22. KEDATANGAN POLISI

43 7 0
                                    

"Kak Ghazwan?"

Laki-laki itu tersenyum dan mengangguk. "Lo masih inget gue ternyata."

Lira yang baru saja pulang dari sekolah pun, terkejut dengan kedatangan teman kakaknya itu. Lira kemudian mempersilahkan Ghazwan masuk dan duduk.

"Kakak, ke sini mau ketemu kak Lauri ya?" tebaknya, sangat benar yang membuat Ghazwan lagi-lagi mengangguk.

"Ghadira, ada kan di dalam? Tolong panggilin dong."

Lira menggaruk kepalanya yang tak gatal, sembari memasang ekspresi bingung. "Aduh, gimana ya kak. Masalahnya ... " Ia menggantungkan ucapannya sesaat. 

"Ghadira, sakit?" tebak Ghazwan dengan suara pelan.

"Enggak, kak. Tapi, sebenarnya ... Kakakku udah semaleman gak pulang. Nomor hpnya juga gak pernah aktif."

Ghazwan semakin khawatir, dia kemudian menatap adik perempuan Ghadira dengan tatapan serius. "Trus, orang tua lo udah lapor polisi?"

"Belum, kak. Karna, Mamaku beranggapan kalo kak Lauri lagi ke rumah nenek di Bogor."

"Udah dipastiin emang, kalo Ghadira di sana?"

"Enggak sih, kak. Soalnya, nenek gak punya hp, trus juga dia tinggal sendiri di sana. Tapi, Mama aku yakin banget kalo kak Lauri di sana. Soalnya sebelum kak Lauri hilang, di rumah emang lagi ada masalah. Dan kayaknya, dia lagi nyoba nenangin diri di sana."

"Nyokap lo sekarang di mana?"

"Mama aku nyusulin kak Lauri, ke Bogor. Dia perginya bareng Om Alex tadi pagi."

"Om Alex?" Kening Ghazwan berkerut heran.

"Iya, Om Alex. Dia calon suami Mama, sekaligus Ayahnya kak Sandy."

"Lho, bukannya Sandy itu pacarnya kakak kamu? Kok sekarang orang tua kalian malah—"

"Aku juga gak tau, kak. Tapi, semenjak kejadian itu, hubungan mereka jadi jauh. Aku juga sering liat kak Lauri nangis setiap malem."

Penjelasan dari Lira tidak membuat perasaan Ghazwan tenang seratus persen. Ia harus memastikan sendiri jika Ghadira benar-benar berada di sana.

"Gue boleh minta alamat nenek lo yang di Bogor?"

Lira sempat berfikir sejenak, lalu kemudian mengangguk mengiyakan. Perempuan itu langsung mengambil secarik kertas dan menuliskan alamat sang nenek untuk Ghazwan.

"Ini, kak."

"Assalamualaikum." Seseorang datang membuat keduanya secara bersamaan menoleh ke arah pintu.

"Waalaikum salam," jawab Lira dan Ghazwan serentak. "Gimana, Ma? Kakak, ada di rumah nenek kan?" sambungnya, pada Fia yang kemudian ikut bergabung di sofa bersama dengan Alex di sampingnya.

Fia tak menjawab pertanyaan putrinya, ia hanya memijit pelipisnya agar sakit kepala itu bisa sedikit mereda. Alex yang melihat Lira dan laki-laki di sampingnya itu sedang menunggu jawaban pun, ia langsung angkat bicara.

"Kata Nenek kamu, Lauri tidak ada di sana."

"M-aksudnya? Kakakku, hilang begitu?" Lira yang awalnya merasa tenang pun, langsung dibuat syok karna ternyata pemikirannya itu salah.

Sama halnya dengan Ghazwan. Ia yang awalnya cemas, malah dibuat semakin cemas lagi ketika mendengar berita tersebut. Jika Ghadira tidak ada di Bogor, lalu kemana perempuan itu? Kenapa dia tiba-tiba hilang?

"Kalian udah lapor polisi?" tanya Ghazwan menatap keduanya secara bergantian.

"Sudah. Sekarang kita tinggal tunggu informasi dari polisi, dan juga beberapa anak buah Om yang ikut mencari Lauri. Kalian tidak usah khawatir, secepatnya Lauri akan ditemukan. Serahkan saja semuanya kepada polisi."

𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐆𝐡𝐚𝐝𝐢𝐫𝐚 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang