37 : Kesan Terakhir

705 32 5
                                    

Raka mengobrak-abrik kopernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raka mengobrak-abrik kopernya. Mencari paper bag yang Haura berikan. Tetapi tak menemukannya. Jangan bilang paper bag itu ketinggalan di rumah.

Raka mengerang prustasi. Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya ke kayu ranjang. Matanya memejam. Sesaat Raka merasa menyesal. Tetapi, Raka bahkan tak bisa berpikir jernih kemarin-kemarin. Jangankan ia memikirkan kemungkinan Haura memberikan surat padanya. Menikmati kue dari Haura saja Raka tak sempat. 

Pintu kosan terbuka. Raka menatap sang mama yang membawa sebuah paper bag. Raka beranjak dan langsung menyambar paper bag itu. "Maaf, Ma. Ini punyaku."

Dea mengangguk. "Iya, tapi tadi mama sempet makan kuenya. Gak papa 'kan?"

Raka mengangguk. "Gak apa-apa."

"Oke, kalau gitu."

Dea mengambil dompetnya yang ada di dalam tas besar. Perempuan itu menoleh ke arah Raka yang sibuk dengan paper bag tadi. "Mama mau ke warung dulu, mau beli bahan makanan."

Raka menoleh. Lantas tersenyum. "Oke, Ma."

Setelah pintu kostan tertutup, Raka mengeluarkan kue yang dibungkus mika. Kue tersebut tersisa tiga potong lagi. Tetapi, Raka tidak peduli.

Tangan Raka menyentuh sesuatu di dalam paper bag. Begitu di keluarkan ternyata sebuah amplop putih. Raka membukanya. Ada secarik kertas.

Assalamualaikum

Hai, Raka. Kalau lo baca ini kemungkinan gue udah pindah sekolah. 

Semoga lo gak kecewa. Gue minta maaf gak bisa jadi support system lo lagi. Gue tahu gue gak nepati janji. Tapi, lo harus tahu alasan kenapa gue kayak gini. 

Bukan salah lo. Tapi, perasaan gue yang terus berkembang buat gue takut. Lo sendiri tahu, gue setakut itu sama jatuh cinta.

Gue harap lo bisa terima dan jangan berusaha buat ngehubungi gue lagi atau nyari gue. Gue mohon. Gue mau ngelupain lo.

Gue harap lo jangan terlalu bergantung sama manusia. Karena ujung-ujungnya bakalan kecewa. Lo inget 'kan kata-kata ini.

"Lo kuat. Lo bisa. Gue berdoa selalu buat kebaikan lo."

Kita saling suka tapi gak harus memaksa bersama. Mungkin aja Sang pencipta membuat kita saling mengenal hanya untuk memberikan pembelajaran berharga. Bukan untuk bersama.

Lo harus percaya perpisahan ini adalah jalan terbaik. Maaf, gue gak bisa ngasih apapun. Gue cuma bisa ngasih doa yang terbaik. 

Terimakasih buat semuanya Raka Praja Aditya.

Wassalaikumsalam

Dari : Haura Hayya Nabila

Raka tertunduk dengan air mata yang membasahi pipi. Pegangannya pada surat itu mengerat. Dada Raka rasanya menyempit, sesak sekali. Sesakit ini ya ditinggalkan? Tidak, lebih tepatnya adalah saling meninggalkan. 

Kendali Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang