00 | dia, zefran

6.7K 326 17
                                    

Linka Drisana berdiri dengan perasaan cemas yang sedikit demi sedikit mulai menyerang; pandangannya terus saja terfokus pada layar ponsel di tangan kanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Linka Drisana berdiri dengan perasaan cemas yang sedikit demi sedikit mulai menyerang; pandangannya terus saja terfokus pada layar ponsel di tangan kanan. Sudah hampir dua puluh menit Linka menantikan pesan balasan. Sesekali ia mengecek waktu yang berlalu kian jauh dari yang sudah ditentukan. Dan, gadis dengan rambut hitam panjang yang dikucir satu itu pun tentu saja makin tak tenang karenanya. Bagaimana jika kali ini dirinya lagi yang terjebak dalam posisi bersalah?

“Percaya sama gue, Ka, Bu Winda pasti ada di ruangannya sekarang.” Putri, kawan dekat Linka di angkatannya, bermaksud untuk membantu mengurangi rasa cemas gadis itu. “Beliau kan, emang slow rep parah kalau udah sibuk. Mending lo samperin langsung aja deh, ke ruangannya.”

Sesaat Linka hanya bergeming, lalu ia membalas, “Tapi, bisa aja Bu Winda lagi ngajar, Put.”

“Kelas yang diajar Bu Winda udah bubar dari tadi, Linka. Kok nggak percayaan banget, sih? Orang gue liat sendiri kok, tadi.”

“Kalau emang udah beres ngajar, bisa aja sekarang udah pulang, ‘kan?”

“Astagaaa, gemes banget gue sama lo, Ka.” Putri jadi kesal sendiri oleh karena Linka tak mau mendengarkan kata-katanya. “Ya udah, jadi lo mau nungguin sampai dibales? Kalau iya, gue mau balik duluan, nih. Udah gerah banget gue, pengin buru-buru mandi.”

Sejatinya, Linka ingin menahan Putri lebih lama lagi agar ada yang menemaninya untuk bertemu dengan Bu Winda nanti. Namun, Linka pun merasa tak enak kalau harus berlaku demikian, terlebih lagi karena Putri telah membuang waktunya hanya untuk menunggu tanpa kepastian. Maka dari itu, mau tak mau Linka berusaha tidak bersikap egois saat ini.

“Ya udah, nggak papa kalau kamu mau pulang,” putus Linka pada akhirnya. “Maaf banget ya Put, kamu malah harus nungguin aku dari tadi.”

Putri menghela napas sejenak. Senyum maklumnya pun tersungging di bibir. “Nggak perlu minta maaf kali, lagian gue sendiri yang nawarin tadi buat nemenin lo. Tapi, beneran nih, nggak papa?”

“Iya, nggak papa, Put.”

“Ya udah kalau gitu. Gue pulang duluan ya, Ka. Jangan lupa kabarin gue pokoknya!”

Linka tertawa kecil. “Siap, Put. Kamu hati-hati, ya.”

Usai melambai singkat, Putri pun beranjak meninggalkan Linka yang masih bersikeras untuk menunggu. Namun, tak lama setelah itu, balasan yang Linka harap-harap kemunculannya sejak tadi akhirnya tiba juga. Seketika Linka tampak semringah, dan tanpa menunggu lagi lekas saja ia mengecek isi pesan tersebut.

Bu Winda Dosen
Siang, Linka
Maaf, sy kebetulan ada jadwal bimbingan dgn mhs
Utk pengumpulan tugas kamu bisa lngsng ke ruangan sy sj ya

Ah, ada bimbingan rupanya, batin Linka selepas membaca tiap-tiap balon percakapan. Jadi, memang wajar saja Bu Winda tak langsung membalas sejak tadi.

Linka Drisana
Baik bu, kalau begitu saya akan langsung ke ruangan ibu sekarang

Setelah mengirimkan pesan balasan, tanpa pikir panjang lagi Linka segera meraih tumpukan tugas esai di atas kursi lipat dan gegas ia bawa menuju ruangan Bu Winda untuk dikumpulkan.

Sesampainya di tujuan, Linka menarik napas dalam-dalam guna menghilangkan kegugupan. Gadis itu lantas mengetuk pintu kaca sebanyak tiga kali sebelum mendorongnya ke dalam. Namun, kala melihat Bu Winda tengah bersama dengan dua orang mahasiswa tingkat akhir pada sofa yang terdapat di ruangan, sekonyong-konyong Linka pun mematung di tempat.

Linka pikir, proses bimbingan telah selesai dilaksanakan kala Bu Winda membalas pesannya, sehingga ia mengira dirinya hanya akan bertemu dengan sang dosen saja di ruangan tersebut.

Dan, Linka sungguh tak menduga bahwa satu di antara kakak tingkatnya yang berada di sana ialah lelaki itu--yang namanya tak pernah terlupa sejak pertama kali rungu Linka menangkapnya. Seorang laki-laki berkacamata yang tanpa disangka dapat membuat Linka jatuh cinta dengan cara yang begitu sederhana, serta dalam waktu yang terbilang cukup singkat. Seorang laki-laki … yang sayangnya hingga detik ini hanya mampu Linka kagumi secara diam-diam.

Dia, Zefran.

* ੈ✩‧₊˚

meet the characters!

meet the characters!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Catatan: Visualisasi hanya berdasarkan imajinasi penulis, pembaca dipersilakan membayangkan siapa pun kalau dirasa tidak cocok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Catatan: Visualisasi hanya berdasarkan imajinasi penulis, pembaca dipersilakan membayangkan siapa pun kalau dirasa tidak cocok. Jika kurang berkenan dengan penggunaan face claim dalam cerita, boleh di-skip]

* ੈ✩‧₊˚

auhor's note:

halo guys!

maaf yha di awal tahun gini aku udah bikin cerita baru aja hehe. anw seperti biasa ceritanya bakalan ringaaan banget, cocok buat kalian yang butuh bacaan santai tanpa perlu pake mikir hihi.

so, selamat mengikuti kisahnya linka-zefran, ya. semoga kalian sukaa! 💙

bandung, 8 januari 2023

love, dinda.

[republish: 30 september  2024]

See You After Midnight [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang