30 : Tanggung Jawab

214 30 7
                                    

Haura berhasil menghindar dari Raka sejak kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haura berhasil menghindar dari Raka sejak kemarin. Ia sengaja bertindak begini, karena Haura ingin Raka percaya akan ucapannya. Kali ini ia tak main-main. Sudah cukup hubungannya dengan Raka berputar-putar tak jelas seperti ini.

Haura bahkan mengabaikan chat dari Support System Grup dan chat pribadi dari Raka. Dan demi menjalankan aksi menghindar dari Raka, Haura juga harus rela menghindar dari Fatimah dan Hana sebab sekarang mereka berdua pasti akan berada disekitar Raka.

Haura kali kali ini berada di perpustakaan. Tempat yang cocok untuk menyendiri. Haura juga sengaja memilih kursi paling pojok yang tersembunyi dibalik rak-rak buku yang jarang dikunjungi orang.

Untuk saat ini Haura ingin egois. Ia menekan rasa simpatinya terhadap Raka, sembari memikirkan ulang cara untuk menebus keegoisannya ini. Karena kepeduliannya terhadap masalah overthinking Raka tak dapat Haura hilangkan dari kepalanya.

Setelah hanya duduk melamun, Haura beranjak. Perempuan itu berniat mengambil buku untuk dipinjam. Akan tetapi, telapak tangannya tak sengaja tergores ujung buku yang tiap ujungnya dilapisi semacam besi.

Sesaat Haura meringis memegangi tangannya. Kemudian ia menyorot kesal pada buku tebal yang melukainya. "Bisa-bisanya ada buku bahaya macam itu, kenapa gak disimpen di bawah aja si," gerutu Haura yang kemudian melangkah pergi. Ia tak jadi meminjam buku.

Keluar dari perpustakaan, Haura melangkah menuju UKS. Jam istirahat kedua ini suasana koridor terlihat sepi. Selain karena murid-murid muslim melaksanakan shalat dzuhur. Pasti banyak juga yang nongkrong di kantin. Tapi, karena Haura sedang berhalangan jadi ia tak ikut Fatimah ke masjid.

Begitu sampai Haura langsung masuk ke UKS. Ia masuk, tetapi tak melihat siapapun di sana. Sepertinya PMR yang berjaga sedang keluar. Mau tak mau ia harus mengambil plester sendiri.

Haura melangkah menuju kotak obat yang berada di ujung ruangan. Lantas mengambil plester. Ia hanya membersihkan lukanya dengan kapas karena goresannya tak terlalu dalam, lantas memasangkan plesternya.

Gorden yang tertutup yang ada di sisi brankar tiba-tiba terbuka. Refleks Haura menoleh. Saat itu pula netranya bertubrukan dengan netra lain. Sesaat Haura menyesal menoleh, jadi ia langsung mengalihkan pandangannya.

Berniat pergi karena urusannya sudah selesai, tapi sebuah suara mengintrupsinya diiringi dengan cekalan di pergelangan tangannya. Kesal dengan sentuhan itu, Haura menghempaskan tangan itu kasar. Kemudian menatap tajam orang yang sudah kurang ajar mencekal tangannya.

"Bisa bicara sebentar?"

"Diluar aja," kata Haura lantas bergegas keluar dari UKS.

Laki-laki yang tak lain adalah Raka itu hanya mengikuti saja langkah Haura. Sampai mereka berhenti di taman depan. Kemudian tanpa aba-aba keduanya duduk berhadapan.

"Lo bahkan belum bantu gue, Ra." Ekspresi Raka tampak lesu, Haura bisa melihat ada gurat lelah di wajah itu. Raka menatap Haura. "Gue tadinya diajak pindah sama mama karena mama dapet kerjaan di Cirebon. Seperti yang lo tahu, kondisi ekonomi keluarga gue gak baik-baik aja. Apa lo gak kasian sama gue, Ra? Lo bahkan keluar dari tanggung jawab lo sebelum menyelesaikan semuanya."

Kendali Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang