TRANSMIGRASI 11

55 6 1
                                    

[SELAMATMEMBACA]



"Aca harus ketemu Bian yah." Ucap Aca.

Hendrik sedikit tidak rela anaknya menemui laki-laki itu. Namun, ia tidak bisa melarang kemauan Aca. "Yasudah. Selalu fokus, dan hati-hati. Ayah gak mau putri Ayah kenapa-napa."

Aca mengangguk mengerti, mengambil jaketnya yang tergeletak di sampingnya. Lalu ia pakai di tubuh kecilnya. Aca menyalimi Hendrik sebagai perpisahan. "Aca pergi dulu." Ucapnya.

Hendrik mengangguk dengan senyum yang di buat seiklas mungkin. Lalu Aca pergi begitu saja meninggalkan Hendrik sendirian.

~~~

Aca kini tengah berada di lokasi yang sering di jadikan arena balap liar. Ia mengetahui tempat itu, sebab dulu ia pernah bermain di sana saat Samuel menantangnya untuk balapan, dan Samuel lah yang memilih tempat ini.

Aca duduk di atas jok motornya, menunggu kedatangan Bian yang entah masih berada di mana.

Di sana terlihat masih banyak orang juga yang masih berbalap liar. Kebisingan laju motor para pembalap liar itu, mampu membuat Aca menarik sudut bibirnya. Menikmati suasana ramainya malam, yang sangat ia rindukan.

Bian sudah datang bersama dua anak buahnya. Ia datang menggunakan motor sportsnya, dan dua orang lainnya menggunakan motor masing-masing.

Aca masih belum tahu bahwa Bian sudah sampai di sana, ia masih fokus menatap jalanan yang ramai yang membuat matanya tertarik untuk melihatnya.

Bian kini berjalan ke arah Aca. Gadis itu mudah sekali untuk di tebak keberadaannya. Kini tepat ia berada di belakang Aca.

"Menunggu lama?." Ucap Bian dengan suara deep voicenya.

Seketika Aca menoleh ke arah sumber suara. "Iya." Jawab Aca dengan nada dingin.

"Maafkan say-."

"Gosah banyak ba bi bu lah, gue pen cepet-cepet pulang, langsung aja ke intinya. Kita balapan sekarang."

Bian pun hanya mengangguk-ngangguk saja. "Baiklah-baiklah." Ucap Bian. Ia langsung memberikan kode kepada ke dua anak buahnya untuk membubarkan ketumunan.

"Baik Tuan." Jawab ke dua asisten Bian secara bersamaan.

DOR!..
DOR!..

Suara tembakan pistol itu mampu membuat sekitar menjadi ricuh.

"MAKSUD LO APA HAH? MAIN TEMBAK-TEMBAK PISTOL SEGALA!."

DOR!..
DOR!..

Lagi dan lagi suara tembakan itu dilayangkan ke udara. Aca hanya diam sambil bersedekap dada, melihat kelakuan anak buah Bian.

"BUBAR-BUBAR! SAYA TIDAK AKAN SEGAN UNTUK MENEMBAK KALIAN KALAU MASIH BERADA DI LOKASI INI!."

"MAKSUD LO APA NGOMONG GITU! INI WILAYAH KITA!." Jawab salah satu dari kerumunan yang kini mulai membubarkan keramaiannya.

"NGAJAK WAR INI MAH, ARGHHH!!."

DOR!..

"Masih ada yang berani melawan?."

Seketika mereka membubarkan total keramaiannya. Orang yang tadi memberontak pun kini tangannya telah tertembak oleh salah satu anak buah Bian. Orang yang terluka itu di bantu oleh teman-temannya agar ikut meninggalkan tempat itu.

Merasa sudah tidak siapa-siapa lagi. Mereka berdua langsung menghampiri Bian. "Sudah beres Tuan."

"Hem, bagus."

Bian langsung menaiki motornya, begitupun Aca yang sudah melajukan motornya menuju garis star.

Aca membuka kaca helm full facenya. Menatap Bian yang kini berada di sampingnya. "Suruh salah satu anak buah lo buat mulai balapannya." Titah Aca, kembali menutup kaca helmnya.

Bian pun menurut. "KALIAN DENGAR?!."

"IYA TUAN."

Suara hitungan dari mereka terdengar jelas di telinga Aca dan Bian.

Dor!.

Aca melajukan motornya dengan sangat kencang. Bahkan Bian pun sedikit terkejut melihatnya. Aca yang melihat Bian sedikit lengah, langsung melajukannya sangat kencang bahkan sangat di atas rata-rata kecepatan.

Wussssttt..

Shitt. Batin Bian.

Bian pun tak ingin kalah. Ia melajukan motornya dengan kecepatan sangat cepat. Namun, tak bisa menandingi kecepatan motor Aca. Kini Aca benar-benar berada jauh di depan Bian.

Wussssttt..

Aca tersenyum tipis melihat Bian yang berada di belakangnya. Aca kembali mempercepat laju motornya. Membuat Bian benar-benar terkejut mengetahui hal itu.

Gue harus menang, untuk mempercepat gue kembali ke kehidupan gue. Batin Aca.

Leanya Rios gak akan menerima kekalahan. Lanjutnya.

Di depannya sudah terlihat garis finis. Aca dengan cepat melajukan motornya untuk mengambil finis pertama.

Wussssttt..

Gadis itu menerima dengan senang kemenangannya. Aca memperlambat laju motornya, lalu mengeremnya.

Gadisku memang susah untuk ku tebak. Membuatku semakin tertarik. Batin Bian.

Bian sudah turun dari motornya. Ia akan mengaku kalah di depan gadisnya? Oh ayolah, hanya kali ini saja. Aca duduk santai di atas motornya.

"Gue yang menang. Satu permintaan ada di tangan gue." Ucap Aca dengan suaranya yang berat?.

"Baiklah-baiklah. Untuk kali ini Saya mengaku kalah."

"Gue gak bakalan minta permintaan itu sekarang. Lo tunggu aja kejutan dari gue, khusus buat lo. Mungkin lo bakalan suka?." Ucap Aca yang kini kembali menyalakan motornya.

Tentu. Batin Bian.

"Pertandiangan selanjutnya lo yang nentuin dimana dan kapannya. Gue pulang duluan." Aca pergi begitu saja meninggalkan Bian yang sedang tersenyum penuh arti.

"Kamu, hanya milikku." Gumam Bian.

~~~

Pukul 11 malam. Aca masih setia berada di jalanan. Selamat di perjalanan, entah kenapa, Aca berfikir untuk mempercepat rencananya.

Gue gak mau buang-buang waktu Lagi. Kali ini gue harus bener-bener siap, mempercepat jalan rencananya. Batin Aca.

Aca berencana untuk tidak dulu pulang ke mansion Hendrik. Ia sudah menghubungi Hendrik dan memberitahunya. Tujuannya mini adalah danau tadi.

Gue mau nyusun rencana di tempat yang bisa bikin gue tenang, besok baru gue kasih tau Ayah. Batinnya Lagi.

Danau.

Sebelum masuk ke kawasan danau, aca memberi sebuah buku dan pena di sebuah warung yang menyediakan banyak sekali barang yang mungkin akan di perlukan orang-orang. Warung itupun 24 jam buka.

"Berapa mas?." Tanya Aca.

"Delapan ribu aja dek." Aca pun mengangguk, lalu mengeluarkan uang 10 ribu di dalam saku celananya. "Ini mas." Ucap Aca memberikan uang 10 ribu itu.

"Ini dek kembaliannya."

"Makasih mas."

Aca menyewa tenda untuk bermalam di pinggir danau. Kini ia, terduduk manis di tepi danau, depan tendanya. Tak lupa juga ia menyalakan api unggun untuk menghangatkan badannya.

"Awalan yang harus gue susun.. apa ya?." Gumam Aca sambil memikirkan sesuatu.

"Apa gue percepat aja---

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LEARA OR RAISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang