Jean mengerjapkan matanya beberapa kali, membuat Harza terkekeh. Sungguh, Harza dibuat menahan pekikannya melihat Jean. Entah apa resep rahasia di diri Jean, hingga mampu membuat Harza seolah terhipnotis olehnya.
"Mau ngga?" tanyanya lagi, membuat si manis memiringkan kepalanya, menatap Harza bingung.
"Hng? Mau apa, kak?"
"Jadi pacar gue."
Speechless. Jean total bungkam mendengar penuturan penuh tuntutan dari dominan di depannya ini. Hei, mereka bahkan baru bertemu hari ini, dan si dominan langsung menanyakan hal seperti itu? Wah, benar-benar membuat Jean bungkam.
Jean menyunggingkan senyumnya. "Kakak kalau bercanda jangan gitu deh."
Harza menghela napas dan bergerak mendekati Jean, membuat si manis memundurkan sedikit tubuhnya.
"K-kak.."
Harza menampilkan senyum miringnya, lantas mengukung tubuh Jean.
"Lo manis. Jadi pacar gue, ya?" nada intimidasi itu terlontar dari bilah bibir Harza.
Jean menelan salivanya susah payah. Ia tidak bisa menghindari tatapan intens dominan di depannya. Jarak keduanya pun kian terkikis seiring dengan Harza yang semakin memojokan tubuh Jean.
"Kak, jangan gini.."
Harza tidak mendengarkan ucapan Jean, ia justru semakin mendekat, dan..
Cup.
Satu kecupan mendarat di bibir Jean. Jangan tanya bagaimana keadaan Jean sekarang. Kakinya seolah berubah menjadi jelly.
"Lo milik gue sekarang."
Harza terkekeh melihat wajah Jean yang memerah. Ia pun mengacak gemas surai si manis. "Gue ke kamar abang lo dulu. Bye, pacar." ia langsung lari menuju kamar Jinan.
Jean mengerjapkan matanya berulang kali. Tangannya bergerak menyentuh bibir ranumnya. First kissnya dicuri oleh teman abangnya sendiri?
"Huaaa Bundaa, nyawa Jean hilaang.."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi harinya, di kediaman Aramasta masih terlihat sepi. Padahal semalam mereka semua ramai, seolah ada pesta. Namun sekarang, baru Jean saja yang sibuk dengan beberapa bahan masakan.
