22 : Tawaran

233 36 0
                                    

Haura kesal karena ditinggal sendirian di kantin, bilangnya sih Hana dan Fatimah ke toilet sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haura kesal karena ditinggal sendirian di kantin, bilangnya sih Hana dan Fatimah ke toilet sebentar. Nyatanya mereka berdua tak kunjung datang hingga sepuluh menit berlalu. Sudah dicoba chat pun tak ada yang menjawab.

Haura meletakkan HP-nya kasar ke atas meja. Ia menyeruput es tehnya. Berharap amarahnya reda dengan minum yang dingin. Padahal ada yang ingin ia ceritakan soal kejadian saat malam kemarin di Masjid Al-Kautsar. Meskipun Fatimah sudah tahu sih.

"Tumben sendiri," kata Raka, laki-laki itu langsung duduk di kursi seberang Haura.

Haura mendongak. Menatap sekilas Raka yang menikmati snack di hadapannya. Ia tak ingin berinisiatif memulai obrolan, sebagai minimalisir terhadap interaksi sebenarnya. Dan Haura juga terlalu malas untuk sekadar melontarkan kalimat pengusiran. Ia sedang tidak mood.

"Temen-temen lo kemana?"

"Toilet," jawab Haura singkat. Ia hanya berusaha menghargai orang, karena walau bagaimana pun permasalahannya dengan Raka hanya soal rasa suka. Bukan karena mereka berdua saling benci.

"Mau?" tawar Raka sembari menyodorkan sebuah permen.

Haura mau sebenarnya, tapi gengsi. Karena biasanya kalau mood-nya sedang jelek, obatnya hanya makanan manis. Namun, Raka mengangsurkan dua permen ke dekat tangan Haura. Sepertinya Raka peka terhadap perubahan raut wajah perempuan di hadapannya.

"Makasih," kata Haura. Lantas mengambil satu, membukanya kemudian langsung memakannya. Lagi pula ini pemberian bukan meminta, jadi Haura tak keberatan.

"Semalem kenapa lo langsung pergi?"

Haura masih sibuk mengemut permennya sambil memainkan bungkus sisa permen tadi. Ia diam sambil memikirkan apa yang harus ia jawab.

"Kaget."

"Lo gak nyangka gue bakalan ada di sana ya? Harusnya gak usah kaget, toh kita udah pernah ngalamin hal itu pas kajian yang deket komplek perumahan lo," sahut Raka panjang. Membuat Haura hanya mangut-mangut saja.

"Gue mau pesen kue."

Haura menggigit sisa permennya. Lantas menatap Raka. "Kenapa gak chat ke nomor bunda gue?" tanya Haura balik.

"Karena pesenan gue kali ini beda."

Perkataan Raka terdengar aneh membuat kening Haura berkerut. "Bedanya?"

"Yang buat kue pesenan gue itu cuma lo," jawab Raka dengan senyuman.

Sedangkan Haura masih tak mengerti.  "Lah, kalau pesen ke bunda gue juga sama aja kali. Kan gue juga suka bantuin bikin."

"Beda, Ra."

"Ya, bedanya apa?!" tanya Haura mulai kesal. Raka semakin memperparah mood jeleknya.

"Buatin gue kue hasil bikinan lo sendiri tanpa bantuan siapapun."

"Males," tolak Haura mentah-mentah.

Kendali Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang