32 : Serba Salah

210 34 2
                                    

Raka melangkah pelan melewati gerbang SMA Nusantara, laki-laki itu hari ini tak membawa motornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raka melangkah pelan melewati gerbang SMA Nusantara, laki-laki itu hari ini tak membawa motornya. Gara-gara kemarin motornya dipinjam oleh temannya hingga membuat motor itu masuk bengkel.

Raka memilih duduk di kursi taman depan. Kepalanya tertunduk dalam. Entah kenapa akhir-akhir ini kepalanya terasa sakit. Permasalahan disekitarnya yang kecil mendadak jadi ruet ketika dipikirkan ulang di kepalanya. Raka bingung sendiri. Sebenarnya ia kenapa?

Padahal hubungannya dengan Haura baik-baik saja. Laki-laki itu juga sudah sering mendapatkan support dari Haura. Jadi, apa yang salah?

"Raka."

Raka mengangkat kepalanya perlahan karena pusing yang masih mendera. Tatapan Raka agak sayu begitu menatap orang yang memanggilnya. Ia berusaha tersenyum, tetapi yang keluar justru senyum lemah.

Haura berjalan mendekat, kemudian duduk di samping Raka. Perempuan itu menatap Raka dengan sorot khawatir. Mendadak pikiran negatif memenuhi kepala Haura.

"Lo kenapa, Ka?"

Raka menggeleng. "Gak tahu, sejak tadi pagi kepala gue sakit banget."

Haura menatap wajah Raka yang terlihat lelah. Bibir laki-laki itu juga terlihat pucat. Haura mendadak berdiri. "Ayo ke UKS."

Raka mengangguk. Laki-laki itu mengikuti langkah Haura pelan, melihat Raka yang terus tertinggal di belakang, Haura terpaksa berjalan pelan juga untuk menyeimbangkan langkah kaki. Haura takut Raka tiba-tiba pingsan.

Haura mengetuk pintu UKS. Tak lama seorang petugas PMR dengan name tag Diana membuka pintu UKS. "Masuk aja."

Haura menahan pintu UKS, lantas mempersilakan Raka untuk masuk lebih dulu. Setelah mereka berdua berada di dalam UKS, Diana menghampiri. "Silakan tidur aja."

Raka membaringkan tubuhnya di brankar. Sembari menunggu Raka yang sedang ditanyai oleh Diana soal keluhannya, Haura memilih duduk di salah satu sofa yang ada di UKS.

"Kalau gitu gue keluar dulu, gue ke kantin bentar," kata Diana yang kemudian bergegas pergi setelah mendapat anggukan lemah dari Raka.
Haura melihat sekilas Diana yang keluar, setelah pintu UKS benar-benar tertutup, Haura berjalan mendekat. Raka terlihat memejamkan matanya, Haura bisa melihat kening Raka sesekali mengerut seperti sedang menahan pening.

"Lo udah minum obat sakit kepala belum?" tanya Haura pelan.

Raka membuka kelopak matanya pelan. Haura bisa melihat tatapan Raka yang berbeda, kali ini laki-laki itu menatapnya dengan sorot lemah. Raka kemudian menggeleng. "Gue harus makan dulu, tapi tolong ambilin minyak kayu putih di kotak obat, Ra."

Kendali Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang