4. Sakit

8 7 0
                                    

Sudah seminggu lamanya aku terbaring di kasurku, demam yang ku kira sudah turun 3 hari yang lalu ternyata naik kembali. Sudah seminggu pula aku tak melihat CyA dan tak berkabar dengannya. Ponselku di simpan oleh Jaemin. Ah... bicara soal Jaemin ia merawatku dengan baik selama ini. Ia juga menggantikanku bekerja di cafe. Saat pulang dari cafe ia selalu menemaniku tidur.

Aku menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 20.00 malam, masih butuh 3 jam lagi untuk Jaemin menyelesaikan shiftnya. Aku beranjak dari kasurku, sakit kepala langsung menyerangku seketika. Aku memaksakannya dan mulai berjalan turun ke bawah. Saat baru selesai menuruni tangga aku mendengar suara ketukan pintu.

Ku buka pintu rumahku dan aku melihat CyA dan bunda Moonbyul yang tengah tersenyum kearahku. Aku mempersilahkan mereka berdua untuk masuk dan menyuguhkan makanan yang ada di dapur.

"Kemana saja kamu Miran?" Tanya bunda Moonbyul lembut. CyA yang menatapku lekat dari tadi membuatku sedikit salah tingkah. Sang bunda yang mengetahui anaknya menatap anak gadis orang lain dengan tatapan mengintimindasi pun langsung menepuk bahunya seraya berkata "jangan di liatin terus Miran nya, jadi malu kan Miran nya" ucapnya terarah pada CyA.

Bukannya membaik, aku malah semakin salah tingkah suhu tubuhku yang tinggi pasti bertambah tinggi, aku bahkan bisa merasakan deru nafasku yang panas. "Kamu sakit?" Tanya CyA, aku menatapnya dan menggelengkan kepala, namun sepertinya CyA tak mempercayaiku kali ini ia meletakkan telapak tangannya di dahi ku.

"Yak! Badanmu panas" ucapnya sedikit berteriak. Aku hanya meringis dibuatnya, bunda Moonbyul mengatakan sebaiknya aku istirahat dan ia berpamitan untuk pulang bersama CyA. Namun CyA menolak dengan keras, dia bilang ingin menjagaku. Sang bunda yang sudah lelah dengan anak bungsunya pun hanya mengangguk pasrah dan mulai meninggalkan kami berdua.

"Ayo ke kamar" ucap CyA. Aku melotot kearahnya. "Jangan berpikiran kotor" lanjutnya. Aaa aku malu sekali! Bagaimana bisa dia mengetahuinya!. Akhirnya kami berdua berada di dalam kamar ku, saat aku akan berbaring CyA menarik tanganku membuatku masuk kedalam pelukannya.

"Aku merindukanmu, jangan menghilang lagi" ucapnya parau, aku merasakan bahu miliknya bergetar, ku usap punggung miliknya untuk menenangkannya. "Maaf, maaf tak mengabarimu CyA" ucapku lirih. Ku hirup wangi maskulin miliknya. Wangi yang ku rindukan selama seminggu penuh ini.

"Tidurlah, aku akan menemanimu" ucapnya sambil melepas pelukan kami. Aku mengangguk dan mulai berbaring, saat aku memejamkan mataku aku merasakan benda kenyal mendarat di keningku. Aku membuka mataku dan melihat CyA yang tengah mencium keningku cukup lama. Pipiku memanas, sudah ku pastikan mukaku memerah karena malu.

"Cepat sembuh baby" ucapnya pelan. 'JAEMIN CEPAT PULANG ATAU AKU AKAN MENINGGAL KARENA SERANGAN JANTUNG!' Batinku berteriak.

      --

Aku membuka mataku, samar-samar aku mendengar suara CyA yang tengah tertawa, ku lihat ke arah balkon kamarku yang sedikit terbuka, ternyata Jaemin dan CyA tengah mengobrol bersama jangan lupakan beberapa kaleng kopi yang kemungkinan besar sudah kosong isinya.

"Waah sepertinya kalian berdua tampak akur" ucapku sambil membuka pintu balkon. Baik CyA maupun kembaranku tersentak begitu mendengar suaraku, Jaemin yang tengan meminum kopi dari kaleng langsung menyemburkannya dan terbatuk, aku meringis dan sedikit berlari untuk mengambil segelas air yang berada di atas meja riasku. Ku lihat CyA tengah mengusap punggung Jaemin, ku sodorkan segelas air itu dan langsung di tenggak rakus oleh Jaemin.

"Maaf Na" ucapku merasa bersalah. Ia menggeleng "tak apa, eoh, sudah baikan?" Tanya Jaemin aku mengangguk pelan. "Ternyata ada CyA yang menemanimu selama 13 tahun terakhir saat ini?" Tanya Jaemin, aku mengangguk "ya, kami bertemu tepat 1 jam setelah kau di bawa oleh Eomma. Saat itu aku menangis karena di tinggalkan begitu saja, tapi untungnya bunda CyA datang dan menenangkanku, keluarga CyA sesekali berkunjung tiap minggunya saat 13 tahun yang lalu, bahkan CyA selalu menginap disini saat aku baru berumur 7 tahun" ucapku menjelaskan, CyA hanya mengangguk membenarkan.

Ku lihat Jaemin menunduk "maaf, harusnya saat ulang tahun kita yang ke 6 aku tak perlu memaksamu dan Appa pergi ke taman, harusnya aku tak mengikuti keinginanku untuk membeli ice cream di sebrang jalan saat itu. Semua ini karena ku tapi kenapa kamu yang menerima semuanya Na?" Parau Jaemin. Aku mendekat dan memeluknya "tak apa Hyung, semuanya sudah terjadi lagipula ini semua bukan salah siapa-siapa" balasku, aku melambai ke arah CyA untuk bergabung dalam pelukan hangat kami ia pun memelukku dan Jaemin dengan erat.

"Ah.. rasanya seperti di peluk oleh sosok ibu dan ayah" celetuk Jaemin yang di balas kekehan oleh CyA.

CyA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang