38. I Died as a Royal Villain

235 13 46
                                    

"Rachel benci takdir, karena itu ia benci menyerah. Rachel benci perasaan, karena itu ia benci kelemahan."

- I Died as a Royal Villain -

.
.
.

"Silahkan ajukan pertanyaan Anda, Yang Mulia."

"Di hari saat aku lahir, sebenarnya ada ramalan apa hingga menyebabkan tragedi tujuh belas tahun yang lalu terjadi?" Tanya Rachel.

"Ramalan itu memang benar berasal dari saya, Yang Mulia. Namun, saat itu saya hanya mengatakkannya pada Guru Besar Ace. Entah bagaimana berita ramalan itu bisa sampai ke telinga Duskville."

"Apa isi ramalan itu?" Tanya Rachel penuh penekanan.

Peramal itu menarik napas panjang sebelum melanjutkan. "Lihat ke depan setelah kelam, tebing kehancuran sirna ketika rambut seputih salju dengan darah sebagai penglihatannya, berhasil memusnahkan tahta. Ketika kegelapan menjadi penguasa, maka saat itulah kutukan dan Bloodrose bersanding. Tanah dikelilingi darah manusia bagai aliran sungai Vagra."

Rachel mengerutkan kening, berusaha mencerna informasi yang baru saja ia dapatkan. Namun, sayangnya ia benar-benar tak mengerti apa maksud dari kalimat itu. Bagaimana mungkin beberapa kalimat itu bisa membuat Duskville membuat keputusan besar seperti memberontak kerajaan? Memangnya itu masuk akal?

Kedua alis Rachel menukik sambil menyedekapkan tangan. "Apa-apaan itu?" Tanyanya sinis.

"Itu artinya kelahiran Anda menjadi tanda bahwa sebuah peradaban baru akan segera dimulai, Yang Mulia. Demi terwujudnya hal tersebut, maka perang besar harus terjadi. Para penguasa jahat harus dimusnahkan. Keadilan harus ditegakkan. Masyarakat di seluruh kerajaan layak mendapatkan kehidupan makmur mereka. Karena itulah, tahta kerajaan harus diduduki oleh orang yang tepat. Dan untuk menyelesaikan tanggung jawab Anda, kekuatan bloodrose yang hingga kini masih menyimpan memori kutukan di masa lalu harus dibangkitkan. Di masa depan akan ada banyak sekali pertumpahan darah, Yang Mulia."

Rasa-rasanya hidup Rachel semakin dibuat runyam saja. Belum juga selesai perihal balas dendam, kini dirinya dihadapkan pada kejutan tanggung jawab sebesar itu. Sekarang, jika ia mendengar bahwa ada dewi di sini yang turun dari langit juga tidak akan membuat dirinya terkejut.

"Itu artinya, Duskville tahu tentang hal ini?"

"Dapat saya pastikan, mereka hanya mengetahui bahwa Anda akan menggulingkan tahta di masa depan, Yang Mulia."

"Jadi si raja comberan itu sudah merencanakan pemberontakan bahkan sebelum kelahiranku, dan ramalan ini hanya dijadikan dalih?"

Begitu mendapati anggukan dari si wanita peramal, Rachel mendesis lirih.

"Shit! Brengsek!"

Sia-sia saja seluruh rasa bersalah di hatinya selama ini. Awalnya ia pikir karena kelahirannyalah yang membawa petaka bagi kedua orang tua dan rakyat kerajaan Vagra. Hatinya terus dibimbangkan oleh kebencian sekaligus rasa bersalah hingga terus ragu dalam bergerak karena takut melibatkan orang orang di Desa Penyihir.

Tapi ternyata mereka jauh lebih jahat dari yang Rachel pikirkan. Mulai sekarang, dirinya harus bertindak lebih cepat dari sebelumnya untuk menebas kepala Duskville.

Mengesampingkan seluruh emosinya, Rachel sedikit merasa penasaran terhadap satu hal. "Dari semua yang kau katakan itu, kau pasti juga tahu bahwa di kehidupan sebelumnya, aku dieksekusi mati oleh Duskville."

Melihat keterdiamannya, dapat Rachel simpulkan bahwa wanita itu memang tahu tentang hal ini. "Apa yang terjadi setelah hari eksekusi itu?"

"Banyak hal mengejutkan yang terjadi, Yang Mulia."

I DIED AS A ROYAL VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang