36 : Saling Pergi

263 31 0
                                    

Raka membantu membawakan koper milik sang mama ke depan rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raka membantu membawakan koper milik sang mama ke depan rumah. Sedangkan Dea membawa tas besar dikedua tangannya. 

Begitu keduanya sampai di teras depan rumah, Raka duduk lesehan di tangga menunggu kakek dan neneknya menjemput. Sedangkan Dea memilih duduk di kursi. 

Raka mengambil roti di sakunya. Laki-laki itu mulai melahap roti tersebut. "Mama mau roti?"

"Enggak, mama udah makan."

"Jangan bohong, Ma. Raka tahu mama gak makan sejak kemarin malam," tuding Raka membuat Dea terdiam. Tak bisa membantah fakta yang dikatakan putranya. 

Raka beranjak, melangkah mendekati mamanya. Lantas mengambil satu bungkus roti. Ia meletakkan roti itu di telapak tangan Dea.

Dea mendengus sebal. "Dibilang gak mau!" kesal Dea, perempuan itu hendak membuang roti di tangannya ke sembarang arah. Tetapi Raka berhasil menahannya. 

"Jangan dibuang." Raka mengambil roti di tangan Dea. Ia membukakan bungkusnya. Lantas menyobek roti tersebut menjadi bagian kecil. Tangan Raka terulur menuju mulut sang mama. "Mau Raka suapin atau makan sendiri?"

Dea merebut roti di tangan Raka. Kemudian memakannya dengan rakus. 

Raka hanya tertawa melihatnya. "Tahu gak sih, mama kayak abg yang lagi ngambek sama pacarnya."

Dea mendesis, melirik Raka sinis. "Diem!"

Tawa Raka kian meledak. Tetapi hanya bertahan sebentar, karena suara klakson mobil membuat Raka dan Dea menoleh. Ternyata kakek dan neneknya sudah tiba. 

Raka melambaikan tangan begitu kakek dan neneknya keluar dari mobil. "Kakek! Nenek!"

Mungkin jika orang melihat Raka yang tersenyum sekarang, mereka akan menyangka Raka sangat bahagia seolah akan liburan ke tempat yang diimpikannya. Nyatanya, di sudut hati terdalam. Raka menahan sakit, sakit yang bahkan ia sendiri tak sanggup untuk menampakkannya.  

"Udah di urus semua 'kan surat-surat pindahannya?" tanya Lia menatap Haura khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah di urus semua 'kan surat-surat pindahannya?" tanya Lia menatap Haura khawatir.

Haura mengangguk. "Belum semua si, Bunda."

Kendali Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang