7. FIRST KISS

97 11 1
                                    

Happy reading🖤

Sudah hampir 10 menitan Sandy menunggu Ghadira di gerbang sekolah. Hatinya sudah berkobar-kobar, karna menunggu Ghadira yang belum juga memperlihatkan batang hidungnya. Mata Sandy sesekali melirik benda arlojinya, seraya menghempaskan napasnya kasar. Ia sudah beberapa kali menelpon perempuan itu, tapi hpnya tidak aktif.

Tatapan Sandy seketika mengarah ke depan gerbang kala melihat Ghadira dengan kursi rodanya itu. Segera ia turun dari mobil dan membantu Ghadira untuk duduk ke jok mobil. Setelah semuanya selesai, Sandy kembali ke kursi pengemudi tepat di samping Ghadira.

"Kak Sandy, udah nunggu lama?" tanya Ghadira sambil menatap raut wajah laki-laki itu yang terlihat merengut.

Sandy menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan rata-rata. "Waktu gue kebuang tau gak, gara-gara nungguin lo doang. Ngapain aja sih? Trus kenapa hp lo mati?"

Ghadira menegakkan tubuhnya sedikit. "Tadi habis piket dulu, kak. Makanya lama."

"Trus, hp lo?"

"Mm, hp aku rusak, kak. Gak bisa nyala," ucap Ghadira sangat pelan. Ghadira tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Sandy, ia takut jika laki-laki itu memakinya karna tak melawan saat di bully oleh Dara.

"Kok bisa? Coba gue liat."

Ghadira merogoh saku seragamnya, dan mengeluarkan hpnya. Ia kemudian memberikan hp tersebut pada Sandy yang tetap fokus menyetir.

"Tadi pas aku mau minum, hp aku gak sengaja ketumpahan air. Udah aku coba nyalain, tapi tetep aja gak bisa."

Sandy memutar bola matanya lengah. "Ceroboh banget sih lo."

Sandy membolak-balikkan hp Ghadira, dan terlihat layar dari benda pipih tersebut sudah kemasukan air. "Ini perlu ke servis sih. Tapi, gue gak yakin kalo hp lo bisa nyala lagi."

Ghadira menunduk, ia sangat berharap jika hpnya itu dapat diperbaiki dan bisa ia gunakan lagi seperti biasa.

Sandy mengambil sesuatu dari tas ranselnya, lalu memberikan benda tersebut pada Ghadira. "Untuk sementara lo bisa pake hp ini. Dan hp lo bakal gue bawa ke servis hp deket rumah gue."

Ghadira mengulas senyum lebarnya, kedua mata perempuan itu berbinar menatap Sandy. "Bener nih? Trus, kak Sandy pake apa?"

"Pake aja, gue masih punya hp lagi. Tapi, itu gak gratis ya," ucap Sandy membuat senyum Ghadira langsung luntur.

"Kok gitu sih? Yaudah, nih ambil lagi aja." Ghadira mendengus kesal, lalu menyodorkan hp itu kepada pemiliknya.

Sandy tertawa pelan, ia mengacak-acak rambut Ghadira hingga perempuan itu semakin dongkol padanya. "Beneran nih hpnya mau lo balikin lagi? Padahal cuma bayar pake otak doang, lho."

Kening Ghadira berkerut. "Maksudnya?"

"Ya seperti biasa, lo bantuin gue kerjain tugas kuliah gue yang udah numpuk. Mau kan?"

Ghadira membulatkan mulutnya, lalu mengangguk. "Ohh, cuma itu. Iya, aku mau. Kapan emangnya?"

Sandy berfikir sesaat. Jika ia ingin mengajak Ghadira keluar rumah, itu berarti ia harus meminta izin lebih dulu pada Fia. "Gak papa deh duit gue melayang, yang penting bisa berduaan sama dia."

"Nanti malam gimana? Kebetulan gue juga mau ngajak lo makan di restoran. Lo pasti udah lama kan gak makan enak? Makannya di pinggir jalan mulu, gak higienis tau gak."

Ghadira membantah ucapan Sandy barusan. "Gak semua makanan pinggir jalan itu gak higienis, kak. Aku malah lebih suka makan di pinggir jalan, daripada di restoran."

𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐆𝐡𝐚𝐝𝐢𝐫𝐚 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang