7. 13 Tahun yang Lalu

4 4 0
                                    

Author pov

13 tahun yang lalu...

Seorang anak laki-laki yang baru saja menginjak usia 6 tahun merengek manja kepada sang Appa dan eomma nya untuk merayakan ulang tahunnya di taman. Ia juga memaksa agar kembarannya yang berjenis kelamin perempuan agar menyetujui jika perayaan ulang tahunnya di adakan kecil-kecilan tepat di taman kota.

Si adik hanya menuruti kemauan kakaknya, begitupun kedua orang tua mereka yang menuruti kemauan sepihak si kembar. Sang eomma terlihat tengah menyiapkan beberapa makanan untuk di makan di taman, dan sang appa tengah menata beberapa barang yang di perlukan mereka berempat di taman nanti, sedangkan si adik hanya menatap kakaknya yang begitu bersemangat.

Setelah semua persiapan telah siap, mereka berangkat dengan berjalan kaki menuju taman kota yang kebetulan terletak cukup dekat dari rumah. 20 menit kemudian mereka semua sampai, sang eomma menggelar tikar dan meletakan makanan yang sudah dibuat. Mereka berempat menghabiskan satu hari dengan berada di taman.

"Na Jaemin dan Na Miran sudah besar, kalian mau kado apa dari appa dan eomma?" Tanya sang Appa. Jaemin membulatkan matanya lucu "Jaemin mau di belikan mainan yang banyak Appa" serunya polos. Sang kepala keluarga tertawa hangat menanggapi permintaan anaknya, ia beralih menatap anak kembarnya yang berjenis kelamin perempuan "Na Jaemin ingin mainan yang banyak, jika Na Miran ingin apa?" Tanya sang Appa lembut. Sang pemilik nama menatap manik mata milik appa nya dan menggeleng sembari tersenyum.

"Cukup appa bersama kami selamanya. Hanya itu yang aku inginkan" jawab Na Miran. Baik appa dan eomma nya menatap sendu anaknya, tak lama kemudian sang appa mengangguk dan tersenyum hangat. "Baiklah, akan appa usahakan ya" balas sang kepala keluarga lalu mulai mencium kening kedua anaknya.

Jam sudah menunjukkan pukul 14.00, suasana taman yang tadinya ramai sekarang mulai sepi. Jaemin, Miran, dan Appa tengah bermain bola bersama, suara tawa Jaemin mendominasi mereka semua. Saat sang appa mulai lelah ia memilih untuk beristirahat sebentar, membiarkan anaknya bermain berdua. Saat Jaemin menendang bola hingga terpental ke semak-semak dekat pintu masuk taman ia berlari untuk mengambil bolanya, sang adik mengikuti langkah kakaknya.

"Hyung, jangan jauh-jauh nanti appa dan eomma mencari kita" peringat sang adik, Jaemin tak mendengarkannya. Setelah mendapatkan bolanya ia melihat penjual ice cream di sebrang jalan. "Na Miran ayo kesana!" Seru Jaemin sembari menunjuk penjual ice cream.

"Jangan hyung, kita harus izin dulu ke appa dan eomma" bantah sang adik. Jaemin tak mengindahkan perkataan adiknya, ia berlari keluar taman. "HYUNG!" Teriak Na Miran. Jaemin tak memperhatikan saat menyebrang jalanan, suara klakson mobil yang panjang terarah kepada Jaemin. "HYUNG AWAS!" Teriak Na Miran dan mendorong tubuh Jaemin, Jaemin terjatuh dengan mata yang melotot terkejut.

"MIRAN"

TIINN..!!
BRAKK..!!

Na Miran merasakan badannya di dorong oleh seseorang, ia terjatuh di aspal dengan cukup keras. Na Miran membuka matanya, matanya memanas saat keadaan appa nya bersimbah darah. Jarak antara ia dan appa nya cukup jauh, sudah di pastikan bahwa sang appa terpental. Tak menghiraukan kakinya yang sakit, ia berlari menghampiri appa nya dan mulai terisak.

"APPA.. APPA! BANGUN APPA! EOMMA! TOLONG" Teriak Miran. Jaemin menghampiri bersama sang eomma, bagai di sambar petir di siang bolong sang istri langsung terduduk lemah di atas aspal saat melihat keadaan suaminya.

"Na Mi-ran, m-maaf j-jika ap-appa t-tidak b-bisa b-bersama ka-lian l-lagi" ucap lirih. Hanya isak tangis yang bisa keluar dari mulut ketiga insan tersebut. Tak lama kemudian ambulance tiba dan mulai membawa mereka berempat ke rumah sakit.

**

Jam sudah menunjukkan pukul 21.00, ruang operasi belum di buka sama sekali sejak pukul 15.00. Na Miran menatap eomma nya yang tengah menenangkan Jaemin, ia mengalihkan pandangannya dan menatap kaki kecilnya. Luka nya sudah di obati oleh perawat, begitupun Jaemin.

"Na Miran" panggil sang eomma. Miran kecil melangkah ragu kearah sang wanita yang telah melahirkannya. "Gwenchana, appa pasti baik-baik saja" ucapnya lembut, lalu mendekap Miran dan Jaemin bersamaan.

Bersamaan dengan pintu yang terbuka, dokter yang menangani kepala keluarga Na itu keluar. Raut lelah tercetak jelas di wajahnya, "dengan keluarga pasien?" Tanya sang dokter. "Saya istrinya, bagaimana keadaan suami saya" cerca sang ibu muda tersebut. Gelengan kepala sang dokter menandakan bahwa pasien tak bisa di selamatkan.

"Maaf.. kami suda berusaha semaksimal mungkin. Tuhan lebih menyayangi tuan Na" ucap sang dokter dan mulai melenggang pergi meninggalkan mereka bertiga. Gadis kecil itu berlari memasuki ruangan serba putih dengan bau obat-obatan yang menyengat.

"Appa..." isaknya parau. Ia menatap wajah pucat appa nya dan memeluk raga dingin yang sudah terbujur kaku tersebut.

**

Acara pemakaman sudah selesai sejak beberapa jam yang lalu. Banyak rekan kerja appa dan eomma si kembar yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir.

Sebulan telah berlalu, suasana rumah sudah tak sama seperti dulu. Jaemin yang periang lebih sering mengurung dirinya di kamar, Miran si pendiam semakin menutup dirinya kepada orang lain, eomma mereka menjadi gila kerja dan sering meninggalkan mereka berdua. Rasanya seperti tinggal seatap dengan orang asing.

Tepat di pertengahan Desember sang eomma membawa Jaemin dan meninggalkan Miran sendirian. Gadis itu tak tahu bahwa eomma nya memilih untuk menyalahkan gadis tak berdosa tersebut. Tangis nya pecah di kala ia melihat sang kakak meronta dan berteriak memanggil namanya, ia ingin mengejarnya namun kaki nya tak bisa bergerak sama sekali.

Saat punggung milik eomma nya tak terlihat lagi, ia terduduk di pelataran rumahnya bersamaan dengan salju pertama turun. Ia membiarkan tubuhnya di jatuhi butiran-butiran salju, isakannya bahkan tak berhenti ia meraung meneriakkan nama Jaemin berkali-kali.

Hingga sebuah dekapan hangat di rasakannya, saat ia mendongak melihat seorang wanita yang tengah memeluknya menggelengkan kepalanya, dan disamping wanita itu terlihat seorang anak laki-laki yang menatapnya khawatir.

Author pov end

CyA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang