Pagi-pagi sekali Harza sudah menyambangi rumah Jean. Sepulang balapan semalam, pukul 3 dini hari, ia langsung bergegas ke rumah kekasihnya. Menginap disana. Tenang saja, keduanya tidur terpisah. Jean di ranjang, dan Harza si sofa. Beruntung satpam rumah Jean masih terjaga semalam, jadi Harza bisa masuk ke dalam rumah Jean.
Saat ini baru jam 5 pagi, dan Harza sudah siap dengan pakaian casualnya. Hari ini agenda mereka adalah pergi ke Bandung, rumah ibu Jean. Si manis sendiri yang mengajaknya. Ia bilang, ingin memperkenalkan Harza dengan bundanya. Harza sih senang, karena mau bertemu calon mertua pagi ini.
Setelah memastikan dirinya siap, ia beralih menarik selimut Jean, dan mendudukan bokongnya di samping Jean. Tangannya mengusap lembut surai Jean yang masih tertidur pulas.
Harza tersenyum melihatnya. Bagaimana bisa, dengan tidur seperti ini saja Jean terlihat sangat menggemaskan.
"Je, bangun yuk. Katanya mau ke rumah Bunda."
Jean menggeliat tak nyaman ketika Harza menepuk pelan pundaknya. Bukannya bangun, ia justru merapatkan tubuhnya pada sang dominan, dan memeluknya erat bak memeluk guling.
Harza terkekeh pelan. Ia mengusap punggung sang kekasih, dan mengecup pucuk kepalanya.
"Hei, ayo bangun. Jadi ke rumah Bunda ngga?"
Si manis mengangguk dalam dekapan Harza. "Huum, jadi. Tapi jangan diusap-usap gini, nanti Jeje bobo lagi.."
Jean berusaha membuka matanya, ia melonggarkan pelukannya dan menatap sang dominan. Uh, sungguh malu rasanya. Dominannya sudah terlihat tampan seperti ini, dan dia justru baru bangun tidur.
"Ayo bangun. Mandi, terus kita berangkat."
Jean mengangguk. Ia mengubah posisinya menjadi duduk, dan menatap Harza. "Kakak jangan tinggalin Jeje, ya. Disini dulu, Jeje mau mandi."
Tanpa aba-aba, Jean memberikan satu kecupan manis di pipi Harza. Dengan cepat, ia berlari menuju kamar mandi, menyisakan Harza yang masih mematung di atas kasur.
"Anjir! Jeananta, pacar lo mleyot lho ini!"
Setelah berdebat ingin sarapan apa, alhasil keduanya memilih untuk drive thru McDonald's. Harza sengaja membawa mobil hari ini, ia tidak ingin mengambil resiko untuk mengendarai motor dibawah cuaca yang buruk.
Sejak tadi, si manis sibuk dengan sarapannya. Sesekali ia menyuapi Harza, sebab si dominan memang belum menyentuh makanan sejak semalam.
Lagu Darling milik Seventeen mengalun indah diantara heningnya dua sejoli itu. Seolah menjadi lagu pengantar perasaan mereka. Lagu kesukaan Jean, si manis bilang, lagunya cocok untuk Harza. Harza sih hanya tersenyum tadi, walau dalam hati sudah tidak tergambarkan lagi bagaimana perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable
Fiksi RemajaDua insan dengan latar yang berbeda, apakah mungkin bisa bersama?