TRANSMIGRASI 04

235 27 2
                                    

[SELAMATMEMBACA]



Aca bangun dari tidurnya. Mengucek-ngucek matanya, perlahan melepas pelukannya pada Hendrik. Terlihat Hendrik pun sedang tertidur sambil memeluknya. Aca menatap jam tangannya, menunjukan pukul 03.47 subuh.

"Hoamm." Aca menguap, beberapa detik kemudian mencari handphonenya dalam tas kecilnya.

"Shaka?." Gumam Aca. Ternyata Shaka memberinya pesan beberapa kali.

Shaka
Online

Aca. 20.12

Keluarlah. 20.12

Saya tunggu di ruang tengah. 20.13

Kenapa kau tidak datang? 22.20

Apa kau tidur? 22.26

Aca? 22.27

Ape? 04.49

Baru bangun? 04.50

Iy. 04.52

Aca kembali menyimpan handphonenya ke dalam tasnya. Menatap betapa luasnya kamar Hendrik yang dipenuhi warna abu-abu dan beberapa benda antik. Lampu kamar yang tergantung di langit-langit kamar berwarna kuning. Membuat seisi kamar berwarna ke kuning-kuningan.

Aca turun dari ranjang. Sepertinya kemarin Hendrik memindahkannya ke ranjang dan tidur bersama. (Jan mikir aneh-aneh). Aca berjalan menuju pintu, tak lupa membawa tas yang kini ia sampaikan di tangan kirinya. Hendrik yang masih tertidur lelap pasti tidak menyadari itu. Paling nanti bangunnya langsung teriak-teriak nyari anaknya.

"Dadah my sugar Daddy." Ucap Aca sangat pelan sambil kembali menutup pintunya.

Aca berlari kecil menuju tangga. Terlihat di bawah, Shaka sedang menonton televisi menggunakan seragam sekolah. Aca menuruni tangga perlahan, memerhatikan Shaka dari jauh. Terpesona? Tentu, bahkan dari kejauhan, aura ketampanan Shaka sangat terlihat.

Mirip Rendra. Batin Aca.

Aca berdiri di belakang Shaka. Kedua tangannya memegang bahu Shaka, lalu dagu Aca menempel di atas kepala Shaka. (Ngerti gak sih? Gitulah pokoknya, pusing). Aca sering melakukan hal itu dulu pada Rendra.

Shaka tersenyum sangat tipis sambil memejamkan matanya. Aca terkekeh melihat pantulan dirinya dan Shaka pada televisi. Mengangkat kembali kepalanya, mendudukan dirinya di sebelah Shaka.

Shaka menoleh, menatap Aca yang sedang menonton televisi. "Pengen sekolah." Gumam Aca.

"Bersiaplah, seragamnya ada di ruangan saya." Jawab Shaka.

Aca menoleh senang. "Yey. Ayo, ruangan Lo di mana? Gue mo siap-siap." Aca menarik lengan Shaka. Namun Shaka hanya diam, tubuh kecilnya tertarik saat Shaka menarik kembali lengan mungil Aca. Membuat Aca duduk kembali, duduk di pangkuan Shaka.

Shaka memeluk pinggang ramping Aca, memejamkan matanya menikmati aroma badan Aca yang ia rindukan. Aca berusaha tetap diam normal, namun hatinya sedang berteriak minta tolong. Shaka tersenyum tipis saat merasakan detak jantung Aca yang berdetak sangat kencang.

Bunda tolongin Lea hiks!.  Batin Aca.

Seseorang yang memakai piama dengan wajah panik menatap kedua manusia berbeda jenis itu. Menghampiri mereka dengan rasa kesalnya.

"Bagus! Ayah bangun tidur kamu udah gak ada, ayah pikir kamu kemana, malah berduaan di sini hah?!." Kesal Hendrik.

Aca mulai memberontak minta dilepas. Dan Shaka pun menurut, melepaskan pelukannya. Aca berdiri. "Ma-maaf Ayah."

LEARA OR RAISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang