"Manusia itu pada dasarnya memiliki sifat abu-abu. Tinggal dia lebih condong ke arah mana. Itulah yang akan menentukan peran yang akan diambilnya. Apakah ia menjadi abu pucat atau justru abu kehitaman. Karena itulah ada protagonis dan antagonis. Namun, setiap peran selalu memiliki alasan kuat yang mendorongnya untuk menjadi sedemikian rupa."
- I Died as a Royal Villain -
***
"Perhatikan dulu, lalu nanti kau ikuti caraku." Tarkhan menarik anak panah perlahan. "Seimbangkan posisi tubuhmu, pastikan ekor anak panah berada pada tali dengan tepat, tarik, lalu fokus pada target yang ingin kau bidik. Ingat, fokuskan mata dan pikiran mu."
Rachel menatap dan memperhatikan setiap perintah Tarkhan dengan serius.
"Saat kau telah fokus dan siap membidik sasaran, maksimalkan tarikan jarimu agar nanti bisa melesat dengan baik dan tali juga tidak bergetar. Setelah itu, baru lepaskan." Tarkhan melayangkan anak panah dan tepat mengenai titik pusat di batang pohon yang ia buat sebelumnya. Ia tersenyum tipis. Tak ia sangka setelah bertahun-tahun tak melakukannya, kemampuannya masih sama seperti dulu.
Tarkhan memberikan busur di tangannya pada Rachel dan meminta gadis itu untuk mempraktikkan apa yang baru saja ia ajarkan. "Jangan terlalu kaku, lemaskan bahumu." Rachel menuruti ucapannya, membuatnya mengangguk puas. "Bagus. Fokuskan perhatianmu pada sasaran. Kestabilanmu untuk fokus ini juga bermanfaat dalam berpedang."
Tanpa mengurangi fokusnya, Rachel menatap titik yang akan menjadi sasarannya dengan kernyitan di dahi. "Berpedang kan kemampuan bertarung dari jarak dekat sedangkan memanah dari jarak jauh. Dua kemampuan ini jelas jelas berbeda." Ucapnya.
Tarkhan mengangguk. "Secara teknik memang berbeda. Tapi kemampuan fokusmu dalam memanah akan sangat bermanfaat untuk bisa mengamati dan menebak strategi pada setiap gerakan lawan dalam pertarungan pedang." Tarkhan mendekat dan mengarahkan jari telunjuknya sejajar dengan anak panah. "Baiklah. Tarik panahmu semaksimal mungkin. Apa sekarang kau bisa memperkirakannya?"
Rachel menarik anak panah diantara jarinya. Ia berusaha memperkirakan sendiri seberapa jauh ia menariknya. Seperti yang dikatakan Tarkhan, meski menarik dengan maksimal, tetap harus rileks dan memperhitungkan semuanya. Jangan sampai ceroboh dan kehilangan fokus pada titik.
Tarkhan mengangguk puas melihat setiap gerakan Rachel yang terbilang cukup bagus untuk ukuran pemula. "Sekarang, tembak."
Rachel melepaskan tarikannya dari tali. Anak panah kayu itu melesat dan tertancap hampir mengenai titik pusat.
Tarkhan tersenyum bangga dan bertepuk tangan. "Bagus. Nona, kemampuanmu ini memang tidak perlu diragukan lagi. Diajari sedikit saja bisa hampir menyamai tingkat mahir. Memang benar, aku tidak salah menilai."
Mendengar pujian Tarkhan yang berlebihan, seharusnya Rachel memukul kepala pria itu agar berhenti mempermalukannya. Namun, sepertinya ia ketularan sedikit sifat Tarkhan. Bahkan kini ia telah membalas pujian itu dengan senyum bangga diri yang khas. Tapi sedetik kemudian ia mengernyit. "Memangnya bagaimana penilaianmu?"
Tarkhan menatap menggoda dan melangkah mendekat secara intens. "Bagaimana ya? Mungkin aku telah menjadikanmu sebagai pendekar favoritku."
Berharap mendapatkan pujian lebih banyak, namun yang ia dengar malah bualan tak berguna. Rachel menginjak kaki Tarkhan dengan cukup kencang. "Dasar penjilat."
"Ows! Rachel, bisakah kau berhenti menindasku?"
"Menindasmu? Aku menindasmu?" Rachel mengangkat tangannya, siap melayangkan pukulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I DIED AS A ROYAL VILLAIN
FantasyI Died as a Royal Villain. Rachel Gül Roxalina de Ozge. Sosok yang dibenci oleh ayahnya sendiri dan keluarga kerajaan. Sosok antagonis bagi seluruh rakyat kerajaan Vagra. Hingga dijatuhi hukuman mati karena menjadi tersangka atas percobaan pembunuha...