4. HAI, GHADIRA!

111 16 3
                                    

hii! happy reading🖤

"Ghadira ... belakangan ini namamu terus berputar dipikiran ku. Kehadiranmu, tentu membuat hidupku lebih berwarna bagaikan pelangi."

Aghazwan C.A

Pukul 7 malam, Ghazwan duduk termenung di balkon rumah sembari menatap bintang-bintang yang begitu indah menghiasi langit. Pikiran Ghazwan terus mengarah pada sosok perempuan yang belakangan ini terus bergelandangan di ingatannya. Sang pemilik lesung pipi, dan poni sebatas kelopak mata yang mampu membuat seorang Ghazwan terus tersenyum ketika mengingatnya.

Ghadira dengan tak tau dirinya berhasil mendobrak isi hati Ghazwan yang sempat membeku itu. Bergentayangan ke sana kemari, dan perlahan membuatnya sedikit melupakan kejadian kelam beberapa minggu yang lalu.

Entah mengapa, memikirkan Ghadira membuat sudut bibir Ghazwan tertarik ke atas. Ia terus memandangi secarik kertas yang berada di tangannya, sembari menikmati alunan musik dari handphone miliknya.

Tok tok tok!

Terdengar suara ketukan pintu beberapa kali. Ghazwan beranjak dari kursi dan segera membuka pintu kamar. Terlihat Karin berdiri dengan mukena biru tua bermotif bunga-bunga masih ia kenakan. Sepertinya Oma baru saja selesai salat isya.

"Kenapa, Oma?" tanyanya, seraya memperbaiki kacamata yang hampir melorot itu.

"Di bawah ada anak perempuan, katanya temen sekolah kamu," jawab Karin.

Kening Ghazwan berkerut bingung. "Temen?"

"Iya. Sekarang kamu temuin, dia udah nunggu di ruang tamu."

Ghazwan dibuat heran dengan Sabina. Bagaimana dia bisa tau alamat rumahnya? Dan apa tujuannya datang malam-malam begini? Jika memang ada urusan penting, tidakkah ia mengatakannya lewat SMS saja. Bukan apa-apa. Ia takut para tetangga melihat kedatangan Sabina, dan mulai menyebarkan gosip yang aneh-aneh tentangnya.

"Gue dapet alamat rumah lo dari, Ronald. Soalnya kan ini malam minggu ya, dan gue gak tau mau ngapain. Jadi, gue berinisiatif buat ngajak lo jalan-jalan. Tenang deh, malam ini gue yang bakal traktir lo makan enak. Lo mau kan?" cerocos Sabina, setelah Ghazwan melemparkan banyak pertanyaan padanya.

Dengan sedikit tak enak hati, Ghazwan tersenyum canggung. "Sebelumnya makasih buat niat baik lo. Tapi, gue udah kenyang. Gak lama lo datang tadi, gue sama Oma udah makan. Jadi, gue gak bisa iyain ajakan lo barusan."

Terlihat mimik wajah Sabina yang awalnya tersenyum, kini berubah masam. Sebenarnya bisa-bisa saja Ghazwan mengiyakan permintaan perempuan itu. Akan tetapi, berduaan dengan seorang perempuan membuatnya sedikit tak nyaman.

Terkecuali, Ghadira?

Tak lama dari itu, Karin datang menghampiri kami berdua. Wanita tua tersebut membawa sebuah rantang di tangannya. Ia kemudian menyodorkannya padaku.

"Ghazwan, Oma minta tolong kamu bawa rantang ini ke rumahnya, Ronald. Tadi Irma telpon Oma, dan dia bilang lagi ngidam mau makan sup buatan Oma. Kamu bawa ya."

Irma merupakan kakak perempuan Ronald yang saat ini tengah hamil muda. Kehamilannya sudah memasuki satu bulan lebih. Di rumah Ronald hanya tinggal berdua bersama sang kakak, sedangkan orang tua mereka berada di luar kota. Begitu pun dengan suami Irma sendiri, laki-laki itu hanya akan pulang seminggu sekali karna pekerjaannya yang juga berada di luar kota.

𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐆𝐡𝐚𝐝𝐢𝐫𝐚 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang