Assalamualaikum Wargi Oren.
🍂🍂
Selamat membaca, semoga kalian suka
🍂🍂
"Aww," rintihnya ketika aku mengoleskan salep ke luka yang berada di sudut bibirnya.
Untung saja kemunculanku tepat, sehingga pertengkaran di antara mereka tidak terus berlanjut dan membuat keributan di lingkungan kampus.
"Aww sakit Bu," kata Regan yang terus merintih.
"Makanya, kalau sakit ngapain kamu berantem?!"
"Bukan saya yang memulai."
"Lantas?" Regan tidak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya, menghindari kontak mata denganku.
Sebetulnya aku masih kepikiran dengan perkataan Dekan sewaktu di ruangannya tadi.
~~~
Satu jam yang lalu setelah aku berada di ruangan Pak Widya, beliau menyambutku dengan menawarkan segelas teh hangat. Namun teh itu terasa hambar di lidahku karena atmosfer di ruangan ini begitu canggung.
"Maaf tiba-tiba mengajak berbicara," kata beliau mencairkan suasana.
"Tidak, tidak apa-apa kok Pak. Justru saya merasa terhormat bisa berbicara dengan Bapak."
Beliau nampak tersenyum mendengar ucapanku. "Sebenarnya saya sudah melihat profil Bu Diraya dan kinerja Ibu di fakultas sebelumnya, saya sangat mengagumi kinerja Ibu yang sangat bagus itu," tuturnya.
Mendengar pujian yang beliau lontarkan membuatku merasa malu dan serba salah, padahal aku tidaklah sehebat itu. Aku ini bisa dibilang masih pemula.
"Saya dengar, Ibu pernah menjadi Dosen pembimbing dan berhasil membantu murid Ibu menyelesaikan tugas akhirnya?" tanyanya kemudian.
"Benar Pak, tapi itu juga berkat kerja kerasnya sendiri dalam mengerjakan tugas, saya hanya sebagai pendukung dan penasehat baginya," jawabku diiringi senyuman manis yang kupunya.
"Kalau sekarang, apakah Ibu berminat untuk menjadi Dosen pembimbing lagi?"
"Saya di sini bisa dibilang masih baru, bukankah tidak pantas jika saya mengambilnya."
"Kata siapa? anda pantas kok." Aku tersenyum canggung menanggapi ucapan Pak Widya.
Pak Widya mengambil cangkirnya lalu menyeruputnya sebentar dan mengembalikan ke tempat asalnya. "Sebenarnya tujuan saya ingin meminta tolong kepada Ibu," kata Pak Widya membuatku mengerutkan kening. "Saya ingin anda menjadi Dosen pembimbing untuk Regan," lanjutnya.
Mendengar nama Regan terucap dari mulutnya, membuatku semakin mengerutkan kening, bagaimana tidak, itu benar-benar membingungkan. "Kalau saya boleh tahu, kenapa harus Regan?" tanyaku hati-hati agar tak menyinggung perasaan beliau.
"Karena dia anak saya." Seperti ada sengatan listrik di benakku kala mendengar ucapan beliau, ingin tidak mempercayainya, namun perkataan itu terucap sendiri dari mulut beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
DearRaya [ On Going ]
RomansBISMILLAH, FOLLOW DULU YUK, SEBELUM MEMBACA 🍁. ~~~~~ Bercerita tentang seorang Dosen muda bernama Diraya Pramesti, ia baru-baru ini mengalami kesedihan yang luar biasa, di mana seorang yang begitu ia cintai harus pergi meninggalkannya untuk selaman...