TRANSMIGRASI 05

226 22 1
                                    

[SELAMATMEMBACA]



Jam istirahat.

Aca masih di dalam kelasnya. Gurunya masih saja belum keluar kelas, hanya terus menerangkan pelajaran. Aca melirik Shaka yang sepertinya sama sepertinya, sangat bosan.

"Ibu." Panggil Aca.

"Ya Aca?." Tanya guru yang bernama Intan itu.

"Sudah jam istirahat Bu, bahkan dah lebih sepuluh menit." Jawab Aca.

Bu intan membuka layar handphonenya, ternyata benar apa kata Aca. "Ah maafkan ibu, yasudah kalian istirahat dulu nanti dilanjutkan setelah istirahat. Ibu pamit." Bu Intan pun pergi membawa beberapa buku di tangannya.

Akhirnya!.

Gila nahan laper gue dari tadi.

Thank my Beby hani!.

Idih idih.

Apa Lo? Iri?.

Sorry ye, saingan Lo si Shaka btw.

Sakit gak tuh!.

Tau gue. Gue cuman mengagumi doang, gak ampe berharap banget miliki dia, sadar diri gue.

Anjas.

Aca melirik Shaka. "Kantin?." Tanyanya. Shaka menggeleng pelan sebagai jawaban. Aca lalu mengangguk mengerti. "Yodah."

~~~

Aca duduk di meja pojok kantin. Asik memainkan handphonenya sambil sesekali memasukan bakso ke mulutnya.

3 orang siswi menghampirinya dan langsung duduk di depannya. Aca hanya melirik sekilas, lalu melanjutkan kegiatannya.

"Ca." Panggil siswi bernama Lala.

Aca mematikan handphonenya. Menatap mereka biasa. Tangan kanannya meraih jus strawberry miliknya.

"Hemm, kenapa?." Tanya Aca, meminum jusnya dengan sedotan.

Lili yang berada di sampingnya, tiba-tiba menangkup kedua pipi Aca. Aca seketika menoleh, menatap Lili. Giginya masih menggigit sedotannya yang sekarang menggantung.

"Lo ngawa? Guwe kaget aswyuuu!." Ucap Aca masih menggigit sedotannya. Aca mengambil sedotannya. Menaruhnya kembali ke tempatnya.

"Lo kenapa jadi banyak ngomong trus bisa bucin banget sama si Shaka?." Tanya Lili.

Kepala Aca sedikit memundur, menatap Lili dari bawah sampai atas. "Siapa Lo?."

Lili membulatkan matanya kaget. "Lo-."

Brak.

Meja di gebrak oleh seorang siswi yang menatap Aca tak bersahabat. Lili yang mau ngomong pun terhenti di sebab kaget.

"Lo apa-apaan sih!." Kesal Lala.

Siswi itu hendak mengambil jus Aca, namun Aca sudah lebih dulu menebaknya. Aca mengambil jusnya lebih dulu. Siswi itu menggerang marah, mengepalkan tangannya kuat.

"Jauhin. Shaka!." Tekan siswi itu.

Aca meminum santai jusnya, menatap siswi itu dengan senyum remehnya. "Hentikan gue kalo bisa." Jawab Aca.

"Lo!." Siswi itu menunjuk jari telunjuknya ke arah Aca. Aca memundurkan jari itu dengan tulunjuknya juga. "Apa?."

Siswi itu hendak menampar Aca, Aca yang paham pun mencegahnya. Lalu memutar tangan kotor siswi itu sampai meringis kesakitan.

"Lo nyuruh gue jauhin Shaka? Trus Lo bisa gitu deketin Shaka, goda-godain Shaka? Sayangnya orang seperti Shaka gak nafsu ama orang kayak Lo! Apa lagi liat wajah Lo yang kayak ondel-ondel Tante girang, yang ada Shaka muak lihat Lo. Asal Lo tau, dia lebih suka sama cewek yang pinter ngejaga harga dirinya. Bukan kayak Lo, yang rela ngelakuin apapun demi dapetin Shaka. Baju ketat, make up menor, ck. Lo cantik kalo dilihat di lubang sedotan. Lebih baik Lo perbaiki dulu deh sikap Lo, dan jaga harga diri Lo." Aca melepas tangan Ghea. Lalu pergi begitu saja.

''Gila keche bet." Gumam Lala dan Lili.

Seseorang yang diam saja sedari tadi di samping Lala pun sedikit tertarik dengan Aca. Bukan berarti dia lesbi, tapi tertarik dengan perubahan sikap Aca.

Berubah heh?. Batin Hera. Gadis yang datang bersama Lala dan Lili.

~~~

Aca berjalan menuju ke depan gerbang, karna di sebelahnya ada taman yang sepertinya sangat nyaman. Waktu turun dari mobil Shaka tadi ia sempat melirik taman itu. Aca berjalan santai sambil mendengarkan lagu di handphonenya, tak lupa menggunakan earphone yang menempel di kedua telinganya.

Aca melirik mobil yang masuk ke dalam gerbang sekolahnya. Aca terdiam di tempatnya, menatap mobil itu dari jarak yang lumayan jauh. Seorang pria tinggi, tampan, dan beraura dingin turun dari mobilnya. Pria itu membuka kacamatanya. Aca sontak melotot, dan berlari meninggalkan tempat itu. Tujuannya sekarang adalah, mencari Shaka.

Bangsat! Kenapa harus ada si tukang ngaku-ngaku ke sini sih! Gue harus kabur, gak boleh sampe dia lihat gue. Batin Aca.

Tiba di depan pintu kelasnya. Aca langsung menarik Shaka keluar kelasnya. Mencari tempat bersembunyi.

Shaka mengerutkan keningnya. Menatap punggung Aca dengan tatapan bingung. "Kenapa?." Tanyanya.

Aca menarik Shaka sampai di perpustakaan. Ia bersembunyi di bagian gudang buku-buku yang menumpuk dan berdebu. Aca melepas genggamannya. Mundar-mandir kebingungan.

"Gimana dong." Gumam Aca.

"Kenapa?." Tanya kembali Shaka penasaran.

Aca menatap Shaka serius dengan wajah tegangnya. "Bian datang ke sini, pasti dia nyari gue."

Seketika Shaka memasang raut wajah dinginnya. Aca bingung sekarang, ia belum tau seluk-beluk sekolahnya yang sekarang, dan tidak bisa menyusun rencana. Ia menyerahkan semuanya kepada Shaka yang sudah berpengalaman.

Untuk Raisya Yoo Jin Natio Gibadesta kelas 12 IPA 2 dimohon segera ke ruangan kepala sekolah. Sekali lagi untuk Raisya Yoo Jin Natio Gibadesta segera ke ruangan kepala sekolah. Ucap salah satu guru yang terdengar sangat keras keseluruh penjuru sekolah.

"Kan.. Shak, gimana dong? Gue gak mau." Lirih Aca.

Shaka menggenggam erat lengan Aca. "Kita harus keluar dari sini, jangan lepas tangan saya. Saya tau jalan yang aman untuk kita keluar dari sini." Ucap Shaka. Aca mengangguk singkat sebagai jawaban.

Shaka melirik sekitar, aman. Shaka langsung berlari kencang menuju parkiran sekolah menggunakan jalan rahasia yang dibuat oleh para murid-murid nakal. Ia baru pertama kali menggunakan jalan itu bersama Aca.

Tiba di parkiran. Aca dan Shaka sesegera memasuki mobil. Shaka langsung menyalakan mesinnya, ia menatap gerbang sekolah yang untungnya masih terbuka.

Bian sudah mengiranya. Anak buahnya pun yang memberi tahu bahwa Aca akan kabur dari sekolah. Dengan cepat Bian berlari menuju gerbang.

"JANGAN BIARKAN DIA MELARIKAN DIRI!!." Teriak Bian.

Gerbang hendak ditutup oleh satpam. Dua anak buah Bian ikut mengejar mobil Shaka dengan berlari.

"CEPAT TUTUP GERBANGNYA!!." Teriak kembali Bian.

Aca menggigit bibir bawahnya gelisah. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Pasti gak bakalan mudah. Batinnya.

Aca berpikir keras, sampai akhirnya ia mendapatkan ide. Aca menatap Shaka. "Shaka, berhenti."

Shaka menatap Aca dengan tatapan seolah bertanya kenapa?.

"Gue ada ide. Turunin gue sekarang." Ucap Aca. Shaka menatap wajah Aca, dengan tidak ada keraguan Shaka memberhentikan mobilnya. Membiarkan Aca keluar dari mobilnya.

Bian tersenyum puas melihat Aca yang dengan senang hati keluar dari mobil itu. Aca tersenyum menatap Shaka. "Ikutin." Ucap Aca.

Shaka kembali melajukan mobilnya meninggalkan Aca. Sedangkan Aca sekarang menghampiri Bian dengan berjalan santai.

LEARA OR RAISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang