26 : Ya atau Tidak Sama Sekali

204 34 0
                                    

Raka merebahkan tubuhnya di kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raka merebahkan tubuhnya di kasur. Memejam sesaat. Namun, ia langsung beranjak, mengubah posisimya menjadi duduk. Ia jadi teringat dengan pertanyaan Haura saat di halte.

Raka mengacak rambutnya yang sudah panjang hingga melewati telinga. Laki-laki itu menghela napas panjang. Bukannya ia mendapat jawaban, sekarang ia jadi pusing sendiri dengan pertanyaan dari Haura.

Raka mengambil kamera DSLR-nya yang tergeletak di atas nakas. Kemudian tangannya bergerak menekan tombol power. Sebelum akhirnya laki-laki itu menekan tombol selanjutnya hingga membuat layar di kamera DSLR bergulir.

Jempol Raka berhenti menekan begitu layar kamera DSLR menampilkan sebuah foto perempuan yang tampak menikmati naik sepeda berlatarkan Kota Tua. Yah, Raka tahu ini ilegal karena Haura tak pernah membiarkan siapapun menyimpan fotonya.

Senyum Raka terbit begitu melihat foto Haura. "Kenapa lo selalu bisa buat gue sulit, Ra?"

"Lo selalu punya cara buat menghindar. Pertahanan lo kokoh banget buat gue tembus." Raka terkekeh ketika mengingat kembali momen dimana Haura bertanya balik tentang keputusan perempuan itu. "Diluar dugaan, lo berhasil buat gue terpojok."

"Baru kali ini gue ketemu sama cewek modelan kek lo, Ra. Lo berbeda, lo istimewa, lo terjaga. Sekalipun lo disukai banyak cowok."

"Kayaknya lagi seneng banget, Ra," kata sang bunda yang sibuk menyiapkan bubur kacang untuk Fahrian, suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kayaknya lagi seneng banget, Ra," kata sang bunda yang sibuk menyiapkan bubur kacang untuk Fahrian, suaminya.

Fahrian tersenyum hangat pada sang istri. Kemudian berdehem karena tampaknya Haura tak mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya. "Ra," panggil Fahrian sedikit keras.

"Eh, kenapa, Yah?" tanya Haura kebingungan.

"Ditanya tuh sama bunda, kenapa keliatan seneng banget hari ini. Padahal kemaren-kemaren ayah liat kamu keliatan murung gitu." Usai mengatakan itu Fahrian menyuapkan sesendok bubur kacang ke mulutnya.

Lia sudah duduk ditempatnya yang duduk di seberang Haura, tepat bersebelahan dengan suaminya. "Iya, Ra kenapa tuh? Bunda penasaran."

Belum sempat Haura menjawab, suara salam dari depan di susul langkah tergesa masuk ke ruang makan terdengar. Munculah sosok Tio dengan peluh membanjiri keningnya.

Kendali Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang