8. See you again

8 5 0
                                    

Malam ini aku dan Jaemin tengah berada di ladang bunga dandelion, kami berbaring dan menatap langit malam dengan sinar bintang yang berkilauan.

"Lihat! Appa disana!" Seru Jaemin sambil menunjuk sebuah bintang yang paling benderang. Aku hanya tersenyum tipis menikmati angin malam yang menyapu wajahku.

Malam ini adalah malam terakhir Jaemin di Seoul. Perasaanku semakin tak enak kala malam semakin larut, namun aku berusaha menepis kemungkinan-kemungkinan buruk yang singgah di kepalaku.

"Hyung" panggilku, ia menatapku sekilas dan mulai mengubah posisinya menjadi duduk, pandangannya lurus kedepan entah memandang apa. "Kenapa?" Tanyanya. Aku mulai merubah posisiku menjadi duduk dan menatapnya dari samping.

"Terima kasih sudah terlahir bersamaku, aku bahagia memiliki saudara kembar sebaik dirimu, jaga diri baik-baik ya? Jangan lupa untuk menghubungiku. Aku tak mau kehilanganmu lagi sungguh" lirihku. Aku menunduk sambil menunggu jawabannya.

Jaemin mendekapku erat, kurasakan bahunya bergetar. Ia hanya diam tak menjawab perkataanku, malam itu aku melihat nya bukan sebagai sosok yang kuat, namun aku melihatnya sebagai sosok yang rapuh.

--

Aku terbangun dan mulai menatap jam yang terpajang apik di dinding kamarku. Mataku membulat sempurna saat melihat jarum jam berhenti tepat di pukul 08.00. Aku beranjak dan mulai berlari keluar kamar.

"HYUNG!" Teriak ku.
Ku telusuri setiap sudut ruangan rumah ini, namun nihil dia tak terlihat sama sekali.

Saat berada di dapur netraku jatuh pada sebuah sticky note berwarna kuning pastel yang tertempel di kulkas. Aku segera mengambil dan membacanya.

Teruntuk Na Miran

Maaf, aku harus pergi tanpa berpamitan. Kereta yang di pesan eomma datang pukul 06.00. Jangan khawatir aku akan menjaga diri di sana dan akan selalu menghubungimu.

Tunggu aku yaaaa.... kamu juga harus menjaga diri disini!

Untuk jawaban semalam, aku juga berterima kasih kepada Tuhan karena telah memilihmu sebagai kembaranku. Na.. di setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan kan? Jangan terlarut dalam kesedihan. Aku berjanji akan menemuimu kembali jika semuanya sudah beres.

Ah... tadi aku memasak nasi goreng kimchi hehe. Dimakan ya.. panaskan dahulu, aku tahu nasinya pasti sudah tak hangat lagi.
Mungkin itu saja yang bisa aku tuliskan? See you again

Aku meremat sticky note tersebut dan mulai terduduk lemas di lantai dapur yang dingin. Setelah terdiam cukup lama, aku mulai bangkit dan melangkah ke arah meja makan yang tersaji nasi goreng kimchi buatan Jaemin yang sudah dingin.

Aku memakannya tanpa selera, setelah menghabiskan setengah aku beranjak dan mulai bersiap untuk pergi bekerja. Perasaan gelisah yang menghantuiku semakin bertambah, aku mencoba untuk mengabaikannya.

Saat ini aku tengah berada di cafe tempatku bekerja. Cuaca hari ini sangat mendung, aku membuka ponselku dan mulai mengecek apakah kembaranku membalas pesanku atau tidak. Aku menghela nafas saat tanda baca hanya menampilkan satu centrang, pikiranku semakin kacau dibuatnya.

Jam makan siang sudah tiba, aku hanya menatap cemas ponsel milikku, hari ini banyak pelanggan yang salah menerima pesanan karena aku tak fokus bekerja.

Drtt.. Drtt...

Na Jaemin is calling you

Tanpa ragu aku mengangkatnya, "hyung?! Bagaimana kau sudah sampai?! Mengapa tak mengabariku?!" Seruku. Aku tak mendengar jawaban, hingga beberapa detik berlalu. "Hyung?! Jawab!" Kataku sambil sedikit berteriak.

"Jaemin kritis, datanglah ke Busan. Ia terlibat kecelakaan saat menaiki bus" jawab seorang laki-laki asing. Mungkin ini penyebab kegelisahanku semalam. Aku beranjak dan mulai berlari meninggalkan cafe, badanku bergetar hebat. Setelah sampai di stasiun dan mendapatkan tiketnya aku mulai masuk kedalam kereta menuju Busan.

Setelah menghabiskan kurang lebih 2 jam di dalam kereta, aku berlari menuju tempat taxi. Sesampainya di rumah sakit aku melangkah dengan lebar. Aku bahkan tak memikirkan kemejaku yang sedikit basah dan bagian rambutku yang lepek karena keringat.

"Permisi, pasien atas nama Na Jaemin berada di mana?" Tanyaku setenang mungkin di hadapan para suster yang berjaga. Mereka mengecek komputer dan menatapku bingung "pasien atas nama Na Jaemin sudah di pindahkan ke rumah sakit lain" ucap seorang suster yang bertugas mencari data Jaemin. Aku membulatkan mataku "dia di pindahkan kemana?" Tanya ku. Suster tersebut menggeleng "maaf, kami tak bisa memberi tahu karena ibu pasien tidak mengizinkannya" jawab sang suster.

Aku menghela nafasku, aku melangkah keluar menuju halte bus. Hujan cukup deras, aku berlari menerjangnya. Keadaan halte sangat sepi, tak ada orang sama sekali. Aku menatap kosong genangan air yang tercipta di jalanan yang berlubang.

Ku coba menelfon Jaemin, namun tak ada jawaban. Dengan berat hati, aku mencoba menelfon eomma, ponsel kami tersambung tapi ia tak mengangkatnya. Aku hanya bisa menghela nafas kasar, menatap sekelilingku yang terasa asing. Jujur aku belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di kota ini.

Aku menatap kosong sepatu ku yang basah. Tanpa terasa air mataku jatuh begitu saja, sebenarnya apa salahku? Mengapa Tuhan seperti sedang menghukumku?. Sebuah mobil hitam terparkir di depanku. Aku mendongak dan melihat Yonghoon hyung dari jendela mobil yang kacanya sengaja ia turunkan.

"Eoh? Na Miran? Sedang apa, naiklah. Kajja!" Titahnya. Aku mengangguk dan mulai memasuki mobil miliknya, ku usap sisa air mataku. "Kau sendirian?" Tanya nya, aku hanya mengangguk lemah. Ia menepikan mobilnya dan menatapku lekat.

Ia mengambil sesuatu yang berada di jok belakang mobilnya. "Anak itu selalu saja meninggalkannya di mobilku, pakailah" ucapnya sembari menyodorkan sebuah jaket yang amat ku kenali, ya jaket milik CyA. Aku mengucapkan terima kasih dan menunduk dalam-dalam, rasanya canggung saat bersamanya.

"Kau sedang ada masalah ya?" Tanyanya menatap lurus jalanan yang sepi. Aku hanya diam tak bergeming, ia menghela nafas panjang, "Jaemin menyayangimu, aku tahu lewat sorot matanya. Jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri, Jaemin pasti sedih saat mengetahuinya. Setidaknya hiduplah lebih baik, jangan terlalu banyak melamun. Jika memang kau ada masalah, berbagilah dengan kami. Ada aku, Kanghyun, Harin, Dongmyeong, dan CyA yang akan mendengarkanmu. Jadi berbagilahlah! Oke?" Ucapnya sambil mengusap kepalaku pelan.

Aku menatapnya dan mengangguk kuat. Air mataku luruh begitu saja, dengan bibir yang bergetar aku mengatakan "gomawo hyung", ku coba tersenyum di depannya dan ia juga tersenyum tulus saat menatapku. "Senyumanmu seteduh senyum milik Jaemin" ucapnya lirih yang masih dapat ku dengar.

Siang itu aku diantar pulang oleh Yonghoon hyung, ia juga sesekali melemparkan candaan ringan kepadaku. Tuhan, dimana pun Jaemin berada, tolong lindungilah dia. Jangan engkau buat ia mengeluarkan air mata kembali, aku harap engkau masih mau mempertemukan kami berdua kembali.

Hallo, aku kembali hehe... akhir-akhir ini sibuk bgt, banyak tugas :)
Buat yang udah mampir dan ngevote, komen aku ucapin makasih. Jangan lupa ikutin ceritanya sampai akhir yaaa, semoga kalian sukaaa. Maaf kalo masih belepotan :)



CyA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang