TRANSMIGRASI 10

107 8 1
                                    

[SELAMATMEMBACA]



Sesampainya di mansion Hendrik. Aca langsung keluar dari mobil Shaka. Memastikan bahwa motornya di antarkan ke mansionnya, ah ralat. Mansion Hendrik.

Aca menatap ke arah gerbang hitam. Tak lama ia berdiri, akhirnya motornya di antarkan dengan selamat. Aca bernafas lega sekarang.

"Huhhh.. Aman." Gumam Aca.

Aca berjalan memasuki mansion. Tanpa basa-basi, Aca menaiki tangga menuju kamarnya.

Ceklek.

Aca membuka pintu kamarnya. Tak lupa ia menutupnya kembali. Aca menyimpan tasnya di atas sofa, lalu membaringkan dirinya di atas kasur empuknya.

"Akhirnya, gak sabar nanti malam." Ucap Aca.

Aca mendudukan dirinya di atas kasurnya. Tangannya kini bergerak membuka dasi yang menggantung di lehernya. Lalu ia gantungkan di pundak kanannya.

Seketika terlintas ingatannya tentang Gheza dan Rendra. Sambil berjalan menuju lemari, Aca mulai merindukan semua temannya yang dulu.

"Tunggu semua ini selesai ya? Gue bakalan bangun kembali kebersamaan kita." Ucap Aca dengan penuh tekad.

"Gue bakalan jadi Lea lagi kok, gue janji." Lanjutnya.

Aca mengambil satu stel baju untuk ia kenakan sekarang. Ia pun bergegas untuk mengganti bajunya.

Setelah selesai, Aca mendudukan dirinya di meja khususnya. Di depannya kini sudah terlihat layar laptop yang sudah menyala. Aca meretas rekaman cctv markasnya dulu.

Di sana terlihat sepi. Hanya ada satu orang yang pastinya Aca sangat kenal. Orang itu terlihat sedang menunduk sambil memeluk figura foto Lea. Orang itu terlihat sedikit sesenggukan.

"Dasar cengeng." Gumam Aca.

Orang ituh adalah Gheza yang sedang menangisi foto lama Lea.

"Ucapan lo waktu itu ternyata bener Ja, gue pulang untuk pergi. Dan malah nyasar di tubuh ini." Ucap Aca dengan senyum penuh penyesalan.

Terlihat Gheza mulai menyimpan kembali figura itu di tempatnya. Selang beberapa detik, datang Fera, Mita, dan Theo. Gheza sudah buru-buru menghapus air matanya.

Gue tau lo kehilangan banget Za. Tapi lo harus iklas, kalo Lea liat lo begini, pasti dia ikut sedih Za. Ucap Fera di samping Gheza.

Gheza hanya terus menunduk sambil menahan sesak. Gue kangen dia Ra. Susah buat gue cepet lupa sama perasaan ini. Jawab Gheza.

Gue juga sama Za, bahkan kita semuapun sama. Ngerasain apa yang lo rasain sekarang. Iklas mungkin gak semudah itu, tapi demi Lea bahagia dan tenang di alam sama, gue berusaha untuk iklasin itu. Pelan-pelan aja Za, gue yakin lo bisa.

Sungguh sesak Aca mendengarnya. Dirinya kini sedang tak baik-baik saja. Terpaksa menjalani kehidupan orang lain, dan harus menyelesaikan masalah tubuhnya yang sekarang. Tanpa ingatan si pemilik tubuh sedikitpun.

"Kalaupun gue kembali, apa mereka bakalan percaya ini gue?." Ucap Aca lirih.

Karna tak mau berlarut dalam kesedihan. Aca memutuskan untuk pergi keluar, mencari ketenangan.

Ia mengambil jaket hitamnya, lalu ia pakai di tubuhnya. Setelah itu, Aca buru-buru keluar, tak lupa membawa kunci motornya.

Saat menuruni tangga, Shaka ternyata berjalan mengikutinya dari belakang.

"Mau kemana?." Tanya Shaka.

Aca menghentikan langkahnya, tanpa berbalik. "Keluar." Jawabnya.

"Oh." Shaka berjalan mendahului Aca, laki-laki itu pergi ke ruang tengah sambil membawa laptop di tangannya.

LEARA OR RAISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang