5. I Died as a Royal Villain

4.9K 411 52
                                    

"Tenanglah. Kau harus terbiasa dengan hal ini ketika kau ingin menjadi kuat. Asalkan jangan sampai kau terobsesi dengan keinginan membunuh. Dan mereka, kau telah melakukan hal yang seharusnya."

~ I Died as a Royal Villain ~

Swoosh Zrak Slashh

Suara pedang yang bergesekan dengan kayu membuyarkan lamunannya. Rachel menoleh ke arah jendela kayu yang terbuka. Terlihat Tetua Sean sedang berlatih pedang.

Rachel beranjak keluar dan memperhatikan Tetua Sean dari tepi. Setiap gerakan pedang dan tubuhnya tak luput dari pengamatan Rachel. Entah teknik berpedang apa yang sedang beliau praktekkan tapi itu terlihat keren.

Apa dia juga bisa seperti Tetua Sean? Menggerakkan pedang dengan lincah.

Menyadari Rachel sedang memperhatikannya, Tetua Sean memberhentikan latihannya dan berjalan mengahampiri Rachel.

"Kau sudah sadar rupanya, bagaimana keadaanmu, Nona?" Tanya Tetua Sean sambil menyarungkan pedang.

"Terimakasih atas kebaikan Tetua. Tubuhku terasa ringan dan aku bisa merasakan tenaga dalamku. Nyawaku selamat karena Anda. Silahkan beri aku printah untuk membalas hutang budi ini." Ujar Rachel membungkukan badan.

"Kau sama saja dengan pemuda itu." Gumam Tetua Sean.

"Apa?" Rachel tidak terlalu mendengarnya.

Tetua Sean menggeleng.

"Tidak. Baiklah siapa namamu?"

"Rachel."

"Itu saja? Nama panjang?"

Rachel menggeleng. Dia tidak bisa memberitahu nama lengkapnya pada seorang kepala academy. Bisa gawat nasibnya jika dia tahu dirinya anak yang dibenci oleh Duke Ozge.

"Baiklah aku tidak akan mengorek identitasmu lagi. Aku memiliki permintaan. Tolong berikan surat ini pada pemimpin desa penyihir." Tetua Sean mengeluarkan sebuah surat dengan amplop kulit yang diikat dengan tali cokelat.

Rachel menerimanya lalu mendongakkan kepalanya kembali.

"Tapi, apa aku bisa menemukan desa itu?"

"Itu tergantung seberapa besar keinginanmu untuk sampai ke sana. Para penyihir memiliki koneksi dengan desa itu. Ikuti kata hatimu. Kau akan menemukannya."

Ya. Aku akan menemukannya. Pasti.

"Baiklah Tetua. Aku akan menyampaikan surat ini."

"Ngomong-ngomong apa kau bisa berpedang?"

Rachel menoleh lalu menggeleng.

"Mau berlatih padaku?"

Bukankah tetua ini terlalu baik?

"Apa boleh?"

"Hm. Aku hanya ingin dia segera menerima suratku." Ujar Tetua Sean tersenyum sambil menunduk.

Ah begitu. Apa yang dirinya harapkan? Ternyata dia terlalu berprasangka baik.

Dan apa-apaan senyum penuh bunga itu?

Apa kepala academy ternama memang sifatnya seperti ini?

"Ehm. Baiklah perhatikan setiap gerakanku baik-baik. Ini adalah teknik tujuh tulip menguncup. Aku hanya akan mempraktekkannya sekali."

Jika jurus memerlukan tenaga dalam untuk menyalurkannya ke pedang, maka tidak untuk teknik berpedang yang dapat dipelajari oleh mereka meskipun tidak memiliki tenaga dalam. Teknik berpedang mengandalkan kekuatan fisik. Sering kali dianggap sebagai strategi dalam bertarung.

I DIED AS A ROYAL VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang