hai! trimakasii uda mampir🖤
semoga suka part ini ya!!Pagi-pagi sekali Ghadira sudah tiba di sekolah, dan seperti biasa yang mengantarnya adalah Sandy. Terlihat baru beberapa murid saja yang datang, membuat Ghadira memilih untuk menunggu di depan kelas saja. Sembari menunggu teman sekelasnya datang, Ghadira mengambil buku bacaan yang diberikan oleh Ghazwan beberapa hari yang lalu.
Ghadira sudah membacanya 1 bab semalam, dan sekarang ia ingin melanjutkannya sampai bel masuk berbunyi. Baru beberapa menit perempuan itu membaca buku dalam hati, tiba-tiba seseorang datang dan bersedekap dada di depannya.
"Lo punya hubungan apa sama, kak Ghazwan?" tanya Dara dengan nada bicara yang terdengar begitu dingin.
Lidah Ghadira terasa berat untuk menjawab pertanyaan Dara barusan. Ia menutup bukunya dan membalas tatapan ketiga orang tersebut secara bergantian.
"A-aku sama kak Ghazwan, cu-cuma temenan," jawab Ghadira dengan terbata-bata.
Dara tersenyum sinis, ia kemudian melirik kedua temannya secara bergantian. "Bohong! Bawa dia!" suruh Dara dan hanya Mega saja yang patuh, sedangkan Wanda tetap diam.
Ghadira panik, ia mencoba menyingkirkan tangan Mega yang hendak mendorong kursi rodanya. Ingin berteriak, tapi percuma saja. Siswa maupun siswi tak akan ada yang mau membantunya, sebab mereka tidak ingin berurusan dengan anak pemilik sekolah.
Ghadira terus berontak, kala dirinya sudah ada di depan toilet yang letaknya lumayan jauh dari kelas 11 MIPA 3. Selain toilet tersebut kotor, banyak rumor juga yang mengatakan bahwa toilet tersebut banyak penunggunya. Beberapa murid SMA Sanjaya sering kali ditampakkan oleh sosok yang tak kasat mata. Bukan cuma itu, mereka juga pernah mendengar suara keran yang menyala dengan sendirinya.
Byur!
Ember besar berisi air berhasil membasahi seluruh tubuh Ghadira, hingga seragam dan tas milik perempuan itu basah kuyup. Ghadira menatap ke sang pelaku dengan tatapan tak percaya.
"Ini hukuman buat lo karna udah berani deketin, Kak Ghazwan," ucap Dara diiringi kekehannya bersama dengan Mega.
Wanda menelan ludahnya susah payah. Segera ia meraih pergelangan tangan Dara, kala melihat temannya itu hendak mengambil air lagi.
"Ini udah keterlaluan, Dar. Lo gak seharusnya perlakuin dia kayak gini." Ucapan Wanda barusan tentu membuat Dara meliriknya sinis.
"Lo belain dia?" tanya Dara dan Wanda langsung terbungkam.
Jika bukan karna orang tua Dara sudah banyak membantu Ayah Wanda, sudah dipastikan ia telah menjauhi perempuan itu. Wanda akan lebih memiliki tidak mempunyai teman, dari pada harus berteman dengan Dara yang suka menindas siswi lemah. Contohnya saja, Ghadira.
"Ambil air lagi, trus siram dia sampe kapok," perintah Dara, kepada Mega yang kini telah bersiap melakukan tugasnya.
"Siap, bos!" Mega menyalakan keran air dan menunggunya hingga terisi penuh.
Berbeda dengan Ghadira, ia hanya diam dan pasrah terhadap nasibnya sekarang. Tubuh Ghadira menggigil hebat, kepalanya terasa pusing akibat air yang mengguyurnya tadi.
Byur!
Lagi-lagi Dara menyiramnya tanpa rasa ragu. Keduanya kembali tertawa puas, ketika melihat ketidakberdayaan Ghadira yang hanya menunduk dan menangis.
Brak!
Dara menendang kursi roda Ghadira hingga terpental ke belakang dan mengenai dinding toilet. Ghadira meringis kesakitan, ia menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐆𝐡𝐚𝐝𝐢𝐫𝐚 [ END ]
פרוזה"𝐀𝐤𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐁𝐮𝐦𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐧𝐭𝐚𝐥𝐚. 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐀𝐤𝐬𝐚, 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐀𝐧𝐚𝐧𝐭𝐚." _𝐀𝐠𝐡𝐚𝐳𝐰𝐚𝐧 𝐂.𝐀