2 : Raka Praja Aditya

979 82 0
                                    

Karena alasan kesibukan, Haura terpaksa menaiki bus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena alasan kesibukan, Haura terpaksa menaiki bus. Tak ada rajukan sama sekali atau drama lainnya. Yang Haura lakukan justru kebalikannya, tampak sangat ceria. Iyah, ceria sebelum senyum di bibirnya surut seketika tat kala sang bunda menyerahkan lima buah paper bag berukuran sedang kepadanya. Haura menerima dengan setengah hati sebenarnya, tapi senyum paksa tetap ia tampakkan.

Saat keluar gerbang, Haura mendapati Tio yang baru saja menutup pintu gerbang. Laki-laki itu tentu saja langsung berteriak memanggil namanya. Kebetulannya Tio juga katanya mau naik bus. Berhubung motor matic yang biasa laki-laki itu pakai sedang berada di bengkel. Maklumlah motor itu sudah cukup tua. Kata Tio motor matic tersebut pemberian kakeknya pada sang ayah dan sekarang berpindah tangan ke Tio.

Masuk ke bus Haura langsung duduk di samping seorang ibu-ibu yang kebetulan kosong. Sengaja agar Tio tidak duduk di sampingnya. Terbukti saja, Tio yang nyelonong ke kursi belakang yang kosong melompong, langsung celingukan dan tatapannya terhenti pada Haura yang sudah memilih tempat duduk sendiri. Melihat hal tersebut Tio hanya diam saja lantas mengalihkan pandangan ke luar bersamaan dengan bus tersebut perlahan berjalan. Sudah tidak diragukan lagi jika Haura bersikap begitu, Tio pun juga sudah hafal.

Butuh waktu sekitar sepuluh menit sampai akhirnya bus itu berhenti di halte depan sekolah. Haura beranjak lebih dulu, membayar ongkos lantas diikuti Tio. Bus melaju begitu keduanya sudah turun.

Kaki Tio mencoba mensejajarkan dengan langkah pendek Haura ketika keduanya memasuki kawasan SMA Nusantara. Laki-laki itu menoleh tepat pada kedua tangan Haura yang penuh memegang paper bag. "Punya gue yang mana?"

Haura berhenti melangkah, menilik satu persatu paper bag digenggamnya. Tapi, Tio lebih dulu menemukan paper bag atas namanya, lantas menarik paper bag tersebut dari tangan Haura. "Btw, kapan-kapan kasih diskon dong," pinta Tio.

Haura kembali melangkah diikuti Tio. "Lo udah keseringan minta diskon. Masa diskon mulu yang ada usaha bunda gue bangkrut dong," cibir Haura terang-terangan.

Mendapat cibiran tersebut, Tio hanya tertawa pelan. "Kalem, dong. Gini-gini gue juga bantuin bunda lo. Contohnya temen-temen sekelas gue pada beli kue ke bunda lo 'kan?"

Haura tahu-tahu menghindar kala tangan Tio hendak menyentuh pundaknya. Sontak mata Haura lansung melotot tajam memperingati. Sadar akan respon Haura yang salah paham, Tio buru-buru buka suara.

"Yaelah, itu di pundak lo ada daun. Yakali gue berniat modus sama lo." Diakhir kalimat Tio membubuhkan sedikit kekehan, merasa lucu sendiri dengan respon Haura.

Helaan napas keluar dari bibir Haura. Perempuan itu bergegas memasuki kelas kala sudah sampai di kelasnya. Sedangkan Tio terus berjalan lurus menuju ke kelasnya.

Dalam kelas Haura membagi-bagikan pesanan kue yang beruntungnya kebanyakan dari teman-teman sekelasnya. Syukurlah, Haura tidak perlu repot-repot berjalan jauh ke kelas jurusan lain.

Kendali Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang