I Died as a Royal Villain.
Rachel Gül Roxalina de Ozge. Sosok yang dibenci oleh ayahnya sendiri dan keluarga kerajaan. Sosok antagonis bagi seluruh rakyat kerajaan Vagra. Hingga dijatuhi hukuman mati karena menjadi tersangka atas percobaan pembunuha...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Setiap orang memiliki takdirnya masing-masing. Kesedihan, penderitaan, ataupun kebahagiaan adalah bagian dari hidup. Semua perasaan itu datang silih berganti dan kita dimaksudkan untuk mengenal dan merasakannya. Mengambil pelajaran dari setiap pengalaman. Tentang hidup, kita hanya perlu menjalaninya."
~ I Died as a Royal Villain ~
***
"Apa tidak apa-apa jika ku pelajari?" Gumam Rachel sambil mengamati gambar didalam kertas itu.
Apa salahnya mencoba?
Rachel berdiri menghunuskan pedangnya. Kakinya mulai bergerak sesuai yang digambarkan di lukisan itu.
Namun, saat dia mulai menggerakkan pedangnya, tiba-tiba seluruh sendi di tubuhnya terasa nyeri. Semakin dia bergerak, nyerinya semakin bertambah. Rasanya seperti ditekan dan memberat. Tubuhnya lemas.
Rachel terduduk dengan napas memburu.
Apa yang terjadi?
Kenapa tubuhku seakan menolak jurus ini?
Untuk memastikkan, Rachel mencoba kembali mempraktekkan setiap gerakan seperti tadi. Namun lagi, tubuhnya kembali terasa nyeri.
Rachel terduduk, menyangga tubuhnya dengan pedang.
Aku masih bisa merasakan tenaga dalamku, jadi kenapa?
Seharusnya bisa.
Tangannya mengepal.
Jurus pedang tusukan api adalah milik keluarga Ozge. Apa karena dia bukan bagian dari mereka lalu tubuhnya tak bisa menerima jurus itu?
"Itu tidak benar. Aku pernah membaca di dalam buku tertulis bahwa untuk mewariskan jurus, tidak harus pada keturunan asli." Gumamnya heran.
Tak lama kemudian alisnya menukik.
Duke. Apa itu karena kau lagi?
Dendam apa yang kau miliki denganku sebenarnya?
Padahal...baik di kehidupan dulu ataupun sekarang aku tak pernah melakukan kesalahan apapun padamu.
Hanya karena aku bukan anak kandungmu, bukan berarti aku layak untuk menerima seluruh perlakuan burukmu ini.
Andai saja..andai saja aku mengetahui keluarga asliku, apakah aku akan merasakan rasanya pulang ke rumah?
