EL 16 - Pain

6.4K 268 8
                                    

Masih kurasakan rasa sakit karenamu
Masih berdetak seperti dulu ....

Tanganku berhenti menari di atas tuts-tuts piano. Perasaan itu muncul lagi. Perasaan saat aku hanya bisa memandangnya dari jauh. Menikmati senyumnya diam-diam.

Sam, kapan kamu bisa menoleh padaku?

Entah berapa lama aku diam dalam pikiranku, sampai suaranya mengejutkanku.

"Da..darimana kamu tahu lagu itu?" Aku segera menoleh ke arahnya.

"Sam? Sejak kapan kamu berdiri di situ?"

"Aku tanya kamu tahu darimana lagu itu?!" dia berteriak padaku. Aku kaget sekali. Belum pernah dia membentakku lagi setelah kejadian dengan Dani dulu.

"I..itu..la..lagu ... lagu ...."

"Jawab yang cepat!"

"Lagu itu ... la..lagu..buatanku, Sam," jawabku benar-benar gugup. Aku nggak berani memandang wajahnya.

"Bohong!" Aku segera mengangkat kepalaku memandangnya kaget.

"Bilang sama aku! Kamu tahu darimana lagu itu?!" teriaknya lagi. Air mataku rasanya sudah membendung di pelupuk mata.

Oh, please jangan nangis.

"Lagu itu aku buat sendiri, Sam. Lagu itu aku buat untuk ...." Hampir saja aku keceplosan.

"Kamu bohong, Fey! Lagu itu jelas-jelas bukan punya kamu. Kamu dapat darimana? Kamu buka-buka kotak pink itu ya? Jawab aku Feydilla!" Dia meremas keras bahuku. Sakit rasanya.

"Kotak pink apa, Sam? Aku nggak ngerti maksud kamu."

"Nggak usah bohong!"

"Tapi aku nggak bohong!" balasku dengan nada tinggi. "Lagu itu memang aku yang buat. Terserah kalau kamu nggak perca ...."

Plakkk

"Sa..Sam? Ka..kamu nampar aku?"

"Itu karena kamu bohong. Kamu mengakui lagu itu sebagai karyamu. Jelas-jelas lagu itu punya Nissa!" Aku menatapnya tak percaya. Bagaimana bisa dia bilang lagu itu milik Nissa. Lagu itu dulu kubuat untuk dia, meskipun aku belum sempat memberikannya untuk dia, karena aku tak berani.

Aku tak bisa menahan air mataku. Rasa sakit di bahu dan pipiku tak seberapa dibanding rasa sakit di hatiku mendengarnya menyebut nama Nissa. Ternyata benar, dia masih mencintai Nissa. Bahkan dia sampai menamparku hanya karena baginya lagu itu buatan Nissa.

"Jangan nangis! Air mata kamu itu bohong. Aku nggak nyangka Fey, ternyata kamu tega sama Nissa. Padahal dia nggak salah apa-apa sama kamu!"

"Terserah kamu, Sam! Terserah mau percaya sama aku atau Nissa. Kamu tega, Sam. Bahkan orang tuaku nggak pernah nampar aku. Ternyata benar, kamu masih cinta sama Nissa," ucapku dengan suara bergetar.

"Iya benar! Kamu benar! Aku masih cinta sama Nissa daripada sama perempuan pembohong di depanku ini!"

Sudah cukup. Aku tak kuat lagi mendengar semua teriakannya padaku. Dia bohong! Dia bilang dia akan belajar mencintaiku. Aku sudah memberikan seluruh cintaku untuknya. Tapi dia ....

Aku menatapnya sendu. Bahkan tak ada penyesalan darinya setelah menamparku. Hanya tatapan tajam yang kudapat darinya. Aku tak kuat lagi. Aku segera berlari ke kamar. Cepat-cepat mengambil tas, hp dan jaketku. Lalu berlari keluar rumah, masuk ke mobilku dan mulai melajukannya.

Aku lelah. Lihatlah, dia sama sekali tak menahanku. Aku menyetir terus sambil menangis. Tak kupedulikan waktu yang sudah tengah malam. Aku ingin pergi.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang