12. First Kiss

3 3 0
                                    

Aku menatap kosong lembaran kertas yang ku temukan di laci kamar inap ku. Saat aku mendengar derap langkah yang kian mendekat, aku segera menyembunyikannya. Suara pintu di buka membuatku mengalihkan pandanganku.

Seorang wanita paruh baya dengan setelan musim dingin menghampiri ranjangku. "Eomma?" Panggilku pelan, wanita tersebut menatapku datar tak lama seulas senyum tipis terbentuk di bibirnya. Aku mencubit pergelangan tanganku, memastikan jika ini bukanlah mimpi. Semua terasa nyata, rasa sakit akibat cubitanku dan bahkan kini dekapan hangat yang aku rindukan tengah aku rasakan.

Eomma memelukku, aku terisak pelan. Gumaman kata maaf yang terlontar dari mulut milik Eomma memenuhi pendengaranku. Aku menggangguk kuat, dan menikmati rasa hangat dari dekapan tersebut. Ku lihat pintu ruangan di buka, menampilkan sosok Jaemin yang terpaku melihat pemandangan di depannya. Ia melangkah mendekati kami dan mulai memeluk kami. Aku tersenyum tipis, terima kasih tuhan sudah mengabulkan impianku yang telah lama terpendam.

**

Malam telah tiba, ribuan bintang bertaburan dengan indah. Aku tengah berada di rooftop rumah sakit sendirian, beberapa kaleng kosong bekas minuman beralkohol berserakan di dekatku. Aku tersenyum tipis, menunduk dan mulai menangis. "Gagal ginjal ya?" Gumamku pelan.

Aku tertawa kecil saat melihat butiran salju kembali turun. Ku raih sekaleng minuman beralkohol yang tersisa dan mulai menenggak rakus, hingga sebuah sentakan kasar membuat kaleng tersebut jatuh dan menumpahkan isi yang tersisa.

"APA YANG KAMU LAKUKAN?!" Teriak CyA dengan wajah yang memerah padam. Aku melihat dengan jelas ia tengah lelah, kantung matanya semakin membesar, bibirnya pucat dan kering, tubuhnya mulai terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Aku tersenyum dan menatap CyA sayu "mempercepat kematian" ucapku sambil tertawa.

"Jangan bertingkah bodoh Na Miran! Jangan egois, ada orang lain yang membutuhkanmu, ada orang lain yang masih menunggumu kembali dalam dekapnya" tekan CyA. Aku mendongak menatap tajam kedua manik mata CyA yang berair "EGOIS KATAMU?! KALIAN YANG EGOIS! AKU SAKIT, AKU LELAH, MEMANGNYA APA YANG DI HARAPKAN DARI GADIS BERPENYAKITAN SEPERTIKU! AKU SUDAH TAK PUNYA HARAPAN CYA! JANGAN MEMAKSAKU UNTUK BERTAHAN, KAU TAK TAHU BAGAIMANA RASANYA MENJADI AKU" teriak ku tepat di depan wajahnya.

Ia mulai terisak dan menjatuhkan raganya di depanku. "Jangan" isak nya kencang "SETIDAKNYA BERTAHANLAH UNTUKKU! TIDAK KAH KAU MELIHATKU YANG MENCINTAIMU! AKU AKAN MENIKAHIMU NA MIRAN" teriaknya serak. Aku menggeleng dan mulai menjatuhkan kedua lututku hingga posisi kami sejajar "kau harus mencari pengantiku Giwook, apapun yang terjadi" ucapku lirih.

"Bagaimana bi-" kalimat yang akan keluar terhenti begitu saja saat aku dengan lancang mencium bibir kering miliknya. "Berbahagialah demi diriku Lee Giwook. Aku mencintaimu, aku akan meminta kepada Tuhan untuk mempertemukan kita di kehidupan selanjutnya" setelah mengatakan kalimat tersebut, aku beranjak meninggalkannya sendirian dan mulai berjalan dengan sempoyongan.

Kepalaku terasa berat, perutku bahkan terasa sangat sakit dari biasanya, telingaku berdengung keras, pandanganku mengabur berkali-kali hingga semuanya berubah menjadi gelap.

CyA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang