3. Dia Kembali

10 8 0
                                    

Saat ini aku tengah berada di ladang bunga dandelion sendirian, cuaca cerah membuat perasaanku jauh lebih baik. CyA tengah berada di agensi tempatnya bekerja, jadi ia tak bisa menemaniku duduk disini sambil menatap keindahan alam. Senyumku tak henti-hentinya merekah, aku menatap setiap kelopak bunga dandelion yang berterbangan.

Drtt..Drtt..

Aku merogoh saku jaket dan mulai melihat ponselku yang bergetar.

'Jaemin is calling you'

Dengan segera aku mengangkat telefon dari hyung ku. Senyum yang tadinya sempat luntur kini terbit kembali di kedua sudut bibirku.

Jaemin akan pulang, aku bergegas meninggalkan ladang bunga ini, dan berjalan menuju toserba terdekat. Aku hanya membeli beberapa makanan yang sekiranya disukai oleh Jaemin hyung. Tak kusangka sudah hampir 13 tahun aku berada di Seoul sendirian. Jaemin hyung terpaksa ikut dengan eomma sejak kejadian hari itu. Ya, satu hari terburuk di masa lalu, aku hanya tertawa miris saat mengingatnya.

16.00 KST

Pintu di ketuk beberapa kali, saat aku membukanya mataku terasa memanas, dia memeluk tubuhku erat 'hangat, masih sama seperti dulu' batinku. Ku persilahkan dia untuk masuk. Aku menatap kembaranku sambil terkekeh, ia tak banyak berubah.

"Ayo jalan-jalan keluar, ada toko makanan yang ingin ku kunjungi" ajak Jaemin hyung. Aku menatapnya sekilas dan berakhir mengiyakan ajakannya.

Setelah menghabiskan 30 menit untuk bersiap-siap, aku dan Jaemin hyung mulai berjalan berjejeran. Ah.. rasanya sudah lama sekali aku tak merasakan hal ini, terakhir kali 3 tahun yang lalu saat Jaemin hyung nekat kabur dari Busan dan mendatangiku, lalu berakhir di jemput paksa oleh orang-orang suruhan eomma.

Setibanya kami di sebuah cafe, kami bercanda ria, menceritakan kisah-kisah kami sewaktu dulu. Dan saat suara tawa Jaemin hyung memasuki indera pendengaranku hatiku mulai menghangat. Aku menatap sendu sosoknya yang masih saja tersenyum tanpa ragu, padahal ia juga tak kalah terluka sama sepertiku.

Hujan turun secara tiba-tiba, aku menatap kosong tiap tetesan air yang jatuh.

"Miran"
"Miran"
"Miran"
"Na Miran!" Panggil Jaemin dengan sedikit keras.

Aku tersentak dan menatapnya, ku lihat sorot matanya menjadi sendu. "Maaf" ucapnya lirih. Aku hanya diam tak mengerti arah pembicaraan saat ini, "maaf karena harus meninggalkanmu sendirian di Seoul, harusnya aku menjagamu seperti pesan Appa. 13 tahun bukan lah waktu yang singkat Na, dulu saat kita masih kecilpun Eomma selalu memberi jarak antara kita, aku ingin kita tumbuh layaknya saudara kembar pada umumnya Na, tapi kenapa sesulit itu? Kenapa? Apa salah kita Na? Di usia kita yang saat ini telah menginjak 19 tahun apakah kita bisa memulainya dari awal? Menjalin hubungan kasih sayang layaknya saudara, dimana sang kakak yang akan selalu melindungi adik tercintanya, lalu sang adik yang selalu merengek ketika kakak meledeknya? Aku tahu ini terlambat, kali ini aku benar-benar kabur dari Eomma, sungguh aku tak tenang menjalani hidup tanpamu, pada akhirnya Eomma juga menelantarkanku di sangkar emasnya, ia maniak kerja yang tak pernah memperhatikanku, bukankah jauh lebih baik kita bersama saja Na?" Lanjut Jaemin dengan suara yang bergetar.

Aku diam tak berkutik, baru kali ini aku mendengarnya mengatakan kata sebanyak itu, ku tatap Jaemin yang tengah menunduk dengan bahu yang sedikit bergetar mataku memanas melihatnya seperti itu. Aku beranjak dan menarik kasar pergelangan tangannya hingga mau tak mau ia terpaksa berdiri dari duduknya. Aku menyeretnya dan membawanya keluar cafe. Tubuh kami basah kuyup, dia menatapku sendu, saat itu pula tangisku pecah.

Aku memeluk raganya seerat mungkin untuk membayar rasa rindu yang telah ku pendam selama 13 tahun. Jaemin membalas pelukanku tak kalah erat, hujan menjadi saksi atas obat luka kami. Aku melepaskan pelukanku dan berlari menjauhi Jaemin.

"AYO, MARI KITA BUAT KENANGAN MASA KECIL KITA MULAI HARI INI NA JAEMIN!" Teriakku. Ku lihat Jaemin tersenyum tulus dan berlari mengejarku. Tawa hangat tercipta diantara kami berdua, bahkan kami tak mengubis tatapan orang-orang yang menatap aneh kearah kami berdua.

Saat perjalanan pulang aku hanya menatap kaki ku yang di balut sepatu kets berwarna coklat, tanganku berada dalam genggaman tangan Jaemin. "Ayo naik ke punggungku! Aku akan menggendongmu" ucap Jaemin, aku hanya mengangguk dan tertawa saat Jaemin menggendongku dengan sedikit berlari.

CyA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang