Bismillah!
Happy reading zeyeng🖤Bel istirahat berbunyi dengan sangat nyaring, membuat semua siswa/i segera berbondong-bondong keluar dari kelas dan berjalan menuju kantin. Seusai makan siang sebentar, Ghazwan lalu beranjak pergi ke perpustakaan seraya memeluk laptop miliknya.
Ghazwan akan melanjutkan tulisannya di perpus, karna hanya tempat tersebut lah satu-satunya ruangan yang tenang dan tak ada pengganggu sama sekali. Jauh berbeda dengan kelasnya yang sudah seperti pasar minggu. Berisik!
Bait demi bait mulai Ghazwan tulis dengan ekspresi seriusnya. Sambil jari-jarinya sibuk mengetik di keyboard, ia juga sedikit bersenandung mengikuti lirik lagu yang sudah ia setel dari hpnya. Dua Earphone kini telah menyumpal di telinganya.
Hari ini Ghazwan harus bisa menyelesaikan satu bab, agar malam nanti ia bisa melanjutkan cerita tersebut ke bab berikutnya. Ghazwan telah menulis hampir pertengahan, tanpa adanya hambatan.
Namun, tiba-tiba seseorang datang dan menepuk pundak Ghazwan.
"Hayoo, ngapain lo? Serius amat liatin laptop sampe gak kedip gitu," seru Ronald kemudian ikut duduk di samping Ghazwan.
"Lo pada bisa diem gak? Ini di perpus, gak boleh brisik!"
"Ups, sorry!" Ronald lalu membungkam mulutnya, begitu pula Syahdan.
Ronald melirik sebungkus roti yang terletak di meja, lalu berniat untuk mengambilnya. Tapi, ia kalah cepat dengan Ghazwan yang langsung merebutnya.
"Etdah, bagi napa. Pelit amat lo. Inget, orang pelit kuburannya sempit," kata Ronald kesal pada sepupunya itu.
"Sorry, tapi roti ini mau gue kasih buat Ghadira."
Syahdan dan Ronald saling menatap bingung. "Ghadira? Anak kelas mana?"
Ghazwan memutar bola matanya malas. "Yang gue temuin di perpus waktu itu. Ghadira, 11 Mipa 3."
"Lauri, maksud lo?"
"Yup!" Ghazwan lalu mengiyakan ucapan Syahdan.
"Gilaa! Sejak kapan lo punya panggilan khusus ke cewek itu? Jangan-jangan lo udah jadian sama dia? Ngaku lo."
"Belum lah, tapi doain aja. Semoga gue sama Ghadira bisa jadian nanti."
Ronald terkekeh pelan, lalu merangkul bahu Ghazwan. "Gue pikir lo gay? Ternyata ada cewek lain yang lagi lo incer."
"Ohhh begitu ... Ohh begituu ... " Syahdan mulai menggoda dengan tersenyum jahil.
"Sinting lo!" umpat Ghazwan tak suka.
"Btw, lo tau ga sih. Tadi, gue sama Ronald ngeliat Lauri keluar dari toilet."
Ghazwan melirik sinis ke arah temannya. "Trus, kenapa kalo dia keluar dari toilet? Mau mesum lo?"
"Gila aja, ya enggaklah anjir. Maksud gue itu, gue liat Lauri keluar dari toilet dengan keadaan yang udah berantakan. Seragamnya basah, kotor, trus matanya juga sembap gitu kayak habis nangis," jelas Syahdan lalu diangguki oleh Ronald.
"Lo gak nanya dia kenapa?" tanya Ghazwan khawatir. Ia langsung menutup laptopnya dan menyudahi karangan tersebut.
"Ya enggak- eh lo mau kemana?" Ghazwan tak menggubris dan pergi begitu saja meninggalkan kedua temannya. Ia kemudian berlari menuju kelas Ghadira yang tampak terlihat sepi, hanya ada satu orang siswi di dalam.
Ghazwan kemudian mendekati siswi yang tengah menggelamkan wajahnya itu pada meja. Dari seragamnya saja sudah jelas jika itu Ghadira, sebab terllihat sangat basah dan juga lusuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐆𝐡𝐚𝐝𝐢𝐫𝐚 [ END ]
General Fiction"𝐀𝐤𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐁𝐮𝐦𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐧𝐭𝐚𝐥𝐚. 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐀𝐤𝐬𝐚, 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐀𝐧𝐚𝐧𝐭𝐚." _𝐀𝐠𝐡𝐚𝐳𝐰𝐚𝐧 𝐂.𝐀