15 : Pasangan?!

274 39 0
                                    

Haura mendatangi kelas X IIS 1 tujuannya ada dua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haura mendatangi kelas X IIS 1 tujuannya ada dua. Pertama, jelas karena ada beberapa anak kelas situ yang memesan kuenya. Kedua, ia ada urusan dengan Raka. Sayangnya ketika Haura menanyakan keberadaan Raka, Tio yang merupakan teman sekelas sekaligus teman sebangku Raka tak mengetahui keberadaan laki-laki itu. Katanya begitu bel istirahat berbunyi, Raka melesat pergi tak menghiraukan panggilan dari Tio.

Setelah keluar dari kelas X IIS 1. Haura berniat melangkahkan kakinya ke kantin karena Fatimah dan Hana sudah lebih dulu ke sana. Tapi, perhatiannya teralihkan ke sekelebat bayangan laki-laki yang berbelok ke belakang kelas. Haura yakin itu Raka. Ia cukup penasaran kenapa Raka ke sana. Padahal 'kan di belakang kelas hanya ada tumpukan kursi rusak dan gerbang belakang yang ketika di buka kita akan melihat hamparan tanaman singkong.

Usai memberitahu pada Fatimah dan Hana bahwa Haura tidak ke kantin karena ada urusan, ia melangkahkan kakinya mengikuti kemana siluet laki-laki tadi. Haura hanya memastikan saja karena penasaran.

Ketika kaki Haura sampai di belakang sekolah, suara selot gerbang kecil yang terbuat dari besi itu terdengar. Haura menyipit melihat dari figur samping saja Haura sudah bisa mengenali. Ternyata benar Raka. Tapi, untuk apa laki-laki itu keluar dari gerbang belakang. Terlebih lagi, bisa-bisanya gerbang belakang tidak dikunci. Padahal kan biasanya selalu dikunci untuk menyulitkan anak-anak yang berniat bolos. Oh, jangan-jangan Raka mau bolos?!

Tadinya Haura tidak peduli dan berniat pergi dari sana. Sayang kakinya harus tertahan kala mendengar suara teriakan kesakitan. Haura yang panik tanpa aba-aba langsung berlari menuju gerbang belakang yang sedikit terbuka. Perempuan itu menghampiri Raka yang sudah terduduk di gundukan tanah tempat tanaman singkong tumbuh.

Menyadari kehadiran seseorang, Raka menoleh. Ekspresi wajahnya kentara sekali terkejut.

Sebelum Raka membuka suara, Haura lebih dulu berbicara. "Lo ngapain di sini?"

Haura tak menunjukkan rasa khawatir atau peduli. Bukannya sombong, hanya saja Haura sendiri merutuki diri karena jiwa-jiwa keponya malah merepotkan begini. Ia hanya bisa melihat Raka yang berdiri sendiri, tanpa dibantu. Haura 'kan jadi tak enak. Tapi, ada alasan mengapa Haura tak bisa membantu. Sudah jelas, ia tidak mungkin menyentuh Raka yang bukan mahramnya. Meskipun keadaan darurat, Haura tetap tidak ingin. Terbukti dari Raka yang bisa berdiri sendiri dan memilih menepi ke salah satu pohon mangga yang cukup besar untuk berteduh.

Demi menyingkirkan perasaan tak enaknya, Haura mengikuti langkah Raka. Perempuan itu duduk di samping Raka, meski sedikit menjaga jarak.

Raka terkekeh. "Kalau lo gak ada niat nolong kenapa ngikutin gue?" tanya Raka dengan wajah yang kentara sekali meledek. Bukan dalam artian sarkas, tetapi yang Haura tangkap Raka hanya sedikit merasa lucu dengan tingkahnya.

"Jujur, gue cuma ngerasa bersalah karena gak bisa bantu lo berdiri." Haura melirik telapak kaki Raka yang terkena serpihan kayu tajam. Serpihan kayu itu sudah dilepas, menyisakan darah yang sedikit mengalir.

Kendali Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang