5. Bertemu

6 5 0
                                    

Sudah 5 bulan lamanya Jaemin menetap di Seoul, sifatnya tak banyak berubah dari 13 tahun yang lalu. Ia adalah sosok kakak yang selalu ku banggakan, perlakuannya yang hangat dan senyumnya yang seakan mengatakan 'aku baik-baik saja' semuanya masih tetap sama, bahkan dekapan hangat miliknya pun masih terasa sama seperti dahulu.

Hari ini aku dan CyA tengah merangkai gelang dari manik-manik lucu. "Miran lihat ini" seru CyA, aku menoleh untuk menatapnya

Sebuah kalung dengan manik-manik berwarna cerah yang ia letakkan di atas kepalanya, aku tertawa renyah melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebuah kalung dengan manik-manik berwarna cerah yang ia letakkan di atas kepalanya, aku tertawa renyah melihatnya.

"Eoh kenapa tertawa?" Tanya CyA dengan bibir yang melengkung ke bawah. Aku menggeleng sambil terkekeh gemas ke arahnya, setelahnya dia memakaikan kalung tersebut di leherku. Aku tersentak kaget karena perlakuan CyA yang tiba-tiba.

"Sebentar" bisiknya tepat di samping telinga ku, ku rasakan bulu kuduk ku berdiri karena suaranya. "Sudah! Untuk Miran tersayang, cantik seperti orangnya" serunya riang, pipiku menghangat karena ucapannya.

Drtt... Drttt...

'Yonghoon hyung is calling you'

Ku lihat nama penelfon yang tertera di ponsel milik CyA. Dia mengangkat telfonnya dengan beberapa kali menyebut nama ku, aku hanya diam menata manik-manik yang berserakan. Tak lama kemudian CyA mengajakku untuk bertemu dengan teman-teman grup nya. Aku hanya mengiyakan saja.

Saat ini kami tengah duduk berdampingan di dalam bus. Jangan lupakan fakta bahwa CyA adalah seorang idol, jadi ia menggunakan topi, kacamata hitam, dan masker wajah untuk menutupi wajahnya. 15 menit kemudian bus sampai di tujuan, CyA menggandeng tanganku erat "biar tidak hilang" guraunya. Aku hanya tersenyum tipis sebagai jawaban.

Kami mempercepat langkah kami menuju cafe, karena Yonghoon hyung dan teman-teman CyA sudah menunggu disana. Setelah sampai CyA menuntunku kearah meja yang sudah berisikan empat orang. "Annyeong, maaf lama hyung hehe" ucap CyA sambil terkekeh. "Duduklah, kau juga duduk" titah Yonghoon hyung pada CyA dan aku. Suasana meja sangat canggung, karena tidak ada yang membuka pembicaraan dari tadi.

"Kamu Na Miran?" Tanya seorang remaja yang beralis tebal, aku menggangguk dan tersenyum sebagai jawaban. "Eoh.. hallo Na Miran, aku Joo Harin" ucapnya sambil mengulurkan telapak tangan. Aku menatap CyA ragu, kulihat dia mengangguk tanda mengiyakan, aku menjabat tangan milik Harin dan tersenyum canggung.

Selama ini aku tak terlalu mengenal teman-teman CyA. Aku hanya mengenal remaja yang tertua diantara mereka, ya Yonghoon hyung. Sekarang aku sudah mengenal sisanya, ada si pendiam Kang Hyun Gu, ada si pecinta drum Joo Harin, dan ada si ramah Son Dongmyeong. Saat ini aku tengah mengobrol dengan Dongmyeong, CyA sedang mendiskusikan lagu baru bersama ketiga remaja yang berusia lebih tua darinya.

**

Pukul 18.00 aku dan CyA masih menunggu bus tiba.

"Tin... Tin..."

Aku menatap sebuah mobil yang terparkir di hadapan kami. Tak lama kemudian Dongmyeong keluar dan mengajak aku dan CyA untuk pulang bersama. 15 menit kemudian, kami sampai di rumah CyA, remaja bermarga Son itu memilih untuk langsung pulang karena harus menemani adiknya.

"Ayo ku antar pulang" ucap CyA. Aku menggeleng karena aku melihat Jaemin tengah berjalan dengan menenteng beberapa kantung plastik. "Hyung!" Teriakku, ia menoleh dan menghampiriku dan CyA. "Bareng pulangnya" ucapku pada Jaemin. Ia mengangguk dan menepuk kepalaku pelan. Kami berdua berpamitan kepada CyA dan mulai melangkah ke rumah.

"Miran" panggil Jaemin. Aku menoleh menatapnya, kulihat raut wajahnya sedikit masam. "Kenapa Na?" Tanyaku, ia menggeleng pelan dan tersenyum masam, aku tahu ia sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Selama perjalanan pulang kami hanya diam. Setelah sampai di rumah, aku membuka pintu dan mematung tak bisa bergerak.

Disana terdapat sosok wanita yang tengah duduk dengan anggun sambil menyesap teh yang telah Jaemin seduhkan. Wanita itu menatapku sekilas, mataku mulai memanas. Aku menghampirinya dan mulai memeluknya erat untuk membayar rasa rinduku "Eomma" isakku. Ia hanya diam tak membalas pelukanku.

Aku melonggarakan pelukanku dan menatap Eomma yang mulai berdiri, ia menatap lurus ke arah Jaemin tanpa ekspresi. "Ingat perjanjiannya Jaemin" ucap Eomma dingin, kemudian ia melangkah keluar rumah. "Eomma, mianhae" ucapku sedikit berteriak. Ku lihat ia menghentikan langkahnya dan menatapku tajam lalu mulai melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Hatiku sakit saat tatapan tajamnya menghunus kearah ku, tangisku pecah bersamaan dengan hujan turun. Jaemin memelukku erat, "gwenchana Miran, semua hanya butuh waktu" ucap Jaemin menenangkan. Aku menggeleng kasar, butuh waktu katanya?! Berapa lama lagi aku harus tersiksa karena perlakuan Eomma yang tak menganggapku ada? Tidakkah cukup 13 tahun untuk memaafkan kesalahan yang bahkan aku tak tahu ini salah siapa? Tidakkah bisa ia berdamai dengan keadaan? Bukan hanya dia yang terluka, aku dan Jaemin juga tak kalah sama terlukanya seperti dia.

"Kau salah Na, bukankah sudah jelas Eomma tak mau menganggapku ada? Kamu prioritasnya Na! Kamu yang di cintainya sepenuh hati Na, dari dulu bahkan aku sangat jarang memeluk Eomma, tak sepertimu. Sejak hari dimana Appa meninggal semua berubah Na! Aku yang selalu salah di matanya! Kapan waktu itu tiba Na?! KATAKAN PADA KU KAPAN EOMMA AKAN MEMAAFKANKU?! KAU TAK BISA MENJAWABNYA KAN! MUNGKIN LEBIH BAIK AKU MATI SAJA! KEHADIRANKU BAHKAN TAK PERNAH DI ANGGAP ADA OLEHNYA, AKU LELAH NA JAEMIN!" Tekanku pada Jaemin, aku melangkah meninggalkannya yang tengah menunduk menatap kosong lantai rumah yang dingin.

CyA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang