12 : Kagum Sesaat

299 40 0
                                    

Haura menikmati sinar senja sembari bersepeda di sekitaran depan Museum Sejarah Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haura menikmati sinar senja sembari bersepeda di sekitaran depan Museum Sejarah Jakarta. Perempuan itu sesekali tersenyum ceria menikmati angin sore yang menerpa wajahnya. Walau hanya bersepeda Haura sudah merasa sesenang ini. Terakhir kali ia bersepeda itu ketika SD. Ia jadi kangen masa-masa SD. Masa yang bahkan tak mengenal apapun selain bermain, masa dimana Haura tidak perlu memikirkan seberapa susahnya menghadapi hari esok.

"Ra! Ada Telepon!" teriak Hana sembari mengacungkan telepon. Haura mengayuh sepeda secepat mungkin untuk menghampiri Hana.

Begitu Haura menstandarkan sepeda, tangannya buru-buru mengambil HP digenggaman Hana. Ia menjauh sebentar, walau sebelum menjauh Hana sempat tersenyum-senyum aneh. Senyum yang menyiratkan ledekan. Namun, Haura mengabaikannya. Yang terpenting sekarang adalah menjawab telepon ini.

"Assalamualaikum, Ra."

"Waalaikumsalam, kenapa Ka?"

"Gue ada perlu sama lo. Lo ada dimana sekarang?"

"Oh, di Kota Tua. Ada perlu apa?"

"Penting banget dan urgent banget. Kalau boleh tahu lo masih lama di sana gak? Kalau lama biar gue nyusul ke sana aja."

"Eh, enggak. Ini bentar lagi balik kok."

"Oke, kalau gitu gue tunggu. Gue tunggu di rumah lo."

"Loh, lo udah ada di rumah gue?"

"Iya."

"Yaudah, gue balik sekarang. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Haura buru-buru menutup telepon begitu terdengar balasan salam dari Raka.

Haura mendekat pada Hana yang masih sibuk memotret suasana Kota Tua. Ia meminta kepada Hana untuk mengembalikan sepeda onthel yang disewa ke tempatnya. Sedangkan Haura menunggu di parkiran. Ia hanya menjelaskan ada urusan penting yang mengharuskan Haura segera pulang. Dan Hana hanya mengangguk saja.

Begitu turun dari motor Hana. Tatapan Haura langsung tertuju pada sosok Raka dengan setelan baju putih abu sedang duduk di kursi depan. Hana bahkan meledek Haura begitu mengetahui siapa yang duduk di kursi depan rumah Haura. Sayangnya Haura buru-buru mengusir Hana tanpa menanggapi apapun lagi. Hana menurut saja, meski senyum ledekan masih terukir di wajah perempuan itu.

Tangan Haura membuka gerbang. Sekilas Haura melihat Raka yang memperhatikannya, walau hanya sebentar. Haura duduk di kursi samping yang tersekat oleh meja bundar.

"Lo ada perlu apa?" tanya Haura to the point.

"Gue mau ngambil kamera DSLR yang Tio pinjemin ke lo. Soalnya disitu ada rekaman syuting film pendek dan belum di pindahin ke laptop buat diedit," jelas Raka setelah meminum seteguk teh manis hangat. Haura menatap sebentar aktivitas Raka itu.

Haura mengeluarkan kamera DSLR yang ada di dalam tasnya. Meletakkan kamera DSLR itu di atas meja. "Sorry, gue gak tahu. Soalnya gue emang rutin minjem kamera DSLR Tio di beberapa waktu tertentu."

Kendali Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang