Prolog 🍂

97 20 13
                                    

Assalamualaikum

Selamat membaca, semoga kalian suka dengan ceritanya 🤗.

🍂🍂

"Mimpi indah, bisakah ku sebut ini mimpi indah, karena air mataku selalu mengalir saat mengingatnya."


🍂🍂




"Jodoh itu bukan hanya karena cinta, lebih dari itu, kita akan menghabiskan sisa waktu bersamanya, memutuskan sesuatu dengan berdiskusi bersama, saling memahami segalanya. Dan aku ingin, melakukan semua itu bersamamu, Raya, mau kah kamu menerima aku di sisimu?"

Sorot mata sayu mengarah ke arahku, bola matanya bergetar, keringat dingin membasahi keningnya. Tak perlu ia beritahu, aku mengetahui ia berkata seperti itu dengan bersungguh-sungguh, sampai membuatku kaku, ingin rasanya aku menangis mendengar kalimat yang menyentuh hati itu. Bukan karena menyedihkan melainkan terlalu bahagia.

"Kamu tau, aku selalu menyelipkan namamu di setiap doa ku. Namun kali ini, aku tidak ingin hanya menyelipkan namamu, melainkan nama kita berdua. Aku menerimamu, tolong bimbing aku, ajari aku, dan cintai aku karena Allah."

Ia tersenyum mendengar jawaban yang aku berikan, matanya berkaca-kaca, bahkan  hampir tumpah membasahi pipinya.

Dia adalah Kansa anak dari sahabat ibuku, kita tumbuh bersama atau bisa disebut teman seperjuangan dari dalam kandungan. Dia selalu ada dikala senang atau susah. Bahkan, Kansa dan keluarganya menampungku ketika aku kehilangan kedua orangtuaku karena kecelakaan pesawat, merekalah yang selama ini merawatku termasuk Kansa.

Dan saat ini aku benar-benar bahagia, orang yang ku kagumi dari lama mengajakku untuk menua bersama, rasanya aku ingin terbang ke atas langit yang paling tinggi.

"Ibu dan Ayah pasti senang mendengar ini," kata Kansa dengan wajah terlihat merah seperti jambu.

🍁🍁🍁🍁

"Hey Dir bangun! Dir!"

Suara yang begitu nyaring melengking di telingaku, aku perlahan membuka kedua bola mataku, memastikan seseorang yang membangunkanku.

"Kamu gapapa?" Gadis dengan alis tebal seperti blesteran negara Jiran Arab itu bertanya kepadaku.

Aku melihat ke sekitar lalu mengangguk untuk membalasnya. Namun raut wajahnya masih terlihat khawatir, bagaimana tidak, melihat keringat dingin di sekujur wajahku membuat siapa saja akan merasa khawatir kala melihatnya. Mungkin mereka akan berpikir aku adalah peserta marathon yang sudah berlari berkilo-kilo meter, yang bisa pingsan kapan saja.

Una, gadis di hadapanku ini adalah Una, kawanku. Ia memberikan sebotol air ke padaku, aku meraihnya. Alih-alih meminta gelas aku langsung meminum air itu melalui bibir botol dengan tiga kali teguk.

Aku memimpikannya lagi, perasaan kembali resah kala teringat mimpi itu, mimpi yang sangat indah. Namun, entah kenapa selalu membuatku menangis saat teringatnya. Benarkah itu mimpi terindah yang pernah kupunya? atau justru itu mimpi yang menyedihkan.

Tak terasa air mata mengalir tanpa permisi di pipiku.

Una terlihat terkejut, namun ia langsung memelukku saat melihat air mata yang membanjiri pipiku.

"Sudah Dir, kamu harus mengikhlaskannya," ucapnya seraya menepuk punggungku pelan.

Mendengar perkataannya entah kenapa membuatku merasa semakin menyediakan, air mata bertambah deras keluar dari mataku. Sebenarnya apa yang terjadi dengan diriku? mengapa aku menjadi seperti ini lagi.


🍂🍂🍂🍂🍂


















Terus pantengin ceritanya 😉

Jangan lupa buat tekan bintangnya setelah membaca, follow juga akun Author-nya.

Terimakasih sudah membaca cerita ini🥰

DearRaya [ On Going ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang