina nggak usah di tanya, Pa. Sumpah deh, pegel banget," ucap Gina dengan wajah yang begitu melebih-lebihkan kecapeannya. Membuat semua yang ada di situ tertawa.

"Dasar alay, lo!" sembur Sam meledek adiknya itu.

"Biarinn ... wle," balasnya sebal. "Mba, bilangin Mas Nathan tuh, udah gede, jangan bisanya ngeledekin Gina mulu," Gina berucap kesal pada Fey, sekali-kali melirik abangnya. Fey hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat mereka berdua yang ke manapun dan kapanpun pasti ada aja bahannya buat ledek-ledekan.

"Contohin dong Mas Dava sama Mba Feydilla. Mereka akur terus loh," kali ini Mba Clara buka suara.

"Iya sih, Mba, akur. Di depan orang-orang aja tapi. Coba deh tinggalin kami berdua. Bisa perang bantal," jawab Fey tersenyum ngeledek abangnya.

"Bener 'kan, Mba, punya abang itu ngeselin," ucap Gina meminta dukungan Fey.

"Iya ngeselin, Gin. Tapi gimanapun juga, seorang abang pasti ngelindungin adiknya. Lagi pula, ngeselinnya itu yang bikin ngangenin dan merasa beruntung punya abang," jawab Fey sambil mencubit pelan pipi Gina.

"Nahhh ... dengerin Mba-mu, Gin. Kamu harus tahu, Mas-mu ini sayang sekali sama kamu," ucap Sam membenarkan Fey.

"Iya deh, iya. Gina juga sayang Mas Nathan. Tapi males aja kalau diledekin mulu," jawab Gina dengan menggembungkan pipinya. Yang lain hanya tertawa.

Setelah makan dan beristirahat, mereka melanjutkan perjalanan yang tinggal sedikit lagi.

***

"Fey, bangun yuk. Udah sampai," Sam membangunkan Feydilla yang tertidur di pundaknya.

"Hmm ...." Fey hanya bergumam dan memeluk Sam.

"Hoaammm ... kita sudah sam ... Astaga! Mas Nathan, Mba Fey!" Gina yang duduk di bangku depan baru saja bangun. Saat menoleh ke belakang, dia kaget melihat Sam mencium bibir Fey. Mau tak mau Fey pun terbangun dan kaget melihat Sam menciumnya.

"Ihh ... Sam ... kalau mau cium pas aku sadar kenapa?" ucap Fey kesal.

"Kan aku mau bangunin kamu." Sam merangkul pundak Fey, hendak menciumnya lagi.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang