6. Janji Eomma

6 4 0
                                    

Sudah 2 bulan lamanya sejak kejadian itu, aku mulai jarang berinteraksi dengan kembaranku. Ia juga terlihat sibuk dengan pekerjaannya, ia selalu pulang saat pukul 01.00 dengan keadaan yang cukup kacau.

Hubunganku dengan CyA baik-baik saja, aku juga mulai bisa membaur bersama ke empat temannya. Seperti saat ini aku tengah belajar piano bersama Son Dongmyeong. Kang Hyun hyung dan Harin hyung tengah membeli makanan, Yonghoon hyung yang tengah memainkan gitarnya sambil sesekali bergumam menyanyikan lagu, sedangkan CyA tengah merusuhi Dongmyeong  yang tengah mengajariku bermain piano.

Suara pintu di buka mengalihkan tatapan kami semua ke arah pintu, terlihat remaja bermarga Joo yang tengah menenteng kantung plastik berisi makanan, "dimana Kang Hyun?" Tanya Yonghoon hyung, "ah.. tadi dia bilang akan ke kamar mandi" jawab remaja bermarga Joo seadanya. Yonghoon mengangguk dan meletakakkan gitar ke sembarang tempat.

**

Sudah pukul pukul 4 sore dan aku masih berada di gedung agensi tempat CyA bekerja. Mereka berlima tengah melakukan rekaman untuk perilisan album terbarunya. Aku hanya diam menatap kearah luar jendela. Banyak pejalan kaki yang berlalu lalang, ada pula pasangan muda yang tengah bersepeda menuju taman, beberapa siswa terlihat tengah berkumpul bersama dalam sebuah cafe. Kota ini tak pernah sepi, sealu ramai seperti dulu.

Ting!

Aku membuka ponsel milikku, tertera notif pesan dari kembaranku. Aku enggan membacanya, sudah 2 bulan aku tak pernah membalas pesan atau pun panggilannya. Aku menghela nafas gusar, sebenarnya aku pun tak ingin mendiamkannya, tapi ego ku terlalu besar untuk meminta maaf padanya.

Suara derap langkah kaki terdengar, aku menatap pintu yang terbuka. Disana aku melihat Jaemin yang tengah menatapku sendu, binar matanya tak seterang dulu, bahkan lingkar hitam di bawah matanya terlihat jelas, pipi miliknya yang dulu sedikit berisi sekarang berubah menjadi tirus. Dia melangkah ke arahku.

"Na Miran, tolong dengarkan sebentar saja. Untuk kejadian 2 bulan yang lalu aku benar-benar minta maaf" ucapnya lirih. Aku diam tak bergeming, masih tetap memandang lurus kearahnya tanpa ekspresi.

"1 minggu lagi" lanjutnya dengan sedikit terisak. Aku mengerutkan dahi ku, perlahan ketakutan-ketakutan yang selalu menghantuiku mendekapku erat, ketakutan akan Jaemin yang meninggalkanku sendirian lagi. "1 minggu lagi aku harus kembali ke Busan" lanjutnya lagi dan mulai meninggalkanku yang tengah mencerna perkataannya.

Air mataku mengalir tanpa di perintah, aku beranjak dan mulai mengejarnya. "JAEMIN TUNGGU!" Teriakku, beberapa staff yang tengah berlalu lalang menatapku namun aku tak memperdulikannya sama sekali. Aku berlari mengejarnya, ia tak menghentikan langkahnya saat ku panggil namanya.

Setelah jarak antara aku dan Jaemin menipis, aku menarik pergelangan tangannya kasar "maaf.. maaf.. jangan pergi Na. Ku mohon" racauku. Jaemin mendekapku dan menepuk pundakku pelan. "Aku harus menepati janjiku pada eomma, jika aku mengingkarinya kita berdua tak akan pernah bisa bertemu selamanya" gumam Jaemin lirih, namun aku masih dapat mendengarnya.

Aku menangis keras dalam pelukkannya. Kenapa takdir selalu memisahkan kami? Kenapa harus aku dan Jaemin yang di siksa oleh lara? Tuhan, untuk kali ini saja tidakkah boleh aku menghabiskan waktu bersama dengan kakakku? Dosa apa yang pernah kami buat hingga kau menghukum kami seperti ini?.

"Katakan pada ku Na, apa yang kau janjikan pada eomma?" Tanya ku parau. Ia melonggarkan pelukanku dan merapihkan rambutku pelan, ia memaksakan senyumnya "aku harus kembali ke Busan, dan harus belajar tentang bisnis. Aku harus meneruskan perusahaannya. Jika aku melanggar, hukumannya kamu akan dibawa secara paksa ke Amerika" jawabnya sambil menunduk.

"Aku janji, setelah menyelesaikan pendidikanku aku akan mengunjungi mu setiap minggunya, terkadang kita tak bisa egois kan Na? Aku tak mau kamu terluka, ini semua demi dirimu Na Miran" lanjutnya. Aku menatap manik hazel miliknya, sisa air mata yang tertinggal di pelupuk matanya berkilau karena terpantul cahaya matahati sore.

"Aku akan mengantarmu minggu depan, bagaimanapun juga eomma tau mana yang terbaik untukmu. Aku mendukungmu Na, aku akan menunggumu disini sampai kau kembali, kembalilah sesukamu. Pintu rumah akan selalu terbuka lebar untukmu" ucapku sambil tersenyum tipis.

Jaemin mengangguk dan terseyum lebar, binar hangat matanya telah kembali. Dia kembaranku, Jaemin. Seorang remaja laki-laki berusia 19 tahun dengan segala kehangatan dan keteduhan yang dimilikinnya. Jaemin membingkai wajahku menggunakan tangannya dan menghapus sisa air mata di pipiku.

"Ayo kembali ke gedung agensi CyA bekerja. Aku ingin berkenalan dengan teman-temannya" ajak Jaemin. Ah.. aku lupa, tadi aku langsung berlari tanpa berpamitan kepada CyA, dia pasti mencariku. Aku mengangguk dan kami berjalan bersama.

Sesampainya di ruang tempat latihan CyA memanggilku, kulihat raut khawatir terlukis di wajah rupawan miliknya. "Darimana saja? Aku mencarimu" tanyanya. Aku meringis dan tersenyum canggung "maaf CyA, tadi aku harus menyelesaikan masalahku dengan Jaemin" jawabku.

CyA menatap kami bergantian dan mengangguk. "Ayo masuk.. aku akan mengenalkan Jaemin kepada teman-teman" ajak CyA. Sore itu kami semua berbagi canda dan tawa, tak ku sangka Jaemin dan Yonghoon hyung langsung akrab dalam satu kali pertemuan.






CyA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang