Jinandra Yehezkiel Aramasta dan Seviello Hazkiel Namanalda adalah dua bintang kampus. Keduanya terlibat dalam sebuah ikatan pertunangan. Bukan dengan cinta, melainkan sebuah perjodohan. Dimana tuan Aramasta menjodohkan Jinan dengan putra dari sahabatnya yang memang sudah diniatkan sejak dulu. Jinan menolak, sedangkan Hazkiel memilih pasrah dengan pilihan kedua orangtuanya. Bukan tanpa alasan, ia mencintai Jinandra sejak lama. Jadi, untuk apa ia menyia-nyiakan kesempatan ini?
Sejak pertunangan yang dilangsungkan 3 bulan lalu, hubungan keduanya masih tetap sama. Hazkiel dengan usahanya meluluhkan hati Jinan, dan Jinan dengan urusannya bersama pujaan hatinya, Claudia.
Memang Jinan memiliki kekasih. Jauh sebelum ia ditunangkan dengan Hazkiel. Hubungan yang sayangnya ditolak mentah-mentah oleh sang ayah dan sang ibu. Jelas membuat Jinan menjadi lebih keras dari sebelumnya. Terlebih ketika kehadiran Jean ditengah keluarga harmonisnya. Jean yang merupakan anak hasil perselingkuhan sang ayah dengan sekertarisnya, tentu saja membuat Jinan murka. Dirinya semakin menjadi setelah mengetahui fakta tentang Jean, ditambah lagi pertunangan mendadak antara ia dan Hazkiel. Hingga ia bertekad untuk membalas semua rasa sakitnya.
Seperti sekarang, mahasiswa kedokteran itu membawa kekasihnya ke kediaman Aramasta, bertepatan dengan Hazkiel yang sedang mampir kesana. Jika ditanya bagaimana reaksi Hazkiel, tentunya sangat sakit. Hati mana yang tidak sakit melihat calon suaminya bermesraan dengan orang lain?
Bukan bermaksud merebut Jinan dari Claudia, bukan. Tapi Hazkiel tahu maksud lain dari Claudia menjadikan Jinan sebagai kekasihnya. Namun ia hanya diam. Sebab tidak ingin menghadapi kemarahan Jinan lagi.
Kembali ke kediaman Aramasta, Jinan dan Claudia masih sibuk bergurau di ruang tamu. Sedangkan Hazkiel hanya bisa mengepalkan tangannya menahan emosi dan rasa cemburu.
"Kak?"
Hazkiel melepaskan kepalan tangannya, dan menoleh ke arah Jean. Senyumnya ia terbitkan, agar tidak ketahuan oleh Jean.
"Kenapa? Kamu lapar? Atau mau apa?"
Jean terkekeh dan menggeleng. "Ngga. Aku cuma mau nanya, kakak mau makan apa? Tadi kak Azaa nawarin go-food, tapi aku bingung mau makan apa. Jadi, aku nanya kakak, soalnya sekalian buat kakak sama kak Jii juga nanti."
"Ngga usah deh, Je. Kamu aja yang makan. Aku sama Jinan mah gampang."
"Kakak lagi ada masalah ya sama kak Jii?" tanya Jean setelah melihat raut berbeda dari Hazkiel.
Perlu kalian ketahui, Hazkiel bukanlah si sosok pandai penyembunyi luka. Karena nyatanya, ia hanya sosok seperti buku. Mudah terbaca.
"Ngga lah, Je. Eh, gimana kalau kita masak aja?"
Jean menatap penuh binar, dan mengangguk antusias. "Setuju! Ayo masak, kak!"
Hazkiel hanya pasrah ketika Jean menarik paksa tangannya dan membawanya ke dapur. Dan semua itu tak luput dari pandangan Jinan. Ia berdecak malas melihat keduanya.
"Cih, dua manusia murahan dijadikan satu ya kayak gitu jadinya."
Jean dan Hazkiel sudah asik membuat masakan di dapur. Keduanya sama sekali tidak menghiraukan Jinan dan juga Claudia. Bahkan ketika Claudia sudah berada di dekat meja pantry.
"Wah, akur banget ya. Tapi sayangnya ngga pernah dianggap ada sama Jinan." celetuk Claudia setelah meminum jus jeruknya.
Baru saja Hazkiel ingin membalasnya, Jean menahan tangannya, dan tersenyum ke arahnya.
"Walau ngga pernah dianggap ada, seenggaknya Jeje sama kak Iel tau tata krama di rumah orang."
Claudia menggeram mendengar jawaban Jean. Apa-apaan anak itu? Bisa-bisanya ia menjawab ucapan Claudia.
![](https://img.wattpad.com/cover/325836373-288-k541558.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable
Novela JuvenilDua insan dengan latar yang berbeda, apakah mungkin bisa bersama?