EL 11 - Sick

7.4K 299 8
                                    

Petrichor, aroma hujan ini begitu tercium saat aku sudah berada di makam Oma. Aku benci aroma ini. Aroma yang membuatku merindukan mereka yang telah bersatu dengan tanah dan tidur dalam diam.

"Oma, Nathan datang. Oma baik kan di sana?" Aku mengusap lembut batu nisan di makam Oma. Aku sungguh merindukan Oma.

"Oma, apakah Etta memang pilihan terbaik untuk aku? Apakah bisa kami menjalani semuanya, Oma?

Apakah Oma akan marah bila aku mengakhiri semuanya? Dia bahkan berselingkuh dari aku, Oma. Bagaimana mungkin aku bisa menjalani rumah tangga yang serumit ini, Oma? Tanpa cinta.

Aku sudah memintanya belajar menerimaku, Oma. Bahkan aku mulai tertarik padanya. Sampai aku mau melakukan hal yang bahkan tak pernah terpikirkan untuk aku lakukan."

Flashback

"Iya halo, Ma."

"Sam, Mama tahu kamu begitu kehilangan Oma Lena. Tapi Mama minta kamu jangan terlalu larut dalam kesedihanmu. Lihatlah Etta, dia sedih melihatmu begitu, nak. Etta juga merasa kehilangan. Seharusnya kalian saling mengingatkan. Kamu mengerti 'kan maksud Mama, Sam?"

"Iya, Ma." Aku menatap Fey intens saat itu. Benarkah dia memperhatikanku?

"O ya, nak, itu Fey lagi datang bulan. Pembalutnya kebetulan habis. Tolong kamu belikan ya, Sam. Etta malu tuh mau minta tolong sama kamu."

"Eh ... i..iya, Ma." Percakapan dengan Mama berakhir. Ucapan Mama membuat aku sedikit salah tingkah saat Fey menatapku.

"Mandilah!" Hanya itu yang kukatakan padanya yang masih menatapku bingung. Aku lalu pergi meninggalkannya.

Aku sudah berada di dalam minimarket di ujung kompleks perumahan yang aku tempati bersama Fey. Kumantapkan langkahku mencari 'barang itu', mencoba menghilangkan rasa malu. Sialnya aku nggak menemukan apa yang kucari sementara di rumah Fey pasti menunggu. Akhirnya kuputuskan untuk bertanya pada Mba penjaga. Bodo amatlah itu Mba mau mikir apa nanti.

"Permisi, Mba. Mau tanya, pembalut wanita disebelah mana ya?"

Aahh ... akhirnya berhasil juga tuh kalimat keluar dari mulutku. Nah 'kan benar, Mba-nya natap aku gimana gitu.

"Mas beli buat siapa ya?" Mba itu tersenyum melihatku.

Aihhh senyum apa itu?! Lagian kenapa nanya-nanya sih. Yang jelas bukan aku yang pakelah.

"Buat istri saya, Mba."

"Lah, Mas nikahnya muda banget. Tapi beruntung ya istri Mas. Jarang loh ada suami yang mau beliin pembalut kayak gini." Aku cuma senyum aja. Entah malu atau merasa bangga. Hehehe.

Saat pembalut itu sudah ada ditanganku, aku segera membayarnya ke kasir - yang bersama pembeli lain juga senyum-senyum melihatku - lalu segera pulang.

Flashback off

Aku tersenyum mengingat hal itu. Tapi senyumku segera pudar saat suaranya dan cowok itu terdengar berulang di telingaku.

"Oma, lihatlah, dia bahkan masih berpacaran dengan kekasihnya itu, Oma. Nathan lihat Oma, bagaimana mereka menatap rindu dan memeluk satu sama lain. Bahkan Etta nggak mengaku sama cowok itu bahwa aku adalah suaminya," aku melanjutkan keluhanku pada Oma.

"Apa yang harus aku lakukan, Oma? Aku masih muda. Sangat muda. Bagaimana, Oma? Bagaimana?" aku berteriak melawan suara hujan. Semakin lama suaraku serak. Hujan bertambah deras, tapi aku tak peduli. Aku ingin terus disini. Sampai Oma menjawab semua pertanyaanku.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang